Sasuke menahan nafasnya saat melihat ibunya berdiri di sana dengan sebuah papper bag yang diremas kuat. Ia tidak pernah menyangka jika wanita yang telah melahirkannya itu akan mendatangi apartemennya tanpa memberitahunya lebih dulu. Biasanya ibunya akan meneleponnya jika ingin mengunjunginya.
Ia memilih untuk tinggal di apartemen sejak dua tahun lalu dan hanya pulang ke rumah utama sesekali. Ia memutuskan keluar dari rumah semenjak ayahnya terus-menerus memintanya untuk menikah mengingat kakak iparnya Izumi tidak dapat lagi memiliki anak setelah melahirkan putra pertama mereka karena sebuah kecelakaan dalam keadaan prematur membuat bayi itu memiliki fisik yang lemah. Dan kepala keluarga Uchiha menginginkan pewaris yang lainnya, karena itu ia mencoba menjodohkan Sasuke dengan putri koleganya yang selalu ditolak Sasuke.
Sakura langsung meraih kaus miliknya, sejak ia pindah ke apartemen Sasuke pria itu melarangnya memakai bra saat di rumah dan Sakura tidak keberatan karena mereka hanya tinggal berdua dan memang tidak pernah ada yang datang ke apartemen itu. Gadis merah muda itu berdiri dan membungkuk memberi hormat serta meminta maaf karena wanita paruh baya yang terlihat sangat anggun dan cantik itu harus melihat kegiatan tidak senonohnya dengan Sasuke.
"Kenapa Oka san datang kemari?" Sasuke memecah suasana canggung diantara mereka.
Mikoto menatap putranya yang masih duduk di lantai, wanita itu duduk di sofa dan memperhatikan Sakura yang sedang merapihkan buku-buku yang berserakan di lantai dan di atas meja.
"Aku hanya memastikan apakah putraku masih hidup atau sudah membusuk di apartemennya." Sasuke memutar bola matanya mendengar ucapan ibunya itu.
"Seperti yang anda lihat Nyonya Uchiha." Sasuke mengankat bahu acuh.
Sakura agak terkejut melihat interaksi ibu dan anak itu, aura angkuh mendominasi keduanya. Ia memilih masuk ke kamar untuk menyimpan bukunya, memakai bra lalu ke dapur membuatkan ocha untuk ibu kekasihnya.
"Kau mengencani anak kecil. Apa kau seorang pedo?" Mikoto menatap punggung Sakura yang menghilang ke dalam dapur.
Sasuke mendengus. "Kami hanya terpaut lima tahun, dan yah dia adalah orang yang lebih menutrisi otaknya dibandingkan tubuhnya." Pria itu terkekeh.
Mikoto menaikan alisnya mendengar ucapan putranya. Gadis itu terlihat seperti siswi SMP jika wanita itu melihat bentuk tubuhnya, apalagi ia sempat melihatnya toples.
"Silahkan Nyonya." Sakura meletakan ocha dan sepotong kue ciffon di hadapan Mikoto.
"Duduklah." Suara wanita itu terdengar lembut namun tegas.
Sakura duduk di atas karpet di sisi kanan meja. Hanya ada satu sofa panjang di ruang tamu itu, ia tidak berani jika harus duduk di sebelah ibu kekasihnya. Bahkan Sakura terlalu takut untuk menatap mata wanita paruh baya itu.
"Kenapa kau duduk di lantai? Kemarilah!" Mikoto menepuk sisi sofa yang kosong disebelahnya.
"Eh? Apa?" Sakura terlalu terkejut mendengar ucapan wanita itu. Ia tidak yakin dengan dirinya mungkin saja ia salah dengar.
"Ayo duduk di sebelahku." Wanita berambut gelap itu menarik tangan Sakura cukup kuat hingga membuat gadis itu berdiri. Dengan wajah bingung Sakura duduk di sebelah Mikoto.
"Siapa namamu?" Mikoto tersenyum pada Sakura membuat gadis itu merasa gugup.
"Haruno Sakura." Tangannya gemetar ia takut jika wanita itu akan menendangnya keluar dan menyuruhnya meninggalkan Sasuke mengingat strata sosial mereka yang jauh berbeda.
"Nama yang cantik, sejak kapan kau berhubungan dengan putraku?" Sakura merasa seperti seorang kriminal yang sedang di interogasi.
"Sejak delapan bulan yang lalu Nyonya." Sakura meraskan tangannya basah karena gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonis
FanfictionNaruto © Masashi kishimoto (21+) Sakura tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi, ia memilih bertahan meskipun setiap malamnya terasa begitu menyakitkan karena ada pagi yang indah meskipun penuh kepalsuan. "Aku mencintaimu." "Hn." Hatinya perih...