Eighteen

16 3 0
                                    

Setelah selesai menghabiskan waktu singkatnya bersama Ten, Soo Hwa memutuskan untuk menenangkan dirinya di perpustakaan. Dia duduk di salah satu meja yang membuatnya bisa melemparkan pandangannya pada taman belakang kampusnya yang terlihat begitu luas, ditambah dengan berbagai macam pohon dan bunga di sana yang menambah keindahan kampusnya itu.

"Eo? Soo Hwa? Tumben sekali." Tegur seseorang yang tiba-tiba datang.

Soo Hwa mengangkat kepalanya untuk memastikan seseorang yang memiliki suara yang tak asing lagi di telinganya, "Jinyoung-ah..." panggilnya dengan lemas begitu melihat Jinyoung lah yang menyapanya tadi dengan tangannya yang membawa buku-buku bersamanya.

Jinyoung menatap Soo Hwa dengan bingung, lalu ditaruhnya buku yang dibawanya itu lalu ditariknya salah satu kursi dan duduk di samping Soo Hwa. "Waeyo? Terlihat sedang tidak baik-baik saja."

Soo Hwa menghembuskan napasnya perlahan sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak tau. Sepertinya mood-ku jelek sekali hari ini."

"Ya ada apa? Hal itu pasti membutuhkan alasan kan? Walaupun sebenarnya aku tau kepribadianmu seperti apa, tapi aku rasa hari ini mood-mu jelek karena ada sebabnya. Jadi ada apa?" balas Jinyoung.

Soo Hwa tidak bisa menutupi apapun lagi dari Jinyoung, sekali lagi. Namja ini sangat berbahaya, kau tidak akan pernah bisa berbohong padanya jika tidak pintar mencari cara dalam hal itu.

"Wae~"

"Kau tau kan jika aku diminta Hwang Ssaem dan Jung Ssaem untuk membimbing mahasiswa pindahan? Aku menceritakannya lewat telepon beberapa hari yang lalu jika kau lupa."

Jinyoung mengangguk, "Aku ingat. Siapa namanya? Do... Do..." gumamnya yang tak mengingat nama itu.

"Doyoung. Namanya Kim Doyoung." Jawab Soo Hwa.

"Ah benar itu dia. Lalu ada apa dengannya?"

"Tahan di sana dulu ya. Nah, hari ini aku bertemu dengan Ten. Tadi dia menjemputku, kami hanya ada waktu sedikit sebelum Ten kembali latihan. Aku melihatnya latihan tadi, lalu di tengah-tengah itu Doyoung menghubungiku. Ada yang ingin ditanyakannya tentang mata kuliah kami. Sebenarnya aku bisa langsung mengajaknya bertemu saat itu juga, tapi aku tidak mau."

"Kenapa tidak mau?" potong Jinyoung.

"Karena aku sedang bersama Ten. Kau tau kan betapa sibuknya Ten sejak dia memulai latihan pertamanya."

Jinyoung mengangguk pelan, "Ok, lalu...?"

"Lalu setelah sambungan telepon itu selesai Ten menyinggung tentang pembicaraanku dan Doyoung. Lalu dia bilang kenapa tidak bertemu sekarang, pertanyaan yang seolah-olah seperti menyuruhku pergi, kan? Dan dia langsung ketus padaku. Aku tidak mengerti kenapa dia seperti itu. Padahal jelas-jelas aku sudah bersikap tidak profesional karena tidak menjalani tugasku dan lebih mementingkan urusan pribadiku."

Jinyoung menghembuskan napas panjangnya sambil mengusap-usap pelipisnya, "Jelas-jelas Ten cemburu padamu. Kenapa tidak menyadarinya juga?" keluhnya di dalam hati.

"Setelah itu Ten bilang jika dia mengira jika aku akan pergi setelah mendapatkan telepon dari Doyoung, makanya dia ketus karena sebal. Tapi itu terdengar sangat tidak masuk akal bagiku."

"Lalu yang masuk akal bagimu apa?" tembak Jinyoung.

"Hmm?"

"Menurutmu kenapa Ten tiba-tiba ketus setelah kau menerima telepon dari mahasiswa pindahan itu?" lanjut Jinyoung.

Soo Hwa terdiam, dia terlihat berpikir alasan apa yang membuat Ten seperti itu padanya tadi.

"Mungkin karena Ten cemburu kau dekat dengan namja lain." Tembak Jinyoung lagi.

Soo Hwa menoleh sambil menatap Jinyoung tajam, "Park Jinyoung." Tegurnya.

"Wae? Itu tebakan dariku saja. Bisa saja kan?"

"Kata cemburumu ini mengarah ke mana, huh?" balas Soo Hwa.

Jinyoung mengangkat kedua bahunya, "Tergantung denganmu juga. Kau menangkap maksud kata cemburu dariku itu dalam konteks apa?" balasnya.

Soo Hwa berdecak, "Kau dan Ji Soo sama saja. Selalu membawa pembahasan ke arah sana. Jinyoung-ah... Aku dan Ten hanya akan selalu seperti ini saja. Aku sudah cukup bahagia bersahabat baik dengannya. Akan aneh rasanya jika ada rasa lain di antara kita."

Jinyoung mengangguk pelan sambil menatap Soo Hwa dengan senyuman yang tak dimengerti apa maknanya, "Itu untukmu kan? Bagaimana dengan Ten?" tembaknya lagi.

Soo Hwa terdiam. Untuk kali ini dia tidak bisa membalas ucapan Jinyoung.

Jinyoung menarik napasnya dalam-dalam, "Aku kesini untuk mengambil buku-buku ini untuk kelasku. Akan ada penelitian tentang teater... Ah, untuk apa kujelaskan. Kau juga tidak akan mengerti. Kalau begitu aku pamit dulu, hm?" tuturnya sambil menepuk pelan pundak Soo Hwa dan berlalu meninggalkan Soo Hwa yang masih terdiam.

"Itu untukmu kan? Bagaimana dengan Ten?"

Ucapan Jinyoung berhasil membuat beban pikiran Soo Hwa bertambah. Belum selesai dia memikirkan tentang sikap ketus Ten yang tiba-tiba itu, kini ditambah dengan perkataan Jinyoung yang menyinggung tentang perasaan Ten pada Soo Hwa.

"Ah aniya! Tidak mungkin. Aku yakin Ten juga sama sepertiku. Hubungan kami memang sudah sebatas sahabat saja. Aku bahkan sudah menemukan buktinya sejak lama. Tidak mungkin jika ada perasaan lain kan?" gumamnya sambil terus menggelengkan kepalanya.

"Lagipula... Jika Ten menyukaiku... Seharusnya dia sudah menyatakannya sejak lama juga kan?" gumamnya yang terdengar lirih.

**

Kelas Soo Hwa selesai lebih awal, dengan santai Soo Hwa memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Kau mau langsung pulang?" tanya Ji Soo.

Soo Hwa menggelengkan kepalanya, "Ani. Aku ingin bertemu dengan Doyoung dulu sebelum pulang. Sepertinya ada yang ingin ditanyakannya mengenai kelasnya hari ini."

"Ow~ Sibuk sekali sepertinya."

Soo Hwa mengangguk pelan, "Tapi selagi aku bisa, tidak apa-apa. Kasihan juga jika tidak ada yang membantunya kan?"

Ji Soo melihat wajah Soo Hwa, "Tidak apa-apa karena bisa bertemu dengannya terus, hm?" godanya.

"Hmm?"

"Aku lihat dia cukup tampan. Terlihat manis juga. Terlebih lagi kau terlihat ceria saat melihatnya, bahkan hanya dengan menyebutkan namanya saja sepertinya senang sekali." Tutur Ji Soo yang sekaligus ingin mengintrogasi Soo Hwa.

Soo Hwa tertawa pelan, "Ck, apa sih kau ini. Aku ini hanya ingin menjalankan permintaan Hwang Ssaem dan Jung Ssaem saja kok."

"Kalau lebih juga tidak apa-apa. Sepertinya anak itu baik ya?"

"Aish, tidak tau lah! Kalau begitu aku pergi ya? Annyeong, my Ji Chu~" pamit Soo Hwa yang langsung pergi meninggalkan Ji Soo.

Setelah benar-benar menjauh dari Ji Soo, Soo Hwa kembali melepas tawa kecilnya, "Apa benar aku terlihat ceria saat bersama Doyoung?" gumamnya.

"Aigoo, bahkan baru hitungan hari mengenalnya saja aku sudah tak jelas seperti ini. Aish, ada apa denganmu, Na Soo Hwa?" gerutunya.

**

To Be Continued....

Before You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang