Ten meminta izin untuk tidak mengikuti latihan hari ini. Pikirannya kacau sekali hari ini. Dia terus mengingat tentang pertemuannya dengan Johnny beberapa hari yang lalu. Pembicaraan mereka terus saja berputar di dalam pikirannya. Kini, dia memilih untuk menenangkan pikirannya di ruang himpunan. Seharusnya hari ini ruang himpunan masih ramai karena acara Ten sudah semakin dekat, tapi sepertinya mereka semua sedang berada di kelas masing-masing.
Perlahan, Ten kembali mengeluarkan amplop panjang itu dari dalam tasnya. Dan kembali membaca surat yang berjudul 'Surat Persetujuan Perpindahan'.
"Ada program terakhir dari Kang Isanim sebelum melepas masa jabatannya yaitu untuk mengembangkan nama kampus kita ke berbagai negara. Negara yang menjadi target kita adalah Thailand, Jepang dan China. Jika kau menerimanya, kau akan ditunjuk sebagai penanggung jawab Oliver University di Thailand. Secara singkat, kau akan bekerja sambil menyelesaikan kuliahmu di sana. Kau tetap akan menjadi lulusan dari Oliver University tapi kau akan menyelesaikan studi-mu di Thailand."
Perkataan Johnny kembali berputar di dalam telinga Ten.
"Kami tidak memaksamu untuk menerima ini, tapi tentu saja kau tau jika kami berharap kau menerimanya. Kita juga mengincar Jepang untuk ini, dan Yuta sedang mempertimbangkannya. Kau tidak perlu terburu-buru untuk memutuskannya. Aku tau kau pergi mendiskusikan ini dengan keluargamu juga."
"Jadi... Jika aku menerimanya... Aku akan kembali ke Thailand sampai urusan ini selesai? Aku... akan menyelesaikan semuanya selama 2 tahun di sana?"
"Yes." Jawab Johnny dengan cepat.
Ten melipat kembali kertas itu bersamaan dengan menghela napas beratnya sambil memejamkan kedua matanya. Lalu pikirannya mengarah pada percakapannya dengan kedua orang tuanya beberapa hari yang lalu. Mereka berdua mendukung program yang akan Ten jalani itu. Ten sebenarnya mau saja menerimanya, tapi... Bukankah itu berarti dia akan meninggalkan Soo Hwa?
"Kau tidak latihan hari ini, Ten?" tanya Taeyong yang tiba-tiba datang dan menghampiri Ten yang terlihat gelisah.
"Eo? Hai, Hyung."
Taeyong terkekeh pelan, "Aku bertanya kau latihan atau tidak, tapi kau justru menyapaku."
Ten menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung, "Ah, mianhae, Hyung. Iya aku tidak latihan, tepatnya aku meminta izin untuk hari ini."
"Kenapa? Kau kurang sehat lagi?"
"Aniya, hanya... Ah, bagaimana menjelaskannya ya?" bingung Ten.
Taeyong menarik napasnya dalam-dalam lalu melihat Ten serius, "Wae? Ada masalah?"
Ten ikut menarik napasnya dalam-dalam. Sepertinya dia memang butuh teman untuk bertukar pikiran, dan Taeyong mungkin adalah orang yang tepat dalam hal ini. Akhirnya, dengan yakin Ten memberikan lembaran surat itu pada Taeyong.
"Tentang ini, Hyung." tutur Ten.
Taeyong menatap lembaran kertas itu sejenak, lalu menerimanya dan mulai membacanya dengan hati-hati. Awalanya mata Taeyong terlihat biasa saja, sampai akhirnya dia memahami inti dari isi surat itu, dia langsung melebarkan kedua matanya.
"Ini... Kau... Akan pindah?" tanyanya.
Ten mengangguk, "Jika aku menyetujuinya. Johnny Hyung bilang aku bisa menjawabnya sampai event-ku selesai."
"Jika kau menyetujuinya, kapan kau akan pergi?"
"Bulan depan." Jawab Ten.
Taeyong menghembuskan napasnya kasar, "Tiba-tiba sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You #1
FanficKau adalah orang pertama yang mengisi hatiku yang sebelumnya kosong. Kau mengenalkanku pada banyak hal yang belum kumengerti sebelumnya. Kau membuatku tersadar jika kehadiran seseorang akan begitu berarti. Kau juga mengajarkanku jika tak selamanya k...