Suvarnabhumi Airport, Bangkok, Thailand
Akhirnya hari kepulangan Soo Hwa tiba. Keluarga Ten tak bisa mengantarkan Soo Hwa sampai bandara, sesuai dengan permintaan Ten. Ten benar-benar hanya ingin melepas Soo Hwa sendirian. Sepanjang perjalanan, Soo Hwa tidak pernah sekalipun melepas genggamannya dari tangan Ten. Selama itu juga Ten hanya bisa terus tersenyum melihatnya, dia tak ingin bertanya karena pasti Soo Hwa akan menangis.
Ten menghela napasnya begitu mereka sudah sampai di Boarding Gate, bersamaan dengan Soo Hwa yang tambah mengeratkan genggaman tangannya dengan Ten.
"Sudah waktunya check in." tutur Ten terdengar lirih sambil mengusap kepala Soo Hwa.
Soo Hwa langsung memeluk Ten, "Tidak bisakah kau ikut pulang denganku?" tanyanya yang sudah melepaskan tangisannya.
Ten hanya mengusap kepala Soo Hwa dan menggelengkan kepalanya, lalu perlahan mengendurkan pelukan mereka. Dia tersenyum tipis saat melihat kedua pipi Soo Hwa yang sudah basah.
"Jangan menangis." pintanya sambil mengusap pipi Soo Hwa.
Tapi Soo Hwa tak menurut padanya untuk kali ini, dia justru meremas ujung kemeja Ten sambil menahan isakan tangisnya agar tak terdengar.
"Jaga dirimu baik-baik ya. Jangan meminum kopi terlalu sering, karena aku tidak bisa memantaumu nantinya. Kau juga harus peduli dengan kesehatanmu mulai sekarang. Jangan sakit lagi." Tutur Ten sambil terus mengusap pipi Soo Hwa.
Soo Hwa mengangguk, "Kau juga."
Ten tersenyum tipis dan mengangguk. Kedua matanya juga sudah berkaca-kaca, tapi dia berusaha untuk menahannya sambil mengusap-usap lengan Soo Hwa.
"Masuklah." Pinta Ten.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu, Ten." Rengek Soo Hwa.
Tidak.
Pertahanan Ten langsung runtuh begitu mendengar ucapan Soo Hwa. Air mata Ten langsung terjatuh bersamaan dengan dirinya yang menarik Soo Hwa ke dalam pelukannya.
"Aku juga, Soo Hwa-ya." bisiknya yang terdengar begitu lirih di telinga Soo Hwa.
Soo Hwa memejamkan kedua matanya di saat dia kembali berada di dalam pelukan Ten. Dia bahkan terus menghirup aroma tubuh Ten, karena dia juga pasti akan merindukan itu.
"Kau harus terus memberiku kabar, hm? Kalau tidak aku akan marah." Ancam Soo Hwa di sela tangisannya.
Ten tertawa pelan lalu mengangguk, dan kembali melepaskan pelukannya dan menatap wajah Soo Hwa.
Soo Hwa tersenyum tipis lalu mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Ten, "Aku menyayangimu, Ten." Tuturnya.
Ten tersenyum sambil ikut mengusap pipi Soo Hwa, "Aku juga." balasnya, lalu setelahnya Ten mendaratkan ciumannya di kening Soo Hwa.
Soo Hwa memejamkan kedua matanya saat Ten mendaratkan bibirnya di sana cukup lama.
Perlahan Ten melepaskan ciumannya di sana, lalu tatapannya turun ke kedua mata Soo Hwa lalu ke bibir Soo Hwa, "Aku pernah bilang pada diriku sendiri jika aku tidak akan melakukan ini tanpa izin darimu."
Soo Hwa tak memberi reaksi, dia hanya terus menatap kedua mata Ten dalam-dalam.
"I wanna kiss you. Mungkin untuk yang pertama dan terakhir." Bisik Ten yang kembali menjatuhkan air matanya.
"Ten..." lirih Soo Hwa. Air matanya pun ikut jatuh saat mendengar ucapan Ten.
"Kau boleh mendorongku jika kau menolaknya." Tutur Ten yang perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Soo Hwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You #1
FanfictionKau adalah orang pertama yang mengisi hatiku yang sebelumnya kosong. Kau mengenalkanku pada banyak hal yang belum kumengerti sebelumnya. Kau membuatku tersadar jika kehadiran seseorang akan begitu berarti. Kau juga mengajarkanku jika tak selamanya k...