Forty Eight

13 4 0
                                    

Tak terasa pertunjukan telah selesai, sekarang Soo Hwa dan Ten juga sudah berada di dalam mobil yang Ten sewa. Ten bilang, sebelum pulang dia ingin membawa Soo Hwa untuk meminum kopi di kedai kopi yang memperlihatkan pemandangan malam hari di Thailand.

Di perjalanan menuju kedai kopi itu, Soo Hwa tidak bisa berhenti untuk melihat Ten. Pikirannya terus terarah pada rahasianya yang belum diketahui Ten, tentang dia yang juga pernah memiliki perasaan yang sama pada Ten. Soo Hwa ingin sekali memberitahu Ten tentang itu. Dia mau mengatakan itu agar dia bisa tenang dan tak ada lagi yang ditutup-tutupi.

"Sampai~ Untuk kali ini kau harus tetap berdiri di sampingku walaupun aku tau apa yang ingin kau pesan nanti. Kau tidak ingin hilang atau ada orang asing yang menyapamu kan?" tutur Ten setelah mematikan mesin mobilnya.

Soo Hwa menoleh dan tersenyum, "Eo~ Benar sekali." Jawabnya sambil terkekeh lalu keduanya sama-sama turun dari mobil.

Begitu masuk, sang kasir langsung menyapa Ten dan Soo Hwa, begitu juga dengan mereka. Soo Hwa sudah mempelajari bagaimana cara menyapa seseorang di Thailand dari Ten dengan sangat baik. Lalu setelahnya Ten langsung memesan kopi mereka dengan bahasa Thailand. Soo Hwa selalu tersenyum tiap kali mendengar Ten berbicara dengan bahasa Thailand, terdengar sangat menggemaskan baginya.

Ten menoleh, "Wae? Kau ingin meledekku ya?" tanyanya.

Soo Hwa mengerucutkan bibirnya, "Memangnya kalau tersenyum selalu diartikan dengan meledek, huh? Aku gemas saja setiap kali mendengarmu berbicara dengan bahasa Thailand."

Ten hanya meresponnya dengan tawa kecil, karena minuman mereka langsung selesai dibuat dan kini mereka beralih untuk mencari tempat duduk.

Kedai kopi ini memiliki tempat duduk di dalam dan di luar, Ten bilang kalau malam hari orang-orang pasti lebih suka untuk duduk di luar sambil memandangi pemandangan di malam hari. Dan Soo Hwa menyetujui itu.

"Suka tidak?" tanya Ten begitu mereka menemukan tempat duduk yang tepat.

Tempat duduk yang mereka pilih adalah tempat duduk yang mejanya menempel dengan pagar pembatas yang membuat mereka dapat melemparkan pandangan ke arah jalan raya dan gedung-gedung tinggi, dengan duduk berdampingan.

"Kalau aku tidak menyukainya, ekspresiku tidak akan seperti ini kan?" balas Soo Hwa yang memberikan senyumannya untuk Ten.

Ten tersenyum, "Lega mendengarnya."

Soo Hwa menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, "Aku masih tidak percaya akhirnya aku bisa menginjakkan kakiku di Thailand bersamamu."

Ten tersenyum tipis, "Aku juga. Bahkan setelah kejadian kemarin." Jawabnya dengan lirih.

"Hmm?" balas Soo Hwa yang menolehkan kepalanya untuk melihat Ten.

Ten menghela napasnya, "Aku tidak menyangka setelah kau tau semuanya, kau masih sama seperti Soo Hwa yang kukenal. Aku senang sekali karena kau tidak memilih untuk menjauhiku setelah kau tau jika aku mengingkari janji kita." Jawabnya lagi.

Soo Hwa tersenyum lalu perlahan meraih tangan Ten dan mulai memainkan jemari Ten seperti biasa. "Kau juga tau sendiri... Mana mungkin aku bisa jauh darimu." lirihnya.

Ten juga tersenyum tipis, "Tidak hanya sekali aku berpikiran untuk jujur padamu tanpa peduli apa reaksimu nanti atau tidak peduli kau menerimanya atau tidak, tapi... Saat itu aku takut jika kau tau, kau akan pergi meninggalkanku. Jadi pada akhirnya, aku berjanji pada diriku sendiri untuk memendam semuanya sendirian." Lanjutnya dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

Sama seperti Ten, kedua mata Soo Hwa mulai berkaca-kaca saat mendengar jawaban Ten. Lalu dia merasa jika sekarang mungkin waktu yang tepat untuk mengakui semuanya juga.

Before You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang