Twenty Five

19 3 0
                                    

Soo Hwa langsung pulang setelah hanya menghabiskan waktu bersama Ten dengan makan bersama. Ten bahkan tak mengantarkannya pulang, karena Soo Hwa yang memintanya sendiri. Dia ingin Ten juga langsung pulang dan istirahat.

Entah kenapa sekarang Soo Hwa merasa gelisah saja. Perkataan Jinyoung dan Jaehyun terus mengganggu pikirannya. Dia ingin membagi pikiran ini dengan yang lain, yang tentu saja bukan dengan Jinyoung. Soo Hwa tidak ingin membahas ini dengan Jinyoung, karena Jinyoung selalu membuatnya kembali berpikir untuk mencari tau sendiri tentang ini.

"Ji Soo." Gumamnya yang langsung menarik ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidurnya dan langsung menghubungi Ji Soo.

Tok... Tok...

"Noona? Kau sudah tidur?"

Belum sempat sambungan telepon itu tersambung, Jaemin memanggilnya.

"Belum!" jawabnya sedikit kencang dan langsung berdiri untuk membukakan pintu. "Wae?"

"Ada Ji Soo Noona." Jawab Jaemin sambil memiringkan tubuhnya, memperlihatkan keberadaan Ji Soo di sana.

"Eo? Aku baru saja ingin meneleponmu tadi." tutur Soo Hwa.

"Appa dan Eomma pergi ke Incheon sore tadi. Kakakku juga menginap di rumah temannya. Aku takut sendirian di rumah. Jadi... Bolehkah aku menginap di sini?" tanya Ji Soo.

"Aish, Noona. Tentu saja boleh. Kau seperti orang baru saja." Sahut Jaemin.

Soo Hwa menoleh, "Ya~ Dia berbicara padaku, Na Jaemin-ssi."

Ji Soo terkekeh lalu mengacak rambut Jaemin, "Aku juga meminta izin padamu, Jaemin-ah."

Jaemin hanya ikut tertawa, "Kalau begitu aku pamit ke kamarku dulu ya, Noona."

Soo Hwa mengangguk dan mengusap kepala Jaemin sebelum adiknya itu benar-benar kembali ke kamarnya.

"Jadi kenapa ingin meneleponku tadi?" tanya Ji Soo.

Soo Hwa menoleh lalu menghela napasnya, "Masuk dulu." Ajaknya.

Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar Soo Hwa, dan duduk berhadapan di atas tempat tidur Soo Hwa.

"Kenapa? Ada masalah, hm?" tanya Ji Soo.

"Ji Soo-ya... Menurutmu, aku dan Ten itu seperti apa?" tanyanya langsung.

Ji Soo menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan sambil tersenyum tipis, "Kenapa baru sekarang kau menanyakan pendapatku, hm?"

Soo Hwa hanya menghembuskan napasnya saat mendengar respon Ji Soo.

"Hmm, jika saja aku tak mengenal kalian berdua tentu saja aku melihat kalian seperti sepasang kekasih yang sedang menyembunyikan kebenaran hubungan kalian dari orang lain. Tapi, kau selalu mengatakan tidak. Kau bilang kau menyayangi Ten, sama seperti kau menyayangiku dan Jinyoung." Jelas Ji Soo.

Lalu kembali menghela napas beratnya sebelum melanjutkan lagi kalimatnya, "Kau tau tidak? Tidak ada sahabat yang seperti kalian, bahkan kau tau jika kau tidak sebegitunya dengan Jinyoung, kan?" sambung Ji Soo.

"Maksudmu?"

"Coba kau ingat-ingat. Pernahkah kau berjalan berdua sambil merangkul Jinyoung? Pernahkah kau terus mengabari Jinyoung setiap kalian tidak bersama? Pernahkah kau memeluk Jinyoung saat kalian sedang menonton sesuatu bersama?" tanya Ji Soo.

Soo Hwa terdiam sejenak sambil mengingat-ingat. Dia memang pernah melakukan salah satu dari kegiatan yang disebutkan Ji Soo itu dengan Jinyoung, tapi dengan Ten... Dia sudah melakukan semuanya.

"Dibandingkan dengan Ten, kau lebih dulu bertemu dengan Jinyoung, kan? Jika memang kalian hanya sebatas sahabat, seharusnya kau juga seperti itu dengan Jinyoung bukan? Bahkan mungkin bisa lebih dari itu." tanya Ji Soo.

Soo Hwa menundukkan kepalanya.

"Aku tidak pernah menanyakan ini padamu, tapi sepertinya sekarang waktu yang tepat. Kau... Apa kau menyukai Ten? Ah! Tidak. Mungkin ini lebih tepat. Apa kau pernah jatuh cinta pada Ten?" tanya Ji Soo.

Soo Hwa tambah menundukkan kepalanya, dia bahkan mulai menarik kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana. Lalu tak lama dia mengangguk.

"Jadi dugaanku selama ini benar, kan?" Lirih Ji Soo sambil mendekati Soo Hwa dan merangkulnya. "Apa Ten tau tentang ini?" tanyanya lagi.

Soo Hwa menggelengkan kepalanya, "Kami pernah berjanji untuk tidak melebihi itu, jadi aku memendamnya sendiri. Bahkan aku menyembunyikan ini darimu dan juga Jinyoung agar aku tidak akan terlarut dalam perasaanku waktu itu padanya." Jawabnya dengan suara serak, dia mulai menangis.

"Itu terjadi sudah lama, Ji Soo-ya. Sejak pertemuan pertama kami. Ten begitu baik padaku, dia bahkan selalu memberikan semua perhatiannya padaku. Mana mungkin aku tidak jatuh cinta dengan perlakuannya seperti itu, kan?" Lanjutnya yang kini mengangkat kepalanya dan menatap Ji Soo.

"Lalu kenapa kau tiba-tiba mengingatnya lagi?" tanya Ji Soo sambil membantu Soo Hwa menghapus air matanya.

"Karena Jinyoung terus membahasnya, dan juga beberapa hari yang lalu Jaehyun juga bertanya tentang itu. Aku tau memang aku dan Ten terlihat berlebihan di balik status pertemanan kami. Tapi untuk sekarang, jujur tidak ada perasaan cinta lagi dariku untuknya. Aku hanya menyayanginya seperti aku menyayangimu dan juga Jinyoung. Seperti itu saja." Jawabnya.

"Pernahkah kau memikirkan kemungkinan jika Ten menyukaimu juga?" tanya Ji Soo.

Soo Hwa langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin. Aku pernah melihatnya bersikap manis juga dengan orang lain. Dan dia mengatakan jika dia seperti itu karena merindukan adiknya saja. Jadi, aku merasa jika Ten juga seperti itu padaku. Karena itulah, aku belajar untuk membuang perasaan itu darinya."

"Dan kau berhasil?" tanya Ji Soo.

"Kurasa begitu." Jawab Soo Hwa tak yakin.

"Bagaimana tentang Doyoung?"

Soo Hwa menghela napasnya kasar, "Ya~ Aku sedang membahas tentang Ten, kenapa kau membahas Doyoung tiba-tiba?"

"Untuk perbandingan. Coba kau ingat-ingat. Bagaimana rasanya saat Ten melakukan hal manis padamu dan bagaimana rasanya saat Doyoung yang melakukannya? Mungkin itu akan membantumu." Jawab Ji Soo.

"Cara yang lain. Coba ajak Ten berbicara dan bahas tentang kau yang mulai tertarik, ah tidak, kau yang jatuh cinta dengan Doyoung. Dari sana kau bisa melihat apa respon yang Ten berikan."

Soo Hwa mengkerutkan keningnya, "Bagaimana jika itu justru membuat pikiran Ten terganggu? Kau tau penampilannya sebentar lagi kan?"

Ji Soo menghela napasnya dan mencoba berpikir dengan cepat, "Atau cara terakhir. Coba kau bayangkan, jika Ten menciummu dengan Doyoung yang menciummu." Sambungnya yang membuat Soo Hwa langsung melotot dan membekap mulut Ji Soo.

"Ya! Kamar adikku tepat di sampingku. Bagaimana jika Jaemin dengar?" bisik Soo Hwa.

"Ck! Setipis apa dinding kamar Jaemin sampai dia bisa mendengarnya, eo?!" jawab Ji Soo yang menepis tangan Soo Hwa dari mulutnya.

"Cobalah! Tidak perlu memikirkannya sekarang. Pelan-pelan saja, hm?" sambungnya lagi sambil mengusap pundak Soo Hwa.

Soo Hwa mengangguk pelan lalu kembali menundukkan kepalanya, "Aku... Hanya tidak ingin kehilangan Ten." Lirihnya.

"Hmm?"

"Jika aku mengakui perasaanku saat itu, jika aku jujur pada Ten namun di sisi lain Ten tidak begitu. Pasti akan canggung untuk kami, dan mungkin saja perlahan Ten akan jauh dariku."

"Soo Hwa-ya."

"Dan... Jika kami berteman saja, kalau bertengkar pasti akan mencari cara untuk meminta maaf dan berbaikan. Tapi... Jika kami berpacaran, lalu bertengkar, kemungkinan besar tidak bisa berhubungan baik lagi kan? Dan jika itu terjadi..." Soo Hwa kembali menjatuhkan air matanya, "Aku akan kehilangan Ten. Itu yang aku takutkan." Rengeknya.

Ji Soo tidak bisa berkata-kata lagi selain menarik Soo Hwa ke dalam pelukannya. "Aku mengerti. Jangan menangis." bisiknya.

**

To Be Continued

Before You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang