Di sinilah Ten sekarang, memandangi Doyoung yang hanya men-dribble bola basketnya itu dengan kekuatan yang sangat lemah sepertinya. Ten menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan dan mulai mengambil langkahnya untuk mendekati Doyoung.
"Tidak seperti itu cara men-dribble bola, Doyoung-ssi." Tuturnya dengan suara yang sedikit keras agar terdengar oleh Doyoung.
Doyoung menoleh lalu hanya menghembuskan napasnya dan kembali fokus dengan bola itu.
Ten menghela napasnya, "Jika kau tidak bisa mempertahankan bola ini, dia dapat direbut dengan mudah. Like this..."
TAP.
Ten langsung merebut bola itu dari tangan Doyoung, sedangkan Doyoung hanya kembali menghela napasnya.
"Sama seperti jika kau tidak bisa memperjuangkan seseorang, akan ada orang lain yang siap untuk merebutnya darimu." tutur Ten.
Doyoung menghela napasnya dan melemparkan tatapannya pada Ten, "Aku tidak ingin berkelahi lagi denganmu."
"Aku juga tidak." Jawab Ten dengan cepat, "Aku datang karena ingin berbicara baik-baik denganmu, karena mungkin ini adalah hari terakhir aku bisa menemuimu seperti ini."
"Apa maksudmu?"
"Dua minggu lagi aku akan pergi ke Thailand. Negara asalku. For your information." Jawab Ten.
"Aniya, aku tau itu. Soo Hwa pernah mengatakannya padaku." balas Doyoung.
Ten menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan perkataannya, "Sepertinya aku akan lama di Thailand. Aku bahkan belum bisa memastikan kapan aku bisa kembali ke Korea setelah aku sampai di sana."
Doyoung menyimak.
"Soo Hwa sangat sedih dengan keputusan yang kuambil itu, tapi aku tidak bisa membatalkannya karena aku sudah menandatangani kontraknya dan juga keluargaku sudah tau tentang ini, dan mereka senang sekali aku akan pulang." Lanjut Ten.
"Lalu apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" Tekan Doyoung.
"So, for 3 or 4 days... Let me take her to Thailand." Sambung Ten yang kembali menarik napasnya dalam-dalam sebelum mengatakan itu pada Doyoung.
"M-mwo? Kau akan membawanya ke Thailand?" balas Doyoung sedikit terbata.
Ten mengangguk, "Sebenarnya dengan atau tanpa meminta izin darimu, aku akan tetap membawanya bersamaku nanti."
Doyoung menghembuskan napasnya dengan kasar, "Lalu untuk apa kau repot-repot menemuiku seperti ini, huh?" kesalnya.
"Cause she's yours now. Dan aku menghargaimu." Jawab Ten dengan yakin.
Doyoung dibuat terdiam dengan jawaban yang Ten berikan padanya. Dia tidak percaya Ten berbicara semulus itu padanya, dibandingkan dengan Ten yang kemarin seperti begitu membenci hubungan Soo Hwa dengannya.
"Mulai sekarang, aku percayakan Soo Hwa padamu. Dan... Aku mohon padamu untuk menjaganya dan jangan pernah coba-coba untuk menyakitinya. Jika aku sampai tau kau menyakitinya, aku tidak akan segan-segan untuk merebutnya darimu." lanjut Ten dengan raut wajah seriusnya.
Doyoung menghela napasnya, "Tanpa kau minta pun aku akan melakukan semua itu."
Ten tersenyum tipis, "Ku anggap kau telah memberikanku izin untuk membawa Soo Hwa. Tinggal kau yang menunggu apakah Soo Hwa akan meminta izinmu atau tidak." Lanjutnya yang terdengar seperti meledek Doyoung, mengingat dia yang tau jika hubungan Doyoung dengan Soo Hwa belum membaik.
"Apa kau baru saja meledekku, huh?" geram Doyoung.
Ten terkekeh lalu mengulurkan tangannya pada Doyoung, "I trust you, Doyoung-ssi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You #1
FanfictionKau adalah orang pertama yang mengisi hatiku yang sebelumnya kosong. Kau mengenalkanku pada banyak hal yang belum kumengerti sebelumnya. Kau membuatku tersadar jika kehadiran seseorang akan begitu berarti. Kau juga mengajarkanku jika tak selamanya k...