21. Kepala Bawah

6.9K 159 24
                                    

Tok

Tok

Tok

"ha? Ini rumah siapa anjir?! Kecil banget!"

Jian membuka pintu lalu menatap datar menyambut kedatangan abang nya itu.  Dira menatap jian dengan wajah sinis, adek nya itu memang tidak pernah bosan memperlihatkan wajah datar itu dari dulu kepadanya.

"ck, ngapain sih? Lo beneran pulang?" tanya jian masih diambang pintu seakan akan tidak memperbolehkan Dira masuk ke dalam.

Dira menatap tajam kepada jian. "terserah gue." dingin nya.

"yaudah. Balik lagi sono! Ngapain sih pulang segala nambah bikin repot gue aja!" ketus jian melipat tangan nya ke dada.

Dira menyentil dahi jian dengan jari telunjuknya, membuat jian kesakitan sambil memegangi dahinya. "emang gak pernah sopan lo sama gue!  Gini gini juga abang lo!" kesal Dira menatap jian.

Jian masih meringis kesakitan, dahinya mulai memerah akibat sentilan dari Dira.

"ini rumah mama sama ayah? Kok? Kecil banget njir?!" tanya Dira melihat sekeliling rumah dan sekitar rumah tersebut.

Jian berdecak. "pura pura lupa lo?, ini rumah mantan lo!'

Dira terdiam membulatkan matanya, mengingat ingat sesuatu untuk mengenali rumah yang saat ini dia injak. "emm.. Rumah siapa? Lupa gue! Biasalah kelamaan di amerika." ujar Dira terkekeh menatap jian.

Jian memutarkan bola matanya dengan malas. "heleh, pura pura kan lo bang? Lo kesini mau ngeledek gue kan?" sinis jian sudah yakin bahwa kedatangan abang nya untuk meledeknya karena abang nya itu sudah tau jian tidak punya apa apa lagi sekarang.

Jian didorong paksa oleh Dira agar dira bisa masuk ke dalam rumah tersebut. Saat masuk ke dalam rumah itu,  Dira langsung menghirup aroma kue dari arah dapur membuat matanya terpejam sembari duduk disofa.

"bisa masak lo sekarang?" tanya nya menatap jian yang sedang menutup pintu. Jian menoleh dengan malas tanpa menjawab pertanyaan Dira.

"bukan gue yang masak. Mantan lo yang masak." dingin jian ikut duduk di sebelah dira.

"dih? Kangen gue kan lo?  Tuh, lo liat deket deket gua duduknya." Dira sempat terkejut dan meledek jian yang tiba tiba duduk disampingnya.

Jian berdecak, tanpa banyak omong dia menggeser jarak duduknya kini agak menjauh dari Dira.

"mantan? Mantan gue siapa dah? Perasaan gue punya mantan banyak di amerika doang." heran Dira mengusap usap dagunya dengan tanda tanya menatap jian.

Jian menggelengkan kepalanya. "parah sih lo.  Ternyata lo brengsek juga ya bang. Tapi tenang aja, mantan lo yang ini udah jadi milik gue. MILIK GUE." Diakhir katanya jian berbicara dengan lantang.

Dira mengerutkan dahinya, tidak mengerti dan tidak paham siapa orang yang dimaksud oleh jian yang disebut mantan nya.

"lupa? Buset bang. Mantan lo ini dulu musuh gue banget. Dulu tuh gue nyuruh lo buat marahin tuh pacar lo, lo gak mau." ketus jian menatap dira dengan sinis.

"ha?, gue marahin pacar gue demi lo? Emang nya kenapa?" tanya dira benar benar tidak mengingat siapa mantan nya itu.

"iye. Gara gara pacar lo itu suka bully, gangguin, nyakitin gue. Tapi lo nya gak mau, cuma gara gara dia pacar lo, dia cuma lo nasehatin doang." kesal jian saat mengingat kejadian dahulu.

Dira masih diam. Belum mengingat atau mengenal wanita yang dibicarakan oleh jian.

"mau minum apa lo? Gua baik nih hari ini. Buruan, mau minum apa?!"

MMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang