9

673 71 4
                                    

Happy Reading 💜😚

***

Anak-anak itu seperti malaikat. Jungkook merasa seperti berada di tengah-tengah surga.

Ia menyaksikan sambil tersenyum saat anak-anak bermain di depannya. Beberapa dari mereka masih balita, beberapa lebih tua tapi tidak kalah manisnya. Sekelompok dari mereka berlari melewatinya dengan membawa bola, tawa dan jeritan polos mereka mengisi kekosongan di hatinya.

Seperti hari lainnya pada akhir pekan, ia berada di taman bermain sebuah panti asuhan untuk menemani anak-anak malang itu.

Panti asuhan itu dekat dengan butik, hanya satu blok di sebelah danau yang indah. Selama hari-hari awalnya saat ia bergabung dengan butik Theo untuk memulai kembali hidupnya, tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan tempat damai ini. Sejak saat itu, ia selalu mengunjungi anak-anak setiap akhir pekan dan terkadang dua kali dalam sepekan. 

Panti Asuhan Pelita menjadi pelipur laranya karena ia menemukan anaknya sendiri yang tidak bisa ia lihat di antara anak-anak ini. Terkadang ia menggendong seorang balita untuk duduk di pangkuannya dan menghujani mereka dengan kecupan dan kasih sayang yang akan ia berikan untuk anaknya sendiri.

Ia masih ingat bagaimana rasanya hari pertama ketika anak-anak menjegalnya dengan pelukan erat saat ia membawakan makanan ringan dan hadiah untuk mereka, ia menangis saat itu juga.

Jika seseorang dapat menemukan surga di bumi, itu hanya dapat ditemukan melalui hati anak-anak yang polos dan murni. Dan ia menemukannya. Butuh waktu sebelum ia akhirnya bisa mengendalikan emosinya dan tidak menangis setiap kali ia datang ke tempat itu.

Melihat kondisi keuangannya yang rata-rata, ia tidak bisa memberi banyak kepada mereka, tapi mencoba melakukan apa pun yang ia bisa. Dibandingkan dengan uang, kasih sayanglah yang lebih didambakan oleh anak-anak ini dan ia bisa memberi mereka banyak kasih sayang.

Ada beberapa orang yang duduk di sampingnya di atas matras. Jungkook berbalik dan bertemu pandang dengan wajah yang ramah dan agak keriput.

"Dia pendatang baru di sini," pendiri tempat itu, Kim Seokjin berkata sambil tersenyum, melirik ke arah anak kecil di gendongan Jungkook. "Usianya lima bulan."

Hati Jungkook melonjak melihat bayi itu. Ia membuka tangannya dan Seokjin menempatkan anak laki-laki itu di dalam pelukannya. Saat Jungkook mengistirahatkan kepala anak laki-laki itu di dadanya, sebuah desahan lolos dari bibirnya. Senyum muncul di bibirnya karena kehangatan yang menyelimuti jiwanya.

"Bagaimana Anda bisa menemukan si kecil yang lucu ini?" ia bertanya dengan nada suara yang lembut, mengusapkan jarinya dengan lembut ke pipi anak laki-laki yang penuh dengan air liur itu.

Desahan panjang melewati bibir Seokjin. Kerutan di keningnya semakin dalam. "Salah satu perawat kami menemukannya dari tempat sampah saat dia melewati daerah kumuh Daegu."

Amarah dan rasa sakit menghantam hati Jungkook, ia memeluk anak laki-laki itu lebih erat dan anak itu memekik kegirangan. Sepertinya ia menyukai pelukan Jungkook, jelas ia tidak pernah mendapatkannya sebelum dibuang secara tidak manusiawi.

Jungkook duduk di sana dengan bayi laki-laki itu di pelukannya sampai matahari terbenam dan anak-anak harus dibawa ke dalam panti. Sulit untuk mengembalikan anak laki-laki itu kepada Seokjin, tapi ia harus melakukannya.

Saat pergi, ia memutuskan akan kembali ke panti asuhan lebih cepat. Jika mungkin ia bahkan akan tinggal di sana secara permanen. Tidak ada yang memberinya lebih banyak kepositifan, harapan, dan keyakinan selain panti asuhan itu dan anak-anak yang tinggal di sana. Tempat itu bukan hanya perlindungan bagi anak-anak, tempat itu juga perlindungan baginya.

Hari mulai gelap tapi ia belum ingin kembali ke apartemennya. Jadi, ia berjalan ke tepi danau. Di sana terdapat sebuah jembatan kecil. Ia berjalan di atasnya dan berdiri di dekat pagar kayu, menatap bunga lili yang terombang-ambing di air danau yang biru saat bulan menyinarinya dengan cantiknya.

Jungkook tidak tahu berapa lama ia tetap seperti itu.

Angin dingin bertiup melewatinya saat itu, membuatnya menggigil. Entah kenapa, suasana menjadi sunyi pada saat itu dan perasaan aneh menyelimutinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Anehnya, ia merasa seperti sedang diawasi —dengan mata yang tajam menembus kulitnya.

Kepalanya menoleh ke samping. Dan akhirnya, matanya terkunci dengan mata yang tidak pernah ia duga akan ia lihat dalam waktu dekat.

Tidak!

Ini pasti hanya ilusi semata!

***

Taehyung mengunyah makanan yang disajikan dan menelan gigitan demi gigitan, anehnya ia merasa seperti sedang mengunyah giginya sendiri. Dan orang-orang mengatakan restoran Italia itu meskipun tempatnya murah dan kecil adalah restoran terbaik di Daegu.

Baginya, makanan itu seperti sampah!

Tapi sekali lagi, apa pun yang ia makan hari ini rasanya sama saja. Seperti sampah.

Ia curiga itu lebih berkaitan dengan hilangnya nafsu makan dan bukan kualitas makanan.

Taehyung mengakui bahwa pemandangan danau dari tempatnya cukup damai. Pemandangan itu agak menenangkannya, dan sudah lama ia tidak merasakan ketenangan. Jadi setelah ia selesai dengan makan malamnya yang sepi, ia keluar dari restoran dan meskipun ia ingin masuk ke mobilnya, kembali ke apartemennya dan menenggelamkan dirinya ke dalam minuman keras malam itu, ia justru berjalan menuju danau.

Tiang lampu di sisi jalan menerangi sebagian besar danau. Tapi masih ada sisi jauh di mana cahaya tidak dapat mencapai, hanya ada bulan yang begitu terang. Dan seperti magnet, cahaya bulan yang berkilauan telah memikatnya. Langkahnya yang lambat, mengembara tanpa tujuan dan perasaan gelisah membawanya ke sana.

Taehyung terkejut menemukan jembatan kecil di sana, dan terlebih lagi saat melihat sosok wanita kurus yang berdiri di sana, wajahnya ditutupi oleh helaian rambutnya yang beterbangan sembarangan. Ia berdiri di kaki jembatan berbentuk busur dan mengerutkan kening pada ketukan di hatinya.

Angin sepoi-sepoi bertiup. Rasa menggigil mencapai kulitnya mengetahui sesuatu yang signifikan akan datang. Dan itu terjadi.

Gadis itu tiba-tiba menoleh ke arahnya.

Taehyung membeku.

Kakinya menolak untuk mendengarkan perintahnya dan justru membawanya lebih dekat dengan gadis itu. Ia menghentikan langkah saat jaraknya hanya beberapa inci lagi. Rasa rasa sakit terlihat di mata gadis itu yang sekarang mengkilap karena air mata, Jungkook mundur selangkah ke belakang tapi kakinya saling bertabrakan satu sama lain. Napas Taehyung terengah saat melihat gadis itu mundur.

Taehyung mengangkat tangannya seolah ingin memeluk gadis itu, namun yang bisa ia lakukan hanyalah menyelipkan helaian rambut gadis itu ke belakang telinganya sebelum gadis itu mundur perlahan dan berbalik membelakanginya.

Jungkook tidak pernah menoleh ke arahnya lagi, mata itu tidak lagi terpaku padanya seperti sebelumnya. Gadis itu melompat dan berlari, lalu menghilang dari pandangannya bahkan sebelum ia bisa berkedip.

Mengepalkan tinjunya, bernapas berat dengan gempuran emosi, Taehyung berdiri tak bergerak di sana untuk waktu yang lama.

Bersambung

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang