8

688 75 4
                                    

Terimakasih sudah vote dan komen💜💜😚

***

Masa lalu memiliki caranya sendiri untuk merayapi kita saat kita telah berhasil melupakannya. Masa lalu seperti bayangan, selalu mengejar kita.

"Jimin …," Jungkook tergagap karena terkejut.

Kilas balik malam itu datang dengan cepat di depan matanya, kenangan itu bangkit dari bagian pikirannya yang terdalam dan menyebabkan kekacauan yang begitu menyakitkan. Ia mengingat semua yang Jimin katakan di telepon malam itu, di antara banyak luka lain, pengkhianatan pria itu adalah salah satu yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.

Ada campuran emosi yang bermain di wajah Jimin. Ia senang bertemu Jungkook setelah sekian lama tapi pada saat yang sama hatinya sakit membayangkan apa yang telah gadis itu alami.

"Kook," gumam Jimin, emosi bersarang secara permanen di dalam dirinya. "Ya Tuhan! Jungkook … kau … astaga, Kook …," katanya sambil menangkup pipi Jungkook.

Jungkook ditarik kembali ke masa kini mendengar suara pemuda itu, ia membalas dengan menepis tangannya dan hendak pergi, tapi Jimin menangkap pergelangan tangannya dengan cepat.

Jimin tersenyum lega, ia akhirnya bisa bernapas lega sekarang setelah pencariannya selesai. Akhirnya, ia menemukan sahabatnya. "Di mana kau selama ini, Kook? Aku mencarimu ke mana-mana! Apa kau baik-baik saja? Di mana kau tinggal?"

Ia melontarkan banyak pertanyaan kepada gadis itu. Tapi sebagian besar pertanyaannya mendapat jawaban secara otomatis saat ia menatap mata gadis cantik itu, mata penuh kesedihan itu telah kehilangan kehidupan di dalamnya dan memiliki lingkaran hitam di sekitarnya. Wajahnya begitu pucat, berat badannya turun drastis, segala sesuatu tentang dirinya berteriak keras bahwa dia tidak baik-baik saja. Ia tampak rusak tetapi entah bagaimana masih bisa bertahan hidup. 

Jungkook tertawa sinis, nada dinginnya menusuk tulang.

Hati Jimin terasa sakit.

"Kau ingin jawaban setelah apa yang kau lakukan padaku?" Jungkook mendesis.

Jimin menggelengkan kepalanya dengan marah. "Jung—"

"Tidak," Jungkook memotong, suaranya pecah karena emosi. "Masih sulit bagiku untuk percaya bahwa sahabatku telah menghancurkanku. Hanya dengan beberapa foto, kau berhasil membuatku menjadi wanita jahat di matanya! Kau berhasil, Jimin. Yah, selamat untuk itu," kata Jungkook, air mata mengalir di pipinya.

"Bagaimana kau bisa … bagaimana kau bisa melakukan hal serendah itu, Jimin?!"

"Aku tidak melakukannya!" ketus Jimin, tinjunya mengepal. "Percayalah, Kook. Malam itu … apa pun yang kau dengar, kau hanya mendengar sedikit dan jelas kau salah paham. Aku tidak ada hubungannya dengan foto-foto itu, Kook. Kau harus percaya padaku!"

"Mungkin kau benar. Mungkin." Jungkook menggelengkan kepalanya, terisak. "Tapi apa itu bisa mengubah apa yang sudah terjadi?" Tidak sulit untuk mendengar ketulusan dalam suaranya, tapi … begitu banyak yang telah dihancurkan dan kebenaran tidak lagi penting.

Mata Jimin kabur oleh cairan bening saat melihat Jungkook dalam keadaan rentan. Ia ingin sahabatnya kembali. Ia berharap ia masih tidak kehilangan dirinya.

Dalam upaya putus asanya, Jimin memegang bahu Jungkook, mencoba menenangkannya. "Aku mengerti kau telah melalui banyak hal, tapi kita dapat membuktikan bahwa kau …."

"Membuktikan?!" Itu membuat Jungkook tersentak tiba-tiba dan ia mendorong Jimin dengan kasar. "Tidak bisakah kau melihat bahwa hal itu tidak menjadi masalah lagi bagiku? Tidak ada yang bisa mengembalikan anakku yang sudah mati! Tidak ada!"

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang