38

552 55 7
                                    

Dahulu, semuanya tampak begitu sempurna, bahkan tidak ada ujian yang harus mereka lewati untuk bisa melihat apakah cinta mereka dapat bertahan dalam jilatan api dan kedalaman samudera yang dahsyat.

Dan ketika akhirnya saatnya tiba dan mereka dihadapkan pada ujian akhir, hubungan mereka terpecah dengan begitu mudah.

Sekarang apa gunanya jika Taehyung mengingatkannya pada lagu dan momen-momen kebersamaan mereka?

Apa gunanya jika Taehyung menatapnya dengan intensitas sedemikian rupa sehingga membuatnya meleleh?

Saat lagu itu berakhir, di tengah jalan dan seperti keberadaan pelangi yang samar-samar, Jungkook menghembuskan napas berat yang tertahan di dadanya.

Itu menyakitkan. Itu sangat menyakitkan. Dia makan dengan gerakan seperti robot dan baru menyadari bahwa piringnya kosong. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Taehyung berbicara dengan beberapa orang.

Theo diam-diam mengambil piringnya, Jungkook memperhatikan bahwa Theo tidak menatapnya. Namun, ekspresi pria itu tampak biasa saja, dan tampak sangat ceria. Tapi Jungkook tahu lebih baik, ia bisa membaca raut wajah pria itu. Sama seperti Theo telah belajar membaca dirinya, ia juga belajar hal yang sama. Persahabatan mereka terikat saat mereka bersama-sama melewati titik terendah mereka —Jungkkook mengalami kehancuran rumah tangga dan Theo dengan tekanan bisnisnya. Bersama-sama mereka telah belajar untuk bangkit dan bersama-sama mereka berjuang.

Keenan merengek dan Theo membawanya ke pangkuannya, mengayunkannya dengan pelan untuk menenangkannya.

Bibir Jungkook tertarik dengan senyuman hangat saat melihatnya. Ia bisa membayangkannya dengan sangat jelas … Theo duduk di kursi goyang sambil memangku seorang anak, kacamatanya tergantung rendah di hidungnya, sibuk menyanyikan lagu pengantar tidur.

Ia berkedip beberapa kali, menggelengkan kepalanya, dan kemudian berdiri sambil merapikan gaunnya.

"Dia mengantuk," katanya lembut, membungkuk dan merentangkan tangannya ke arah Keenan. Theo meliriknya dan tersenyum, ia menyerahkan Keenan pada Jungkook.

"Aku akan menidurkannya di ayun," kata Jungkook.

Theo mengangguk tanpa kata.

Tiba-tiba rasanya jadi canggung. Theo menatapnya lebih lama dari biasanya dan Jungkook tidak yakin apakah ia harus mengatakan sesuatu atau hanya berbalik dan pergi. Setelah beberapa detik, Theo akhirnya mengalihkan pandangannya dan dengan kepala tertunduk menatap telapak tangannya yang terbuka.

Yoongi menatap ke depan dan ke belakang. "Apa kau ingin aku menggunakan pisauku untuk merobek keheningan?" Yoongi akhirnya membuka mulutnya, tatapannya kosong. "Ini sangat membosankan."

***

Keenan menenggelamkan kepalanya ke bahu Jungkook, air liurnya menetes, matanya setengah tertutup saat gadis itu berjalan di dalam gedung panti asuhan.
Ia berada di tengah koridor yang kosong dan di dekat pintu kamar bayi ketika ia mendengar langkah kaki di belakangnya.

"Jungkook …," panggil Taehyung.

Ia berhenti di depan pintu kamar bayi, berbalik dan melihat pria itu berdiri tepat di belakangnya. Wajah pria itu berubah menjadi ekspresi yang tidak terbaca saat melihat Jungkook menggendong Keenan dalam pelukannya.

Taehyung tampak semakin kurus, Jungkook menyadari itu. Kemejanya sedikit longgar, otot-ototnya tidak terlalu menonjol.

Tanpa berkata-kata, Jungkook berbalik lagi dan masuk ke dalam kamar bayi. Ia bisa merasakan tatapan mata Taehyung saat ia membaringkan Keenan yang sudah tertidur ke dalam ayun. Saat ia menegakkan badan, ia menemukan Taehyung bersandar di kusen pintu, lengannya disilangkan di depan dadanya. Alisnya berkerut, matanya menggambarkan kehampaan yang luar biasa dan juga rasa rindu.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang