6

763 71 6
                                    

Terimakasih untuk vote dan komennya💜💜

***

Bukan karena jalan yang macet, atau karena penerbangannya tertunda dan pertemuan pertamanya dengan calon pembeli ditunda yang membuat Taehyung menjadi kaku karena stres dalam perjalanan kembali ke apartemennya.

Tapi itu karena perasaan di dadanya.

Angin di sekelilingnya terasa seperti dialiri listrik saat ia berjalan keluar dari bandara dan memasuki kota yang kecil namun cukup indah itu.

Daegu.

Melihat sekeliling pada keindahan kota, ia hanya bisa memikirkan satu orang yang tidak ia inginkan.

Jungkook.

Gadis itu adalah pecinta alam, ia akan menikmati duduk di tepi danau dan taman yang dilihatnya saat bepergian bersamanya.

Tangannya mengepal.

Sebuah memori melintas di depan matanya, Jungkook di kursi penumpang dengan senyum tenang di bibirnya, salah satu tangannya terulur ke jendela yang terbuka. Dan ia memejamkan matanya sejenak seolah mencoba menyerap esensi momen itu, terlihat seperti malaikat. Taehyung telah terpikat olehnya.

Taehyung mengerang dan menggelengkan kepalanya menyadari bahwa ia kembali memikirkan Jungkook, ingatan itu segera pergi dan tergantikan dengan perasaan pahit.

Dengan cepat, ia menutup jendelanya yang sekarang terbuka dan mengusir memori itu dari pikirannya. Berkali-kali melantunkan kata-kata pengingat dalam benaknya; mengingatkan dirinya sendiri betapa kejinya wanita itu, saat Jungkook mengkhianatinya, saat Faldo mengkhianatinya. Hal itu menyebabkan kemarahannya semakin bertumbuh. Hari demi hari, penderitaan di dalam dirinya ini meningkat tanpa henti. Misi untuk melupakan Jungkook sama sekali tidak berhasil.

Melupakan cinta sama seperti berdiri melawan tsunami dan entah bagaimana ia masih tetap hidup.

Taehyung merasa seperti terbakar, dan tidak ada yang bisa menghentikan api di dalam dirinya sampai seluruh dirinya lenyap dari dunia ini.

Tiba-tiba, ponselnya berdering membawanya keluar dari jurang kegelapan pikirannya. Melirik sebentar nama di layar, ia mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Di sini ia mencoba melupakan seseorang, dan Jennie mengganggunya dengan meneleponnya terus menerus sepanjang waktu.

Awalnya ia mengira Jennie adalah jalan untuk melupakan Jungkook. Tapi ketika ia bersama gadis itu, ia justru terus membandingkan keduanya. Dan sekarang, setelah satu malam tidur dengan Jennie, berita tentang hubungannya dengan Jennie dan ayahnya ingin bertemu dengannya, Taehyung ingin marah pada semua itu. Ia bahkan tidak peduli apa konsekuensi dari kemarahannya.

Ia sudah melewati masa waras untuk peduli lagi.

Mungkin karena setiap detik di dalam hidupnya, ia hanya merasakan betapa mengerikan hidupnya saat ini.

Ia membenci segalanya dan semua orang dalam hidupnya.

***

Melipat kardigan dan meletakkannya di atas tumpukan pakaian yang lain, Jungkook mengangkat seluruh tumpukan pakaian itu hingga menutupi sebagian besar wajahnya dan membuatnya kesulitan untuk melihat jalan di depannya. Tapi itu bukan masalah bagi Jungkook, ia mengingat setiap sudut butik dengan baik. Ia bahkan bisa berjalan-jalan di dalam butik dengan mata tertutup.

Namun, tanpa Jungkook sadari, seseorang sedang berada di jalannya dan ia segera menabraknya karena tidak melihatnya.

"Aaaaahh!" pekik Jungkook kaget saat Yoongi, yaitu manager butik tiba-tiba menabraknya, semua kardigan dari tangannya beterbangan ke arah yang berbeda di atas kepalanya.

Yoongi juga berteriak saat mereka berdua jatuh ke rak, dompet yang telah disusun rapi di rak jatuh di sekeliling mereka dan menghantam kepala mereka dengan cukup keras.

"Hati-hati, Yoon," Jungkook mendengus, mendudukkan dirinya.

Yoongi mungkin terkena benturan terlalu keras, ia duduk di samping Jungkook di lantai keramik sambil mengerang kesakitan. "Kook, kupikir dompet baru itu terbuat dari batu."

Jungkook memutar bola matanya, senyum tersungging di bibirnya. "Sebaiknya perhatikan apa yang ada di depanmu saat kau berjalan," katanya, berdiri dan menatap sekeliling, ia melihat kardigan dan dompet berserakan di lantai. "Tapi mengingat aku sudah memberitahumu ribuan kali, aku tidak bisa bicara banyak lagi."

Yoongi menghela napas dan berdiri, setelah mengerang lagi, untuk membantu Jungkook memungut semuanya dan meletakkannya kembali ke rak yang telah ditentukan. "Kadang-kadang, aku curiga ada seseorang yang sengaja memantraiku. Kalau tidak, mengapa aku selalu terjatuh, menabrak orang, membuat benda terjatuh. Apakah kau mengerti apa yang aku maksud?" 

Jungkook tersenyum dan memutar bola matanya lagi.

Semua staf telah pulang malam itu kecuali dua orang ini. Jungkook sebagai manajer dan juga mitra bisnis, dan Yoongi sebagai manajer cabang, hampir sepanjang waktu mereka harus pulang larut malam untuk menutup butik.

Butik itu sudah ditutup satu jam yang lalu dan sekarang setelah menyimpan setiap barang di tempatnya masing-masing, Jungkook dan Yoongi keluar dari gerbang depan. Mereka menghentikan langkah saat melihat Theo berlari ke arah mereka dengan senyum lebar.

Jungkook tersenyum dan memutar bola matanya lagi.

"Hey, ladies," ia menyapa mereka dengan seringai nakal di wajahnya.

Jungkook dan Yoongi sama-sama mengangkat alis.

"Ada apa dengan raut wajahmu? Apa kau memenangkan lotre atau mungkin mendapat tiket liburan gratis ke luar negeri?" Yoongi mendengus.

Wajah Theo mengerut. "Tidak, tapi agak mirip dengan apa yang kau katakan barusan."

Senyum mulai terbentuk di wajah Jungkook melihat Theo yang begitu bersemangat.

"Oh ya? Dan apa itu?" Yoongi bertanya.

Theo mengedipkan mata. "Untuk saat ini aku hanya akan merayakannya dengan, yaa dua mangkok es krim dan memberi tahu kalian tentang itu saat kontrak sudah final." 

"Jadi ini tentang kontrak baru?" Jungkook tertawa saat Theo menyeret kedua wanita itu ke mobilnya di tepi jalan dengan penuh semangat.

"Yang terbesar dalam sejarah kecil bisnisku. Aku akan menjadi salah satu mitra bisnis mereka jika pertemuan besok berjalan dengan baik. Dan tidak, aku tidak akan memberi tahu kalian nama perusahaannya, aku ingin melihat raut terkejut di wajah cantik kalian dan senyum bahagia kalian saat mengetahuinya." Wajah Theo berseri-seri sambil membuka pintu mobilnya.

Jungkook berdoa dalam hati agar Theo mendapatkan apa yang diinginkannya. Pemuda itu bukan hanya penyelamatnya, pemuda itu telah tumbuh menjadi teman yang dapat ia andalkan dalam segala situasi. Pemuda itu memiliki hati yang begitu besar dan baik sehingga terkadang Jungkook sangat kagum kepadanya. Hampir tidak mungkin di masa sekarang ini untuk menemukan orang seperti Theo dan ia bersyukur telah bertemu dengan pemuda itu.

Di antara semua luka dan rasa sakitnya, Theo, Yoongi dan orang-orang langka seperti mereka membuat Jungkook percaya pada kebahagiaan dan kebaikan orang lain. Karena siapa pun tahu ia membutuhkan mereka lebih dari ia membutuhkan udara untuk bernapas. Hatinya yang hancur masih bermandikan cahaya yang terpancar dari permata langka yang ia dapatkan di saat terpuruknya.

Bersambung

See you💜

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang