1

1.5K 100 6
                                    


Memimpikan bunga lili ditafsirkan membawa berkah dari Dewi kesuburan Hera, Jungkook pernah mendengarnya di suatu tempat. Tapi itu didasarkan pada mitologi Yunani. Dalam legenda lain, lili terkait dengan air mata. Menariknya, orang Romawi kuno biasa meletakkan bunga lili di tangan orang yang meninggal saat mereka dikuburkan. Jadi, tidak jelas apa sebenarnya makna dari mimpinya tadi malam dikelilingi oleh bunga lili putih yang mencolok.

Atau mungkin mimpi itu hanya karena lili adalah bunga favoritnya.

Tapi teori buruknya terbukti salah hanya dalam beberapa jam kemudian saat ia duduk di depan dokter kandungan dan diberi tahu bahwa ia tengah mengandung. Itu tidak terduga dan membuatnya sangat bahagia.

"Kandungan Anda sudah satu minggu, Nyonya Kim. Selamat."

Ia merasa lebih hidup dari sebelumnya. Jungkook hampir tidak bisa menahan diri dalam perjalanan kembali ke rumah. Duduk di kursi belakang mobilnya, kebahagiaan membuncah di dadanya.

"Terima kasih, Pak." Ia tersenyum pada sopir sebelum berlari keluar dari mobil dan melewati jalan masuk.

Untuk sesaat, ia berhenti di pintu depan dan mencengkeram laporan tes kehamilan ke dadanya. Di dalam laporan itu dipastikan bahwa ia akan menjadi seorang ibu—bahwa dia sedang mengandung anak pertama mereka. Taehyung dan dirinya akan segera menjadi orang tua.

Ia ingat saat Taehyung selalu mengatakan betapa beruntungnya mereka mendapatkan semua yang mereka inginkan tanpa kesulitan.
Mereka bertemu di semester akhir kuliah, berpacaran selama hampir satu tahun, dan merasa cocok satu sama lain.

Hubungan mereka berjalan mulus kecuali saat pertengkaran biasa yang terjadi setiap minggunya. Hubungan mereka tidak nemiliki drama atau hambatan, dan tepat setelah mereka selesai kuliah dan Taehyung mengambil alih bisnis keluarga, mereka memutuskan untuk mengikat simpul sekaligus. Itu adalah kisah cinta yang sempurna, namun tanpa adanya kesulitan tidak akan memperkuat tanah tempat mereka berpijak.

Ia selalu percaya bahwa ia beruntung, bahwa kebahagiaan selalu diberikan kepadanya dengan begitu mudah.

Dan sekarang, untuk kesempurnaan itu akan disertakan tambahan lain yang membahagiakan, yaitu seorang anak. Anak mereka.

Tersenyum pada dirinya sendiri, Jungkook menyeka cairan hangat di bawah matanya.

Tidak bisa menahan kegembiraannya, ia berlari menaiki tangga. Perjalanan singkat ke atas terasa begitu lama.
Ia tahu ia akan melihat kebahagiaan yang sama di mata Taehyung juga setelah memberitahunya kabar baik itu.

Jantungnya berdebar kencang dan cepat, Jungkook berhenti di depan pintu kamar mereka. Berdiri di sana dengan ragu dan kemudian membuka pintu yang menimbulkan suara decitan.

Ia berjalan masuk dengan tergesa-gesa. Di sana, tubuh tinggi Taehyung sedang berdiri di jendela—punggungnya menghadap ke arahnya.

"Taehyung," panggil Jungkook, sedikit senyum dalam nada suaranya.

Entah kenapa, udara di ruangan itu terasa tegang, menyesakkan dan terlepas dari kenyataan bahwa angin segar bertiup masuk melalui jendela yang terbuka saat daun-daun cabang pohon di luar berayun selaras dengan tirai.

Ia beringsut ke depan, menyentuh bahu lebar Taehyung yang lebih kaku dari biasanya, pria itu menegakkan badan, membuat tubuhnya yang sudah tinggi tampak menjulang seperti tiang. Panjang lengannya sama kakunya dengan seluruh tubuhnya, lengan baju yang digulung sembarangan hingga siku.

Perlahan, Taehyung berbalik dan Bella berhenti di tengah jalan.

Sesuatu tampak salah, sangat salah.

Mata Taehyung berkilat marah, wajahnya tampak liar. Tapi Jungkook memilih untuk mengabaikan semua itu. Lagi pula, kabar baik yang akan ia sampaikan akan membuat semua hal yang salah menjadi benar.

Ia berjalan ke arah Taehyung, merasa sedikit gugup.

"Tae," ia melanjutkan. "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, aku—"

"Mengapa?" Taehyung menyela dengan kasar. "Mengapa kau melakukan ini padaku, Kookie? Mengapa?"

Kerutan kebingungan menghiasi kening gadis bergigi kelinci tersebut. "Apa yang kau bicarakan, Tae? Aku tidak mengerti—"

"Tidak, Kookie." Taehyung menggelengkan kepalanya. "Akulah yang tidak mengerti." Mata pria tampan itu semakin memerah karena amarah yang tumbuh. "Akulah yang selama ini ditipu. Katakan padaku, Jungkook, apa yang kurang dalam cintaku? Mengapa kau melakukan ini padaku?"

Kebingungannya berlipat ganda melihat kemarahan di mata sang suami. "Aku sungguh tidak tahu apa-apa di sini, Taehyung. Apa yang telah kulakukan?" tanya Jungkook. "Katakan padaku."

"Ini." Taehyung melemparkan beberapa foto ke arahnya.

Merasa terkejut dengan perilaku Taehyung, Jungkook sedikit mundur saat beberapa foto mengenai wajahnya. Foto-foto itu beterbangan di udara dan perlahan-lahan berserakan di kakinya.

Taehyung memalingkan muka dari Jungkook, seolah ia merasa jijik. Dan Jungkook merasakan getaran di dalam dirinya saat instingnya berteriak padanya bahwa badai telah memasuki hidupnya dengan maksud untuk merusak cinta yang ia dan Taehyung miliki.

Membungkuk perlahan, Jungkook mengulurkan tangan gemetar, ia mengambil salah satu foto dan membeku. Dalam foto tersebut, Jimin sahabatnya dan dirinya sedang bermesraan. Jungkook ingat momen itu tapi tidak seperti ini. Semua foto diambil dari angle yang salah dan sepertinya telah di edit.

Mendongak dari foto berciumannya dengan Jimin, Jungkook menatap kembali ke mata Taehyung dan merasa takut. Mata yang dulunya hanya memperlihatkan cinta dan kasih sayang untuknya, kini tergantikan dengan kebencian yang tiada habisnya.

Dan ia tahu, kesempurnaan hubungan mereka, cinta yang dulu mereka banggakan telah ditakdirkan untuk menghadapi ujian. Sebuah ujian yang gagal saat itu juga.

Bersambung

Jangan lupa komen dan vote ya💜

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang