29

684 71 6
                                    

Haii👋 happy reading 💜

...

Taehyung berdiri menatap Jungkook melalui pintu yang setengah terbuka. Jantungnya berdegup kencang melihat betapa pucatnya wajah gadis itu, warna kulitnya hampir mirip dengan perban yang melilit di kepalanya dan seprai yang menutupi hingga ke dadanya. Tubuhnya kurus, bahkan terlalu kurus. Pipinya sedikit tirus dan sorot matanya terlihat lelah.

Saat ibunya berbicara dengan Jungkook, ia berdiri di sana hanya menyaksikan dan mendengarkan. Ia memperhatikan gadis itu dengan kerinduan dan penyesalan.

Saat itu, ia tidak berharap apa-apa selain mengunci Jungkook dalam pelukannya dan tidak pernah melepaskannya. Tapi ia tahu itu tidak mudah, tidak akan pernah mudah.

Saat Baekhyun menyebutkan kata Tuhan, Taehyung menggigit bagian dalam pipinya. Tanpa sadar, ia menggelengkan kepalanya.

 "Tapi aku bukan Tuhan. Aku hanyalah … aku."

Napasnya tercekat saat mendengarnya. Jungkook hanyalah Jungkook, dan Jungkook adalah dunianya.

Sesaat berlalu dan ia menegang saat matanya bertemu dengan mata indah itu. Ia tidak berani menghembuskan napas ketika mata cantik gadis itu melebar melihatnya.

Mengatakan sesuatu dengan lembut kepada Jungkook dan menepuk pundaknya, Baekhyun berbalik untuk pergi sambil berjalan melewati Taehyung, ia menatapnya sebentar. Hanya tatapan kosong dan suram.

Jungkook membuang muka ketika Taehyung berjalan masuk dengan hati-hati, mengambil langkah yang sangat lambat. Ia tahu bahwa meskipun Jungkook hanya menatap langit-langit, gadis itu masih sangat menyadari kehadirannya. Taehyung tahu —mungkin karena bahu Jungkook yang berubah menjadi kaku, atau mungkin karena tangannya yang mengencang di seprei tempat tidur.

"Ju-Jungkook?" Taehyung tergagap, ketakutan —dalam sedikit harapan yang masih hidup di dalam dirinya. Harapan untuk mendapatkan pengampunannya, harapan untuk sekali lagi memegang dunianya dalam pelukannya.

Tapi, harapan terakhirnya itu berkurang.

Merasa serakah, dan kewalahan dengan keinginan untuk menyentuh gadis itu —setidaknya sedikit, ia mengulurkan jarinya ke pipi gadis itu. Tapi menarik napas tiba-tiba, Jungkook menjauhkan wajahnya ke sisi lain. Seolah-olah hanya dengan melihat Taehyung dapat membuatnya terganggu, seolah-olah hanya dengan sentuhannya akan membakarnya. Dan Taehyung menyadari bahwa tidak ada yang mengejutkan di sana bahwa ia merasa sangat menjijikkan. Ia telah mengatakan dan telah melakukan cukup banyak untuk membawanya ke tempat dia berdiri sekarang, begitu jauh dari Jungkook.

Apakah ada cara untuk membatalkan semua yang ia katakan?

Apakah ada cara untuk membatalkan apa yang ia lakukan?

Ia mengusap rambutnya. Satu tetes air matanya akhirnya menetes.

"Jungkook," katanya serak, berharap segala sesuatunya bisa diperbaiki entah bagaimana. "Aku minta maaf …."

"Kumohon, pergi," potong Jungkook sambil terengah-engah. Wajahnya masih tidak menatap pria itu, dan suaranya hampir tidak terdengar.

Taehyung menjatuhkan diri ke bangku dan memegang tangan Jungkook dengan kedua tangannya, seperti orang sekarat yang berpegangan pada garis hidupnya. "Jungkook, kumohon."

Tangan Jungkook menggeliat di genggamannya, dengan lemah berusaha melepaskan diri dari genggamannya. Dan kemudian genggamannya mengendur tiba-tiba, matanya berkedip cepat dengan air mata yang tidak ia keluarkan. Jungkook masih tidak menatapnya, gadis itu masih kaku dengan kehadirannya.

"Aku tidak bisa," katanya, suaranya terdengar panik saat ia berbicara kali ini. "Kau harus mengerti bahwa aku tidak bisa. Kumohon, pergi."

Taehyung merasakan semua kekuatan, harapan, dan cahaya menghilang dari hatinya. Saat jari-jarinya mengendur, tangan Jungkook meluncur keluar dari cengkramannya seperti pasir.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang