7

709 71 0
                                    

Mengenakan atasan putih dan rok panjang satin yang nyaman, Jungkook masuk ke dalam butik. Itu adalah hari yang sibuk di toko. Sepertinya seluruh warga sekitaran kota sedang berbelanja di sana. Dan itu merupakan kemajuan yang baik untuk bisnis mereka. Cara cerdas Theo dalam menjalankan bisnis butiknya patut diacungi jempol, dan Jungkook yakin, pria ini akan segera naik daun. Sifatnya yang ramah, baik hati, dan pemikiran yang logis telah menciptakan resep kesuksesan.

Para staf, meskipun mereka sibuk melayani pelanggan, mereka tetap berbalik untuk menyambut Jungkook dengan senyuman.

Jungkook tersenyum dan kemudian menghela napas. Mereka adalah keluarganya sekarang, dan ia memperlakukan mereka seperti keluarganya sendiri. Dan setiap tindakannya dibalas dengan kehangatan juga oleh mereka. Benar bahwa ia telah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, tapi di sinilah dia, diberkati dengan lebih banyak lagi. Kecuali saat malam menyapa. Semua ini berkat Theo.

Yoongi datang, menerobos masuk ke kantor kecil di belakang butik yang memiliki sekitar tiga meja sempit di ruangan itu. Masing-masing meja digukanakn oleh Jungkook, Yoongi dan Theo. Bahkan Theo berencana untuk memperluas ruangan itu dan segera membuat bilik terpisah.

"Kook!" Yoongi menjerit.

Dengan senyum bingung, Jungkook mendongak dari meja setelah menjatuhkan tas jinjingnya di sana.

"Apa lagi sekarang?" ia bertanya dengan tenang. Yoongi adalah seorang ratu drama, jadi itu sudah biasa baginya.

"Di mana ponselmu?"

"Di tasku," jawab Jungkook. "Mengapa?"

Yoongi memutar bola matanya. "Theo memintamu mengeceknya." Hanya setelah Yoongi menunjuknya, Jungkook melihat bahwa Yoongi memegang ponselnya sendiri di tangannya yang sekarang terangkat. Dan kelihatannya Theo sedang dalam masalah, mungkin dalam suasana hati yang buruk.

Jungkook mengangkat alisnya, namun segera membuka ritsleting tasnya dan mengambil ponselnya di antara banyak barang lainnya. Ia tersentak melihat tiga belas panggilan tak terjawab dari Theo.

Tanpa kata-kata dan hanya memasang senyum puas, Yoongi menyerahkan ponselnya kepada Jungkook. Sambil menggigit bibir, Jungkook mengambil ponselnya itu dan menempelkannya ke telinganya, meletakkan ponselnya sendiri di atas meja.

"Nada dering ponselku tidak aktif," Jungkook menjelaskan. "Secara tidak sengaja."

"Aku sangat khawatir, Kook!" Theo berteriak dari seberang telepon, dan kemudian ia berkata dengan suara yang lebih lembut, "kupikir sesuatu telah terjadi padamu."

"Kau khawatir tanpa alasan."

"Tanpa alasan?" Theo mendengus. "Lalu, bagaimana saat kau pingsan di depan apartemenmu? Atau saat kau mengalami sakit kepala luar biasa dan pingsan … dan duduk seperti patung selama empat jam di samping tempat sampah? Atau saat di jalan …," Theo terdiam dan kemudian menghela napas setelah beberapa saat.

"Kalau begini terus, kau harus kembali ke apartemenku. Aku tahu kau ingin tinggal di apatemenmu sendiri tapi ini harus dilakukan demi kebaikanmu."

Terkadang, Jungkook bingung dengan kekhawatiran Theo yang berlebihan kepadanya. Taehyung juga, sampai kecemburuan dan ketidakpercayaannya mengambil alih.

Jungkook menggelengkan kepalanya dengan marah. Tidak! Dia tidak akan kembali pada Taehyung. Kecelakaannya malam itu telah direncanakan oleh seseorang. Tidak sekarang, tidak saat ia bisa tetap aman dan nyaman di tempatnya saat ini.

"Theo," katanya menenangkan. "Jika sesuatu terjadi padaku, seperti kematian atau hak lainnya, itu bisa saja terjadi sekarang. Kau tahu itu, bukan? Aku masih hidup dan baik-baik saja," ia mengakhiri dengan kikuk.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang