13

625 74 9
                                    

Happy Reading 💜

***

Pertemuan itu singkat dan canggung. Jungkook duduk dengan gugup di seberang meja, beberapa kali melihat Taehyung menatapnya dengan wajah cemberut. Ia menduga itu mungkin karena raut datar yang coba Jungkook tunjukkan padanya. 

Bagaimana ia bisa lupa bahwa Taehyung akan merasa sangat marah saat tidak tahu apa yang sedang dirinya pikirkan. Jungkook sangat mengenal pria itu.

Jungkook juga memperhatikan rambut Taehyung yang tidak terawat, janggut yang mungkin sudah seminggu tidak dicukur tampak jelas di wajahnya, lingkaran hitam di bawah matanya dan garis-garis yang menghiasi dahinya. Tapi bukankah Taehyung seharusnya merasa sangat bahagia sekarang setelah ia akhirnya berpacaran dengan teman lamanya yang cantik itu?

Namun, itu seharusnya tidak masalah bagi Jungkook. Ia menghela napas dan menghentikan lamunannya.

Secara profesional, mereka menyelesaikan masalah terkait pesanan berikutnya. Jungkook mengumpulkan laporan-laporan yang ia bawa, mengambil tasnya dari tempat di sebelah kursinya di lantai. Jungkook hendak berdiri dan pergi. Suasana tetap hening sampai saat itu, sementara ia menyadari mata Taehyung menatap tajam ke arahnya tapi Jungkook menolak untuk menatapnya.

Saat itulah Taehyung bertanya tiba-tiba," di mana dia?"

Tatapan Jungkook segera bertemu dengan tatapan penasaran Taehyung, tatapannya mengejek.

"Bayimu, maksudku," katanya.

Mengapa Taehyung harus menanyakan pertanyaan menyakitkan itu?

Desahan lembut lolos dari bibirnya saat Jungkook mengalihkan pandangan dari pria itu dan tidak menjawab, ia berjalan menuju pintu. Ia harus keluar dari tempat itu sebelum ia menangis, ia tidak boleh terlihat lemah di depan Taehyung.

"Aku bertanya padamu," terdengar suaranya yang kesal.

Ia mendengar suara berdecit di belakangnya dan tahu pria itu juga berdiri, melangkah mengitari meja dan berjalan ke arahnya.

Air mata akhirnya berhasil mengalir di kedua pipinya, ia mengusap air matanya dengan amarah. Kepalanya berdenyut-denyut.

"Aku tidak berkewajiban memberimu jawaban," katanya setenang mungkin.

Taehyung berdecak saat ia berdiri lebih dekat dengan Jungkook, gadis itu tidak berbalik. Jungkook tahu bahwa ia harus segera pergi dari sana, tapi kakinya seperti terbuat dari timah. Jiwanya menjerit mengetahui Taehyung menanyakan tentang bayinya yang sudah tiada.

"Kurasa bayimu prematur, ini masih belum genap sembilan bulan. Ayahnya, maksudku Jimin masih sering bertemu denganmu 'kan? Aku melihatnya di Daegu juga." Taehyung sekarang berdiri tepat di belakang gadis itu, suaranya berubah semakin ganas. "Omong-omong, apakah dia rela berbagi dirimu dengan Theo? Atau apakah kau selingkuh dengan pria malang itu juga? Atau mungkin kau sudah bosan dengannya dan Theo adalah mainan barumu. Kudengar kau tinggal di apartemen Theo beberapa waktu yang lalu. Sehebat itukah dia di ranjang?"

Kemarahan yang membara melintas di benaknya, Jungkook berbalik dan tanpa sadar memberikan sebuah tamparan keras di wajah pria itu. Wajah Taehyung tersentak ke samping.

Tangan gemetar gadis itu jatuh ke samping. Ia terengah-engah dan penglihatan di depannya kabur sesaat. Tapi ini bukan waktunya untuk menjadi lemah, jadi ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan penglihatan kaburnya. Detik berikutnya ia terdorong ke pintu, napas marah Taehyung mengipasi wajahnya, tangannya mencengkeram lengan atas gadis itu terlalu kuat.

"Beraninya kau!" Taehyung berteriak.

Jungkook meringis saat cengkeraman pria itu mengencang. "Aku seharusnya melakukannya sejak lama," adalah jawaban Jungkook. Itu adalah kebenaran yang ia suarakan, sebenarnya ia berharap akan melakukan hal yang jauh lebih buruk pada pria ini.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang