2

1K 91 8
                                    

POV 3 pertamaku, uhuy, semoga sukaa💜

***

Author POV

Mendapatkan kebahagiaan dalam hidupmu, seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Suatu hari, kau akan terbangun dan menyadari bahwa itu semua tidak nyata. Dan ketika mimpi indah itu hancur berkeping-keping, kau tidak bisa melakukan apa pun dan hanya tenggelam dalam kekosongan, bahkan kesedihan yang menyertai kekosongan itu juga menjadi mati rasa di beberapa titik. Dan masa lalumu yang indah hanya menjadi sekumpulan kenangan yang jauh dan buram.

"Taehyung, percayalah padaku," Jungkook menatap mata Taehyung dengan ngeri, ia mencari sedikit kepercayaan untuknya di dalamnya tapi tidak ada.

"Kau memintaku untuk mempercayaimu setelah semua ini?!" Taehyung menunjuk foto-foto berserakan di lantai yang berhasil meracuni hatinya, menghapus dengan mudah semua janji yang pernah ia buat untuk Jungkook dan merobek cinta yang mereka pikir lebih kuat dari kekuatan apa pun di dunia ini.

Jungkook merasa hidupnya runtuh seketika karena kesedihan yang ia rasakan. Sulit dipercaya, Taehyung akan menuduhnya melakukan hal seperti itu. Air mata kesakitan dan ketidakpercayaan atas apa yang terjadi mengalir di pipinya, bahkan dalam mimpi terburuknya pun ia tidak pernah berpikir bahwa Taehyung akan mempertanyakan kesetiaannya kepadanya, bahwa pria itu akan mempermalukannya seperti ini.

Tapi ia mencintai pria itu dengan sepenuh hati dan ia perlu membuatnya melihat kebenaran, karena jelas bahwa itu adalah tipuan jahat seseorang dengan tujuan untuk menghancurkan pernikahan mereka.

"Taehyung—" ia baru saja akan berbicara tapi kebencian yang ia saksikan di mata pria itu, mata yang ia cintai sejak lama, membuatnya menarik napas dalam.

"Jangan berani-beraninya kau menyebut namaku dengan mulut kotormu itu!" Dengan mata terbakar amarah dan napas terengah-engah, Taehyung menyelanya dengan geraman rendah. "Aku membencimu, Jungkook. Kau membuatku jijik. Katakan padaku, sejak kapan ini terjadi? Jikin datang ke rumahku minggu lalu 'kan? Apa kau juga bercinta di ranjang kita? KATAKAN padaku, Sialan!"

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?! Bagaimana bisa kau mengatakan …," Jungkook terdiam, ternggorokannya tercekat akibat sakit yang ia rasakan. Suaranya bergetar, tangannya gemetar. "Aku tidak pernah mengkhianatimu, Tae. Percayalah padaku!" ia memohon.

Tapi Taehyung belum siap mendengarkan apa pun.

Mustahil untuk meyakinkan seseorang saat mereka sudah mengambil keputusan.

***

Seluruh tubuh Taehyung menegang karena kemarahan. Ia tidak pernah benar-benar menyukai persahabatan antara Jungkook dan Jimin, mereka begitu dekat satu sama lain sehingga ia merasa iri dengan ikatan yang mereka jalin. Ia tidak pernah mengatakan apa-apa tentang itu, setidaknya tidak dengan kata-kata, tapi kegelisahan itu tetap ada, selalu. Taehyung selalu membenci kedekatan antara istrinya dengan pria lain. Tapi ia tidak pernah berpikir sangat jauh atau bahkan sampai mencurigai istrinya.

Tapi sekarang, setelah melihat bukti pengkhianatan yang terjadi tepat di belakangnya selama ini, ia akhirnya berhasil menghilangkannya.

Memikirkan Jimin menyentuh Jungkook, membuatnya melupakan kemanusiaannya juga.

***

Ia tidak lagi ingin mendengar permohonan putus asa Jungkook, atau kebenaran di mata gadis itu, bahkan cinta yang mereka bagi, tidak ada lagi yang bisa mencairkan hatinya. Jungkook bisa melihatnya. Kemarahan dan frustrasi menguasai suaminya, cinta yang pernah Taehyung rasakan untuk Jungkook digantikan dengan kebencian yang tak ada akhirnya.

Gadis bermata doe itu menatap berkas di tangannya, ia terlalu tak berdaya— terlalu terkejut untuk bereaksi. Tatapan Taehyung yang berapi-api mengikuti mata Jungkook dan saat itulah ia melihat berkas di tangannya. Ia menyambarnya sebelum Jungkook bahkan bisa bereaksi.

Jungkook memperhatikan saat Taehyung memeriksa berkas itu dengan rahang mengeras. Pria itu masih memiliki sedikit harapan di hatinya tapi pikirannya sekarang berteriak bahwa sesuatu yang rusak tidak akan pernah bisa diperbaiki. Itu seperti badai yang tidak akan tenang sampai semuanya hancur.

Wajah Taehyung berkerut dalam kemarahan yang tak terbayangkan dan ia menatap pada jiwa yang sudah hancur yang berdiri seperti patung di depannya.

"Keluar dari rumahku." Dalam sekejap pria itu mencengkram lengan kurus Jungkook, memberikan luka memar dan membuat gadis itu meringis kesakitan sampai erangan keluar dari bibirnya. "Keluar dari hidupku sekarang juga. Singkirkan anak haram itu dariku—" Taehyung mendesis padanya. "Aku tidak tahan melihat wajahmu lagi. Kau membuatku jijik Jungkook, kau dan setiap ingatan yang kumiliki bersamamu."

Taehyung mendorong punggung wanita malang itu dengan kasar, Jungkook merasakan bagian belakang lututnya menyentuh tepi tempat tidur, ia terhuyung mundur dan jatuh ke tempat tidur. Memberi satu tatapan jijik terakhir ke arah Jungkook, pria bermata elang itu berjalan ke pintu. Ia berhenti sejenak dan meludah ke belakang tanpa melihat ke arah wanita itu.

"Aku akan kembali dalam satu jam dan aku tidak ingin melihatmu di rumahku saat aku kembali."

Masih berbaring di tempat tidur, Jungkook tidak bisa memaksa dirinya untuk bangun. Ia meringkuk membentuk bola saat satu per satu air mata kesedihan mengalir di pipinya.

Tinju kecilnya mencengkeram seprai seolah-olah ia berusaha mati-matian untuk mempertahankan kewarasannya. Trauma karena seluruh dunianya runtuh hanya dalam sekejap tidak bisa ia tangani. 

Kepalanya berdenyut-denyut kesakitan tapi hatinya yang paling terluka, ia sudah pernah merasakan patah hati, tapi tidak tahu bahwa patah hati dapat menyebabkan begitu banyak rasa sakit hingga rasanya seseorang telah menusukkan belati ke dadanya, itu tak tertahankan.

Kedua tangannya melingkari perut yang ia pegang dengan protektif, tepat saat ia mengira sudah tidak ada lagi air mata yang tersisa, ia teringat pada apa yang Taehyung katakan tentang anak mereka. Apakah cintanya begitu lemah sehingga beberapa foto saja sudah cukup untuk melenyapkan rasa cinta itu?! Bagaimana bisa Taehyung bisa menyebut anaknya sendiri sebagai anak haram? Apakah ini Taehyung yang sama yang ia cintai, apakah ini Taehyung yang sama yang berjanji akan selalu ada untuknya?

Mengusap air matanya, Jungkook duduk di tempat tidur. Isak tangisnya berkurang ke titik di mana ia cegukan sekarang. Ia akan meninggalkan rumah itu.

Keinginan Taehyung akan terpenuhi. Matanya dipenuhi tekad. Telapak tangannya yang gemetar mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

Bayi itu bukan bayi Taehyung lagi, bayi itu hanya miliknya.

Tanpa menunda lagi, Jungkook mengemasi barang-barangnya. Mata merahnya menatap semua benda di kamar mereka; tempat tidur, foto-foto mereka yang tergantung di dinding, kursi empuk di sebelah pintu balkon, semuanya menyimpan kenangan tentang dirinya dan Taehyung. Cinta di dalam hatinya untuk pria itu menuntutnya untuk tetap bertahan, untuk membuat pria itu percaya padanya tapi bukan hanya dia sendiri yang dihina hari ini, Taehyung telah menghina anaknya.

Langit seolah terbelah oleh suara guntur yang keras dan menggelegar saat Jungkook keluar dari rumah dengan sebuah koper di tangannya. Di luar sedang gerimis, tampak seperti langit juga menangis bersamanya.

Ia baru ingat minggu lalu—pada malam hari saat hujan turun seperti ini. Ia selalu menikmati hujan, ia senang melihat saat tetesan-tetesan kecil cair itu menetes turun ke bumi, ia akhirnya memutuskan untuk bermain hujan dan itulah yang ia lakukan malam itu.

Tapi Taehyung khawatir ia akan jatuh sakit, jadi pria itu menggendongnya ke dalam rumah dan memarahinya sampai Jungkook hampir menangis. Tapi semuanya telah berubah sekarang, kekasih tercinta, suaminya telah berubah menjadi makhluk jahat yang dibutakan oleh ketidakpercayaan. Foto-foto itu memang sengaja dibuat untuk niat jahat dan konspirasi seseorang, tapi lemahnya cinta terbukti dalam ujian takdir ini.

Gerbang rumah yang bukan miliknya lagi, berdiri sebagai salah satu tonggak terakhir menuju kesengsaraan abadinya, dan Jungkook mendorongnya hingga terbuka dan menginjakkan kaki ke dalam keabadian itu tanpa Taehyung. Hujan menyembunyikan air matanya, tapi rasa sakit di matanya terpancar saat guntur mengejeknya di langit.

Setelah mendapatkan taksi, ia duduk di kursi belakang sambil memegang tasnya erat-erat. Ada satu hal terakhir yang harus dilakukan.

Bersambung ....

Chapter2 selanjutnya akan lebih nyesek, yang gak kuat boleh mundur😊

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang