[13] Sore yang Berisik

107 8 0
                                    

Usai sekolah hari ini, Alora bersama Hanifa-teman sebangkunya-pergi bersama-sama mengunjungi kafe yang baru dibuka beberapa hari yang lalu. Hitung-hitung memanfaatkan diskon yang berlaku hanya dua hari lagi.

Kedua pasang kaki yang terbalut sepatu putih polos itu, disambut hangat oleh aroma kafe yang begitu menenangkan. Hanifa menunjuk bangku kosong yang cukup diisi oleh dua pengunjung. "Di sana aja?"

Alora lantas mengangguk. "Boleh."

Kedua remaja itu sesekali berbincang menunggu pesanan mereka diantarkan, begitupun Hanifa yang begitu berdebar menjelaskan hubungan simpang-siurnya dengan sang crush.

"Dia itu ramah banget tau, Ra! Cara ngomongnya, senyumnya, jalannya, semuanya deh bener-bener Ma shaa Allah," papar Hanifa menggebu-gebu.

"Apa iya?" respon Alora meledek.

"Ck, kamu mah. Lagi serius juga," sebal Hanifa tak jadi melanjutkan ceritanya.

"Becanda. Lagian 'kan kamu tau sendiri, yang kamu naksir itu orangnya emang friendly makanya jangan gampang jatuh hati!" peringat Alora.

Hanifa mengangguk menyetujui, emang nyeseknya another level kalau crush kita sendiri juga ramah kepada cewek lain.

"Baiknya itu bikin orang salah paham tau gak," sungut Hanifa masih berusaha mengungkit topik yang sama.

"Makanya jangan baperan," cibir Alora terkekeh.

"Ish, kamu mah. Mentang-mentang lagi gak naksir siapa-siapa, awas aja besok pasti kualat!" gerutu Hanifa segera menyeruput minumannya yang baru datang.

Alora terkekeh tipis. Membiarkan Hanifa mengomelinya beberapa jam ke depan. Hingga azan Ashar berkumandang barulah mereka keluar dari kafe yang mulai dipadati pengunjung itu.

Usai menyeberang jalanan yang cukup ramai, Alora dan Hanifa memasuki halaman masjid untuk segera menunaikan ibadah salat.

Merasakan segarnya air wudhu membasahi wajahnya yang terasa berminyak. Alora duduk tenang seusai memasang mukenanya, merapikan hijab Hanifa kala gadis itu merengek kurang nyaman dengan kepalanya.

Salat berjamaah itu akhirnya selesai, Alora segera merapikan mukena masjid yang dipinjamnya. Menanti Hanifa yang entah kenapa semakin repot saja terutama bedaknya yang terasa masih kurang.

Kedua gadis yang masih mengenakan seragam itu berjalan menuju trotoar jalanan yang mulai padat. Banyak kendaraan berlalu lalang karena jam pulang kerja sedang berlangsung.

"Hello vlog, welcome to my guys!" Tak lain dan tak bukan adalah ulah Hanifa si paling update apapun kegiatan yang ia lakukan.

"Kebalik!" timpal Alora yang diabaikan gadis berpipi gembul itu.

Alora hanya menghela napas sabar, membiarkan saja Hanifa dengan aksinya yang sesekali mengajak dirinya untuk nimbrung di dalam video.

Merasakan deruman motor menepi di dekat langkahnya membuat Alora menoleh sekilas. Matanya melotot kaget melihat Ran yang menaikkan kaca helmnya sedikit.

Alora menunjuk cowok itu ragu. "Ngapain di sini?"

"Gak boleh emang?" balas Ran yang tak segera dibalas Alora.

Mereka bertiga berjalan beriringan dengan Ran yang memelankan laju motornya. Hanifa yang masih stay vlog sama sekali tidak sadar bahwa sudah ada manusia lain di antara mereka.

"Jadi gaes, kita berdua lagi nyuci mata di sore hari ini, di tepi trotoar ini, di dekat-WOW! SIAPA INI?" Hanifa hampir saja menjatuhkan ponselnya melihat ada seorang cowok di sebelah Alora.

UNDERSTAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang