Sudah seminggu lebih semenjak berkunjung ke panti, semangat Ran tetap berkobar untuk bisa menjadikan diri sebagai kandidat imam untuk Alora.
Dulu yang biasanya salat sering absen dan sangat malas ke masjid, sekarang Ran yang seperti itu sudah tiada. Cowok itu benar-benar gigih untuk merombak diri menuju yang lebih baik lagi.
Ran juga tidak pernah lagi berkabar pesan dengan Alora, ia hanya sesekali membuntuti gadis itu ketika pulang sekolah dan tidak mengantarkan sampai ke gerbang seperti biasa. Ran cukup sadar diri dengan hanya memastikan Alora baik-baik saja sampai ke kediaman gadis itu.
Bahkan, hari ini Ran juga belajar puasa sunah setiap Senin dan Kamis, tak sering juga ia mengeluh ingin menjambak Kahfi kala cowok itu malah semakin gencar makan bakso di hadapan Ran yang memiliki iman setipis pahalanya.
"Mending lo minggat deh, Pi." Ran fokus mendengarkan murottal pada ponselnya.
"Nyam-nyam, ini sekarang bakso lagi diskon lo, Ran. Biasanya cuma empat biji sekarang delapan, nikmat mana lagi yang lo dustain, bro!" Ran tersenyum manis menatap Kahfi. Tak sabar rasanya untuk mencincang mulut penuhnya itu.
"Ga usah berisik!" todongnya membuat Kahfi tertawa puas.
Di sela-sela kunyahannya, Kahfi melirik Ran yang menangkupkan kepala di atas meja dengan bibir bergumam-gumam kecil. "Lo seriusan mau tobat, Ran?"
"Hm."
"Ya elah ngab, kok itu lo pusingin sih dari sekarang? Nanti aja itumah, kalau Alora jodoh lo mau abangnya kayang jungkir balik pun akan tetap jadi jodoh lo. Tapi kalau kagak... ya mau lo jadi imam di masjid Istiqlal pun kagak bakalan jadi bini lo dia."
Ran terdiam. Ucapan Kahfi seketika membuatnya overthinking.
"Setidaknya gue udah usaha," balas Ran. Kahfi justru terkikik.
"Lo sesuka itu sama dia, ya?"
"Ada pertanyaan yang lebih nyampah?"
"Ehehe, gue 'kan kamjagiya aja gitu lho, Ran yang notabe-nya anak pemalas, ke sekolah cuma bawa nyawa doang, terus pas belajar cuma bengong doang malah ambis mati-matian demi mendapat restu calon ipar tercinta."
"Berarti bagus, gue ada perkembangan. Gak kek lo!"
"Gue kenapa?"
"Bencong!"
"KURANG AJAR!"
ᴀʟᴏʀᴀɴ
Malam ini Ran jenuh, cowok itu memutuskan untuk nongkrong di warung sate terdekat dari rumahnya yang ada di persimpangan rambu lalu lintas.
Karena sekarang adalah malam sakral pemuda-pemudi yakni malam Minggu, alhasil Ran jadi pusing sendiri karena pengunjung di depan dan di belakangnya malah pamer kemesraan.
Tak jarang juga, matanya menangkap remaja seumurannya sibuk memanjakan kekasih masing-masing, sementara Ran, meneguk ludah kesusahan menahan rasa iri. "Sabar dan tetap tenang," gumamnya mengusap dada.
Berselang lima belas menit cowok itu menyendiri, hingga sebuah tepukan ringan di bahunya membuat cowok itu menoleh.
"Sendirian aja?" Ran agaknya bingung karena kehadiran Abian yang tiba-tiba.
"Iya," balas cowok itu, ia melirik seorang perempuan di sebelah Abian yang menggandeng seorang balita.
"Mau ditemenin?" tawar Abian. Ran mengangguk, "Boleh. Lagi malming, ya?" tanya cowok itu dibalas kekehan oleh Abian.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERSTAND [END]
Teen Fiction"Take you by the hand. You're the only one who understands." Start publish 220622. End post 220827. highest; #1 in dinoseventeen - 020423 #3 in boyfie - 090723 - UNDERSTAND - 290322 - 160722, ©geezryubee.