[19] How Come?

73 5 0
                                    

Tidak hanya sendiri, cowok yang masih mengenakan seragam STM itu datang bersama Kahfi dan membawa banyak buah untuk para kakek dan nenek di panti.

Kedatangan mereka disambut hangat, yang tentu saja membuat Ran merasa jadi manusia paling baik sedunia. Kahfi yang memang banyak bacot dengan mudah bergaul dan berbincang berbagai topik bersama manusia yang sudah keriput itu.

"Kebetulan banget datangnya sekarang," ujar sang nenek yang sedang mengupas jeruk tiba-tiba.

"Kenapa tuh, Nek?" tanya Ran penasaran.

"Cucu Nenek yang cantik sekarang ada di sini," balasnya membuat mata Ran berbinar. Ran sepenuh hati yakin yang dimaksud sang nenek adalah Alora.

"Oh, ya? Di mana?" tanyanya celingak-celinguk.

"Tuh, lagi nyiram tanaman di belakang." Sang nenek menunjuk sebuah pagar yang sedikit menjulang.

"Ka-kalau gitu Ran ke sana dulu, ya, Nek," pamitnya senang. Namun, tidak semudah itu sebelum Kahfi mencekal lengannya kuat.

"Apaan neh?" Ran bertanya sinis.

"Siapa? Bisik-bisik tetangga dikit dong." Kahfi menaikkan alis menggoda Ran.

"Bidadari surga," balas Ran membuat Kahfi membulatkan bibir mengerti. "Oh, jadi dia?"

Kahfi menunjuk seorang gadis yang menguncir rambutnya tengah memetik sebatang mawar yang sudah layu.

Mata Ran melotot. "Al–alora?"

Gadis itu menoleh. "Hah?"

"Anjir bukan, cok! Kaget jantung gue mau pindah ke dengkul," cerocos cowok itu menumpu sebelah lengan di bahu Kahfi tak kuasa menahan kaget.

"Kalian siapa?" tanya gadis itu usai membuang mawar di tangannya.

"Nama gue Kahfi tapi biasa dipanggil Kyujin, salken!" NSWER kesasar ya kayak gini.

Jabatan Kahfi hanya ditatap saja oleh gadis itu. "Tangan gue kotor," lanjutnya, membuat Kahfi segera menjauhkan tangan karena pegal.

"Jadi, mana bidadari lo itu?" tanya Kahfi yang dibalas Ran dengan gelengan. "Kayaknya gak ada," balas Ran lesu.

"Kalian nyari Alora?"

Ran mengangguk cepat. "Ada?"

Gadis itu mengangkat dagunya, mengarahkan pandangannya pada seseorang yang baru datang dari balik pagar kecil di belakang Ran dan Kahfi yang melongo kebingungan.

"Tuh, dia," paparnya membuat Ran membalikkan badan segera.

Demi apapun, Ran kalang kabut sekarang. Ia saaangat ingin berlari dan membawa Alora ke pelukannya. Sudah lebih dari dua minggu ia tak melihat gadis itu, paling mentok cuma berkabar pesan, itupun semenjak mengirim video kucing pada Alora dan tidak pernah lagi.

Entahlah, Ran hanya berpikir positif bahwa gadis itu benar-benar sibuk sampai tidak sempat membaca pesan darinya.

"Amboy-amboy kameknyo Uni ko," sela Kahfi lebih dulu membuat Ran tersadar dari lamunannya.

"Ha–hai, Ra! Long time no see," sapa Ran melambaikan tangan tipis.

Alora hanya tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya pada gadis yang lebih tua darinya yang berdiri di belakang Ran.

"Ada urusan apa ke sini?" tanya gadis itu akhirnya.

"Gue kalau kangen lo selalu ke sini," balas Ran enteng, tidak memikirkan Alora yang panas dingin takut dimarahi oleh sang abang.

"Siapa, Ra?" tanya gadis di sebelah Kahfi kepo.

"Kenalan," balas Alora cepat sebelum sempat mulut Ran berbicara.

UNDERSTAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang