[17] Ketahuan

90 7 0
                                    

"Bunda! Ran pulang!"

Dengan langkah lebar, cowok itu berjalan menghampiri sang bunda yang keheranan menatap anak tunggalnya itu membawa sebuah kresek cukup besar.

"Ngerampok di mana nih?" tanya bunda Ran asal.

"Sembarangan, tadi Ran dikasih rendang gratis dari panti. Ini Ran juga bantu bikin lo, Bun," pamernya menaruh kotak itu di hadapan sang bunda.

Bunda membuka kotak berwarna putih itu, membiarkan aroma gurihnya rendang ke luar dari sana. Ran belum apa-apa sudah ngiler duluan memegang perutnya.

"Gimana-gimana? Wangi, 'kan?" tanyanya menarik bibir bangga.

Kunyahan pertama yang dirasakan bunda, membuat wanita yang rambutnya dikuncir itu mengangguk tipis. "Not bad."

"Kok not bad sih? Harusnya very very good dong." Ran menarik kotak itu menjauhkan dari sang bunda yang melotot tak terima.

"Apa? Katanya kurang enak." Ran bersungut-sungut menutup kotak itu kembali.

"Gak enak pun harus dihabisin, sini! Bunda laper nih." Ran mencibir, dasar mak-mak.

Akhirnya setelah memisahkan bagian untuk dirinya dan sang bunda, Ran kembali menyerahkan kotak itu pada bundanya. Kemudian, berlalu ke kamarnya menikmati rendang itu sendirian.

"Enak gini dikata not bad," dengkusnya belum juga selesai-selesai sedari tadi.

Ran lalu menggosok giginya karena merasa kurang nyaman dengan banyaknya daging yang menempel di mulutnya. Lalu, lanjut rebahan ganteng di kasurnya seraya menyalakan lagu Another Home oleh Kyle Juliano.

Akhir-akhir ini Ran sudah jarang berkirim pesan dengan Alora. Entah sudah kehabisan topik atau kesibukan melayani para nenek yang sudah jadi kebiasaan cowok itu.

Membuntuti Alora pun sudah tidak sering lagi, dikarenakan gadis itu kerap kali pulang lebih dulu. Ran tidak akan bernegatif thinking bahwa Alora menjauhinya. Karena tidak akan ada yang bisa menolak pesona seorang Pangeran ini.

"Fiks, besok gue kudu pulang lebih awal," mantapnya seraya memandang langit gelap di balik jendela.

"Eh, bentar-bentar." Cowok yang hanya mengenakan boxer Spiderman dengan atasan telanjang itu mengetuk nakas di sebelahnya tersadar.

"Kalau itu panti punya ayahnya bang Bian, itu artinya Rara gue? Damn, kok gue bisa baru kepikiran, ke mana otak gue selama ini?" Ran misuh-misuh.

"Oh my god, ternyata selama gak bertemu Alora gue PDKT sama abangnya dong? Aish, makin gampang cari restu inimah."

Ran berjingkrak senang membuat ranjangnya berdecit. Entah kenapa terbayang sudah dirinya yang begitu dermawan bersanding dengan Alora di atas pelaminan.

"Gila gue gila!"

Cowok itu mencabut charger di atas nakas di sampingnya. Membuka room chat dengan Alora yang kosong sedari kemarin. "Ekhem, kita cari bahan dulu, gaes."

Berkali-kali ia mengetik dan sebanyak itu juga cowok itu menghapus ketikannya. Sangat dilema demi mendapatkan topik tercinta.

| • Alora

hi assalamualaikum raraa
gue tadi bikin rendang tau
eh tapi udah gue habisin
yahh, sorry ra

Ran menggigit bibir menanti balasan dari Alora yang tak kunjung berwarna biru. Cowok itu melirik jam di dindingnya yang ternyata sudah pukul sembilan malam.

"Udah tidur kali, ya?" gumamnya kembali melirik ponsel.

Tring!

UNDERSTAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang