[25] Abian's Wedding

73 4 0
                                    

Yang nikah siapa yang ribet siapa.

Sudah tepos rasanya pantat Ran menunggu Kahfi yang tak kunjung juga selesai sedari tadi. Entah rambutnya yang kurang rapi, parfumnya yang kurang semerbak atau bedaknya yang terasa tidak perfect.

"Buru, anjir! Lebih ribet dari cewek lo," celetuk Ran yang sudah naik darah sedari tadi.

"Dikit lagi ini alis gue kurang rapi," balas Kahfi yang sibuk di depan cermin.

Ran melirik arlojinya, entahlah sudah berapa menit ia habiskan hanya untuk beradu mulut dengan Kahfi. Ingin sekali menginjak si lekong itu sekarang juga.

"Udah, Mas. Kita berangkat," cengenges Kahfi berdiri di depan Ran yang dongkol.

"Mas-mas, pantat lo!" gerutu Ran.

Kahfi menulikan pendengaran, berjalan lebih dulu dengan penuh rasa anggun meninggalkan Ran yang sudah berasap.

Ran dengan motor ninjanya menatap Kahfi lelah, cowok itu malah girang tak tentu arah kala tahu Ran menjemputnya menggunakan kuda besi berwarna merah besar itu.

"Ran, gue salting loh!"

"Semerdeka lo aja deh, Pi. Gue capek!" Ran menarik lengan cowok itu, menaikkan alis menatap jok di belakangnya. "Buruan naik," titahnya yang disanggupi Kahfi.

"Elah, Ran. Gue suka sama lo aja boleh gak? Sidiq kita lupain hari ini," gurau Kahfi yang tak diladeni oleh Ran yang muak.

"Lo banyak bacot gue tinggal, ya, tai!" ancam Ran membuat nyali Kahfi ciut.

"Ya maap," sesalnya dan menaiki motor Ran hati-hati.

Selama perjalanan, Ran berkali-kali menghela napas malu. Kahfi yang alay tak henti-hentinya membuat vlog, dan berceloteh ria menceritakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju pesta pernikahan dengan Ran.

Begonya lagi, cowok itu dengan seenak jidat memeluk pinggang Ran dengan sebelah lengannya. Sementara, lengannya yang bebas sibuk memegang kamera ponsel.

Ran benar-benar merinding.

Kegiatan Kahfi akhirnya berhenti tatkala Ran yang sudah tak mengendarai motornya lagi. Kedua cowok itu turun dengan Ran yang menata kembali rambutnya lewat kaca spion.

Ran berjalan lebih dulu, meninggalkan Kahfi yang berteriak kesal tidak terima. "Woi, bentar! Bedak gue luntur nih."

Seolah tuli, Ran tetap melangkah masuk lebih dulu. Berjalan penuh rasa cool memasuki gedung yang tampak begitu megah itu.

Baru saja ingin menyugar rambut bangga, Ran kembali mendengkus merasakan Kahfi malah menempel-nempel layaknya bocah kehilangan ibu di pasar.

"Lo ngapain sih? Pergi sana!" usir Ran berjalan lebih cepat.

Kahfi bersungut-sungut, ia akhirnya hanya mengikuti langkah Ran dari belakang. Memperhatikan dekorasi pelaminan yang begitu memanjakan mata.

Melihat Ran sudah sedikit tenang, Kahfi mendekat dan ikut duduk di sebelah cowok itu. Matanya berbinar semangat melihat banyaknya cheesecake dan dessert yang begitu memanjakan lidah.

Ran menggeleng, ia seperti membawa anak TK ikut kondangan. Tapi, tak apa daripada menjomblo sendirian. Nasib.

Tepukan bergemuruh membuat fokus Ran pecah, matanya melirik pasutri yang tengah berjalan saling bergandengan menaiki pelaminan. Itu Abian dan Hanum.

Ran jadi berimajinasi sendiri, membayangkan bahwa itu ia dan Alora kelak. Namun, ketika sadar ia segera menepuk pipi dan menggeleng.

Ran sudah sadar diri lebih dulu.

UNDERSTAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang