Last, Dari Arsa Untuk Linda

2.2K 136 9
                                    

ini benar-benar yang terakhir.
jadi, mohon dinikmati. karena ini akan jadi bab terakhir dalam kisah panjang ini.

bab terakhir ini spesial aku persembahkan pada Arsa, our sad second lead boy. he deserve it.

👀👀👀

"May you find your happiness with someone you choose you wanna stay with."

"Semoga kamu menemukan kebahagiaan bersama seseorang yang kamu pilih untuk menetap."

👀👀👀

Kata orang, tak ada cinta tanpa pengorbanan. Jatuh, patah, sakit, bangkit lagi. Tangisan, air mata, luka, patah hati. Siklus jatuh cinta memang semengerikan itu. Lebih banyak sakitnya daripada senangnya. Benar kata orang, kalau berani jatuh cinta, harus berani menanggung patah hati. Itu yang tengah kurasakan kini.

Ditengah-tengah riuh sorak sorai, diantara ratusan orang berjubah toga, diantara ribuan orang yang sibuk mengabadikan momen pentingnya, aku tetap disini, di tengah-tengah keramaian dengan perasaan hampa. Aku tak tahu apa yang tengah menimpa padaku. Aku juga seperti mereka, sibuk merapikan toga, sibuk berfoto bersama keluarga dan teman, sibuk bersenda gurau dengan sahabat. Namun entah mengapa ada bagian besar dalam diriku yang tersesat. Ragaku disini, namun jiwaku hilang. Ramai tapi sepi.

"Nggak apa-apa, kamu masih berada pada fase penerimaan." Kata Papa tadi setelah kami mengambil foto berdua.

Ya, sepertinya aku tengah berada pada masa mencoba menerima segalanya. Terutama urusan hati. Kutebak kalian sudah tahu siapa yang kumaksudkan di sini. Kalau begitu, ku beri tahu kalian satu fakta mengejutkan. Kamu tahu gadis itu? Gadis yang selama ini menempati tahta tertinggi di hatiku? Dialah cinta pertamaku.

Ah, tidak mungkin. Buktinya kamu pernah berpacaran dengan orang lain sebelumnya.

Hm, harus bagaimana aku memulainya, ya. Begini...

Kata orang, persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil jika tidak ada cinta di dalamnya. Kalian percaya itu? Sejauh yang kurasakan, aku percaya. Karena Linda adalah gadis pertama yang kusukai hingga kini. Linda, wanita pertama yang mengulurkan tangannya saat aku jatuh. Wanita yang selalu memberiku permen mint tiap kali aku menangis. Wanita yang tak ragu membelaku kala tak ada seorangpun yang memihakku. Dia... istimewa.

Namun, status persahabatan kami membuat diriku berpikir berulang kali. Jikalau kusampaikan isi hatiku padanya, akankah ia tetap berada di sisiku? Akankah ia tetap menjadi sosok yang sama? Akankah ia bisa menerima kehadiranku lagi?

Hal semacam itu terus berputar dikepalaku. Aku takut kehilangan Linda. Takut dirinya akan menjauh karena perasaan menjijikkan milikku ini. Aku takut kehilangan sandaran hidup. Takut tak bisa bernafas tanpanya.

Alay sekali ya,
Tapi memang itu yang kurasakan.

Bayangan menakutkan itu secara tak sadar membuatku membangun dinding batasan lebar. Sebisa mungkin aku ingin menjaga Linda agar tetap berada di sisiku selamanya. Sebisa mungkin membuatnya nyaman dengan tidak melibatkan urusan hati. Namun naas, dinding itu justru malah memisahkan kami. Pada akhirnya gadisku bertemu dengan pujaan hatinya.

Meninggalkanku sendirian dengan dinding lebar yang mengurungku dalam kenestapaan.

Tapi semua sudah terlanjur terjadi. Langit-langit hatiku sudah runtuh tertimpa kenyataan pahit. Linda bersama lelaki tercintanya. Aku? Aku bersama rasa sakit dan patah yang tak berkesudahan.

Kenapa Harus Bapak? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang