TUWENTI TRI

5.8K 539 48
                                    

"Seribu bintang di balik awan hitam tersenyum hangat menatap bulan yang terjunjung."

🐢🐢🐢

"Kumohon,"

"Sa-sakit, mas."

"Kumohon," wanita itu meringkuk dalam kegelapan. Tangan kecilnya berusaha memeluk tubuhnya yang kedinginan. Ia menggigil dalam kegelapan, sendirian.

Plak!

"Ampun, mas."

"Kumohon, selamatkan-" giginya bergemelutuk keras seiring dengan tubuhnya yang semakin dingin. "selamatkan Mama," suara wanita itu melemah. Tangannya ia gunakan untuk mengusap air mata yang sudah turun sejaj tadi.

"Kamu harus tahu diri, siapa kamu di sini! Jangan pernah ikut campur urusanku atau kamu akan menerima akibatnya."

"Jangan menangis," tangannya masih sibuk mengusap pipinya kasar.

"Jangan menangis, nanti-" suaranya tercekat. Mata wanita itu bergerak resah, pun dengan tangannya. Sudah setengah jam berlalu namun ia masih tinggal ditempatnya. Di kegelapan yang dingin.

"-nanti, nanti-" tenggorokannya semakin tercekat, nafasnya memburu seiring dengan detak jantungnya yang bertalu keras.

"Kamu anak tak tau diuntung! Mati saja kamu!"

"Nanti-ayah-pukul," pecah sudah tangis wanita itu. Linda memeluk dirinya sendiri dalam kegelapan. Kepalanya ia benamkan ke dalam lipatan kakinya. Suara tangisnya terdengar amat memilukan. Rasa sakit di hatinya semakin memuncak bersamaan dengan tangisnya yang semakin meledak. Dalam kegelapan, ia meraung-raung, mencoba melenyapkan rasa sakitnya, namun tak bisa. Tak akan pernah bisa.

Ia kehilangan harapan.

"Linda!" Akmal, lelaki itu langsung berlari memeluk adiknya erat. "Maafin mas," racaunya berulang kali.

"Maafin mas," tangis Linda semakin pecah. Wanita itu meraung dalam dekapan hangat sang kakak.

"Maafin mas, Linda." Lelaki itu mengusap lembut rambut adiknya, lalu mencium puncak kepalanya. Air matanya jatuh satu persatu kala mendengar tangis adiknya. Hati lelaki itu ikut sesak melihat adiknya dalam keadaan seperti ini.

"Maafin mas," tenggorokannya tercekat. Lelaki itu memejamkan matanya, membawa Linda semakin jauh dalam dekapannya, memeluk erat sumber kehidupannya.

"Linda sakit, mas. Linda-" nafas Linda memburu. Wanita itu meremas kuat kaos yang Akmal kenakan. "Linda takut," tangan Akmal mengusap lembut pipi Linda.

Lelaki itu melepaskan pelukannya, "Mas di sini, Linda." Lelaki itu mengangkat kepala Linda agar wanita itu mau menatapnya. Sejak tadi kepala wanita itu terus menunduk dengan mata terpejam.

"Mas ada di sini," tangan Akmal masih setia menopang kepala Linda. Ibu jarinya ia gunakan untuk menyapu air mata yang terus turun dari pelupuk mata Linda.

"Tenang, ada Mas di sini," suara Akmal terdengar lemah. Meskipun begitu, lelaki itu berusaha kuat agar tak terisak. Ia tak ingin membuat adik tersayangnya semakin tersesat dalam kegelapan. Adiknya sudah cukup menderita dengan ini semua.

"Buka mata kamu, Lin," Akmal menatap lekat wajah Linda. Lelaki itu menggigit bibir bawahnya kuat, berusaha mati-matian menahan isaknya agar tak keluar.

Kenapa Harus Bapak? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang