TERTI TU

2.7K 257 8
                                    

"Cemburu hanyalah sebuah alasan dari sebuah ketakutan atas kehilangan."

🐀🐀🐀

Beberapa hari telah berlalu sejak terakhir kali Linda menangis di dekapan Arsa. Wanita itu menangis tersedu-sedu hanya karena Rama, si dosen menyebalkan itu. Entah bagaimana situasinya, namun beberapa hari terakhir wanita itu nampak baik-baik saja. Ia seakan lupa dengan peristiwa beberapa hari lalu dimana air matanya bercucuran karena Rama. Walaupun begitu, lelaki yang menjadi penyebab air mata Linda menetes itu pun turut menjadi penyebab gadis itu tersenyum selama beberapa hari terakhir ini. Bagaimana tidak, mendapatkan perlakuan manis dari seseorang yang ia cintai pasti membuat hatinya berbunga-bunga. Yah, walaupun sifat laki-laki itu masih sama, dingin dan kejam, namun setidaknya selama beberapa hari terakhir lelaki itu memperlakukan Linda dengan baik.

Sebenarnya tak ada yang spesial dari perlakuan Rama. Perlakuan Rama hanya sebatas hal yang biasa mereka lakukan, namun karena dibumbui oleh rasa cinta yang tengah bersemi di hati Linda membuat gadis itu merasa berbunga-bunga. Pagi-pagi sekali lelaki itu telah berada di depan rumahnya, bermaksud untuk pergi ke kampus bersama. Tak hanya itu, lelaki itu juga membawakannya bekal sarapan, titipan dari sang calon mertua. Coba katakan di mana letak perlakuan spesial dari Rama. Tidak ada.

Cinta memang membuat pemujanya menjadi gila.

Walaupun begitu, kesenangan tak akan bertahan lama. Bersamaan dengan rasa senang dan berbunga-bunga itu, Linda juga merasakan kekosongan di hatinya. Ia merasa seolah-olah sedang menari di taman bunga yang penuh duri, indah namun menyakitkan. Ia akui ia merasa senang dan bahagia, namun di sisi lain ketakutan dan rasa hampa membayanginya. Rasa takut akan ditinggalkan, dan rasa hampa karena cinta tak berbalas.

Tak dapat dipungkiri, prasangka-prasangka buruk masih terus membayanginya. Foto gadis muda yang ia temukan di rumah Rama terus saja terbayang di pikirannya. Hal itu menimbulkan keresahan dan tanda tanya besar di hatinya akan siapa sebenarnya gadis muda itu. Tentu saja, masalah itu tak pernah luput dari pikirannya. Setiap kali Rama berada dalam jangkauan matanya, sejuta pertanyaan dan prasangka akan muncul secara tiba-tiba.

"Kenapa dia misterius banget ya, Sa?" Itulah salah satu contoh pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Karena tak tahan dengan keresahannya, akhirnya wanita itu memutuskan untuk berbagi cerita dengan Arsa, siapa tahi lelaki itu bisa membantunya.

"Dia siapa?" Arsa menyeruput es jeruknya dengan santai. "Oh, Pak Rama?" Tanyanya kemudian.

Linda mengangguk cepat. "Lo nggak ngeliat kalau Pak Rama misterius banget?" Mimik wajah gadis itu langsung berubah antusias saat membicarakan Rama. Terlebih lagi akhir-akhir ini lelaki itu selalu muncul di kepalanya, menimbulkan keresahan dimana-mana hingga membuatnya pusing tujuh keliling.

"Nggak tuh. Gue nggak pernah ngelihat Pak Rama," jawab Arsa cuek. "... yang gue lihat itu elo. Lo kapan ngelihat gue balik?" Alis Arsa tertarik ke atas. Lelaki itu seperti sedang menunggu jawaban yang tak kunjung tiba. Mungkin bagi Linda apa yang Arsa ucapkan hanya sebatas candaan, namun sejujurnya lelaki itu benar-benar serius dengan ucapannya.

"Haha, apaan sih lo," lihat! Benar dugaan Arsa, lagi dan lagi Linda hanya menganggap ucapannya sebatas candaan saja.

Arsa memalingkan wajahnya, "Gue serius tau." Ucapnya lirih diiringi wajah mendung.

"Lo bilang apa, Sa?" Linda memajukan tubuhnya agar bisa mendengar lebih jelas.

Arsa menggeleng cepat, "Nggak, nggak ada." Elaknya. "Emangnya Pak Rama misterius dari sisi mananya?" Lelaki itu mencoba mengalihkan topik pembicaraan sebelum Linda mulai mengintrogasinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya berkeringat dingin.

Kenapa Harus Bapak? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang