TERTI FOR

3K 357 28
                                    

WARNING! SETELAH INI MOHON SIAPKAN HATI, KARENA BEBERAPA CHAPTER KEDEPAN AKAN MEMBUAT KALIAN SAKIT HATI DAN EMOSI.

"Setiap kali aku mencoba untuk percaya, kamu malah mencoba untuk mematahkan kepercayaanku."

🐀🐀🐀

Dosen Rama
Maaf, saya tidak bisa mengantar kamu. Ada rapat dadakan.

Linda menatap ponselnya nanar. Sudah hampir 2 jam ia menunggu Rama di parkiran fakultas, namun yang ditunggu malah menghilang. Dua jam lalu, lelaki itu memintanya agar menunggunya di parkiran. Ia menjanjikan pada gadis itu untuk mengantarnya pulang selepas bimbingan skripsi. Namun seperti dugaan, tiba-tiba saja lelaki itu absen dari janjinya dengan alasan rapat dadakan.

Linda menghembuskan nafas lelah. Ditatapnya pesan dari Rama sekali lagi. Ingin rasanya ia memprotes lelaki itu yanh sudah membuatnya menunggu hampir 2 jam tanpa kepastian. Namun, mengingat profesi lelaki itu membuatnya mengurungkan niat. Mungkin saja Rama benar-benar sedang sibuk sekarang. Ya, ia tidak boleh egois.

Ditatapnya hamparan parkiran di depannya yang basah kuyup tersapu hujan. Wanita itu menggosokkan kedua tangannya, berusaha menghangatkan tubuhnya yang kedinginan karena hawa hujan, namun tetap saja itu tak cukup menghangatkannya. Ia merutuki diri sendiri mengapa ia bisa lupa membawa jaket atau kaus tebal yang biasa ia kenakan setiap harinya. Setidaknya dengan adanya jaket bisa sedikit mengurangi hawa dingin di tubuhnya.

"Duh, udah sore lagi. Mana hujan deres banget. Gue pulangnya gimana," Linda menatap langit yang memutih karena mendung. Raut wajahnya memancarkan kekhawatiran yang kentara. Bagaimana tidak, Linda adalah satu-satunya manusia di sini. Tak ada tanda-tanda kehidupan lain di sekitarnya. Wanita itu mulai khawatir apabila hujan tak kunjung reda, ia tak akan bisa pulang. Meminta Akmal menjemputnya pun akan sia-sia saja, karena lelaki itu sudah kembali bertugas di pelosok Indonesia. Sedangkan Rama? Ah, lelaki itu sudah hilang entah kemana.

Hah, sepertinya ia harus menginap di kampus malam ini.

Wanita itu mulai sibuk dengan memikirkan tempat teraman baginya untuk menginap. Mengingat dirinya adalah wanita membuatnya sedikit takut. Bukankah akhir-akhir ini kejahatan pada wanita kian marak, apalagi ia kini sendirian di tempat umum, akan semakin besar kemungkinan kejahatan itu terjadi.

"Belum pulang?" Linda tergagap saat seseorang tiba-tiba menyenggolnya.

Wanita itu seketika menengok ke sampingnya. "Ck, lo ngangetin gue aja, Sa." Linda menghembuskan nafas lega saat mengetahui ada Arsa di sampingnya. Entah darimana datangnya lelaki itu, namun tiba-tiba saja ia sudab berada di samping Linda dengan wajah kusutnya.

"Kenape lo? Muka lo kusut banget." Tanya Linda.

Arsa mendesah lelah. "Gue habis dibantai habis-habisan sama dospem."

"Dibantai gimana maksud lo?"

"Ya biasalah. Beliau tanya keterikatan judul gue sama penelitian. Dan... gue nggak bisa jawab."

Linda berdecak kesal. "Ya iyalah, dodol! Gimana lo mau bikin skripsi kalau antara judul sama penelitian lo nggak nyambung."

Arsa menatap Linda sebal. "Ya habisnya gue belum persiapan apa-apa, eh doi udah main tanya-tanya aja." Lelaki itu melipat kedua tangannya ke depan dada. "Eh, ngomong-ngomong dospem lo siapa?"

Linda melirik Arsa sekilas. "Menurut lo?"

"Pak Rama?" Linda mengangguk menjawab pertanyaan Arsa. "Udah gue tebak sih. Dia nggak akan ngelepasin lo segampang itu." Ucapnya. Linda tersenyum sekilas. Hatinya kembali ragu dengan pilihannya. Dulu ia sangat ingin melepaskan diri dari jeratan Rama, namun entah kenapa semenjak hatinya berbalik pada lelaki itu, batinnya langsung meragu.

Kenapa Harus Bapak? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang