Akan ada pelangi setelah badai. Akan ada perpisahan setelah perjumpaan. Namun, tak selamanya perpisahan menjadi akhir dari segalanya.
Satu hal yang perlu kamu ingat, perpisahan bisa saja menjadi gerbang pembuka untukmu menjemput pelangi diujung sana.
🐀🐀🐀
"Semuanya sudah siap?" Aku menengok mendengar teguran dari Hazan yang berada di sebelahku. Sejak tadi wanita itu selalu berada disampingku, memastikan keadaanku baik-baik saja untuk melakukan perjalanan jauh nanti. "Kamu sudah membawa permen mint? Nanti kalau merasa mual, makan saja permen mintnya. Rasa mualmu akan sedikit.berkurang."
"Oya, jangan lupa saat dipesawat nanti usahakan untuk lebih banyak tidur. Jangan terlalu banyak berpikir!"
Astaga! Aku sudah seperti anak kecil yang hendak pergi piknik saja.
"Sudah, Hazan, tenang saja," aku mengambil dua paper bag berisi makanan ringan dari tangan Hazan. Katanya untuk cemilan diperjalanan nanti. Entah apa yang ada dipikiran Hazan saat ini, padahal ia sendiri tahu makanan-makanan ini tak akan bisa kumakan di pesawat, yang ada semua makanan ini akan ikut masuk bersama tumpukan koper-koper penumpang. "Tidak apa-apa, anggap saja ini cendera mata dariku," katanya saat aku protes mengenai banyaknya barang-barang yang ia beri untuk kubawa pulang. Padahal sejatinya aku hanya membawa satu koper besar berisi pakaian dan dokumen-dokumen penting. Namun karena inisiatif Hazan, akhirnya kini aku pulang membawa hampir 2 koper besar beserta 4 paper bag berisi makanan dan cendera mata lainnya.
Hazan lalu berlalu dari hadapanku sejenak, wanita itu berjalan menuju vending machine. Sambil menunggu Hazan kembali, kesempatan ini kugunakan untuk membidik tempat terakhir yang kukunjungi di Glasgow, Glasgow Internasional Airport, tempatku berada saat ini. Akan ku simpan gambar ini sebagai kenang-kenangan terakhirku.
Sekembalinya, Hazan membawa dua kaleng kopi less sugar dan memberikan satu kalengnya padaku. Wanita itu lalu mengambil duduk disampingku, ia kemudian tersenyum lebar, sangar lebar, hingga membuat matanya terlihat segaris. "Aku akan merindukanmu, Linda," ujarnya lirih.
Aku menggigit bibirku perlahan. Akhirnya, hari ini datang juga. Akan selalu ada perpisahan setelah perjumpaan. Akan selalu ada akhir bagi setiap hal yang dimulai. Dan kini saatnya, saat dimana aku harus mengakhiri hal yang kumulai 6 bulan lalu.
Ah, mengapa rasanya sesak sekali.
"Aku juga," jawabku.
Enam bulan, waktu yang terasa singkat namun terkesan panjang. Kota ini telah menjadi salah satu bagian dari kisah hidupku. Menjadi saksi bisu bagaimana hancurnya diriku kala itu. Dan, menjadi sumber kekuatan saat diriku mencari cahaya diantara kegelapan yang melingkupi. Singkatnya, Glasgow menuntunku menuju seberkas harapan yang sempat pudar, mengajakku berpetualang mencari satu-satunya hal yang kudambakan sejak dahulu. Ketenangan.
Ah, aku akan merindukan kota ini. Rindu harum semerbak pohon maple saat musim gugur tiba, rindu orang-orang yang mulai berdansa saat malam festival, rindu dinginnya butiran salju yang membelai pipiku, semuanya.
"Ingat apa yang pernah kusampaikan padamu, Linda." Hazan memelukku erat. "You're priceless, you're a queen. So, don't let others drop your crown."
Aku mengangguk dalam pelukan Hazan. Menyadari ini kali terakhir kami bertemu membuatku kembali merasakan sembilu. "I know," pelupuk mataku memberat, rasanya buliran-buliran bening melesak memenuhi ruang pandangku, membuat netraku mengabur. Aku yakin dalam sekali kedip saja air mataku langsung terjun bebas, membentuk aliran sungai tak beraturan di pipi.
"Jangan lari lagi, hadapi! Kalau kamu takut, lihat kebelakang. Lihat bagaimana beratnya perjuanganmu hingga bisa berada pada titik ini." Hazan memberikan nasehat terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Bapak? (END)
RandomDosen - Mahasiswa series. Humor - Romance - Spiritual - Perjodohan Dua sosok manusia dengan rahasia kelam masa lalu harus dipertemukan karena keadaan. Keadaan yang membuat mereka 'dipaksa' mengikat komitmen suci yang tak pernah dibayangkan sebelumny...