Bagian (04)

37 2 0
                                    

Sedari tadi, lengan nuel terkepal begitu erat, mendengar banyak pukulan yang terdengar dari dalam ruangan di hadapan nya. Ia berusaha melihat dari jendela luar, bagaimana keadaan gadisnya.

Tapi sialnya, jendela nya tertutup gorden dengan begitu rapat.

"Gue disini, Nara.."Lirih nuel pelan.

Dalam hati nya, ia tidak henti henti nya mengucapkan kata maaf pada gadis itu. ia tidak bisa melindungi Nara dari papah nya, ia bodoh, membiarkan gadisnya kesakitan di dalam sana.

Suara itu terhenti, ia juga mendengar geseran pintu yang terbuka. itu artinya, Nara sudah keluar dari ruangan itu.

Kepala nya mendongak, menatap ke arah balkon Nara yang terlihat dari bawah sini, kemudian berganti menatap pohon yang menjulang ke arah balkon nya.

Dengan sangat gesit, ia berjalan ke arah pohon itu, menaiki nya ke atas. Untung saja, ranting pohon itu menjulang pas ke arah balkon Nara. Jadi dengan mudah nya, nuel bisa naik ke atas sana.

Ia mengatur nafas nya saat sudah sampai di balkon nya, kemudian berjalan ke pintu balkon.

Melihat Nara yang sedang menangis sesegukan dari balik pintu kaca itu.

Gadis itu hanya bisa melampiaskan tangis nya di dalam kamar, dan memperlihatkan kepada orang orang di luar bahwa dirinya baik baik saja, padahal nyatanya, itu adalah kebohongan besar bagi nuel.

Ia mengetuk pintu balkon nya membuat Nara mengalihkan pandangan nya dan melihat nuel yang tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah nya.

Lengan nya mengusap air mata nya, berjalan menghampiri lelaki itu.

"El, lo-."

Ucapan nara terhenti saat nuel mendekap nya dengan begitu erat, mengusap bahu gadis itu dengan begitu lembut yang sialnya membuat Nara bertambah terisak akibat perlakuan lelaki itu.

"Maaf nar, maaf. gue minta maaf karena gue ga bisa lindungi lo."Ucap nuel memohon di dalam dekapan.

"Gue ga becus jadi pacar lo, gue gabisa berdiri paling depan buat cegah perlakuan papah lo, gue minta maaf."Ujar nya lagi.

Nara mencoba mengatur nafas nya, melihat nuel dari arah bawah."Lo ga perlu minta maaf, i'm okay, and always okay. Ini bukan salah lo."Jawab Nara, namun perkataan itu sama sekali tidak membuat nuel percaya.

Ia melerai pelukan nya, mengusap pipi gadis itu lembut."Ini pasti sakit, nar,"Gantung nya, menahan rasa sesak di dada nya begitu melihat bagaimana kondisi gadisnya.

Nara menyerngit saat melihat nuel yang berkaca kaca. ia mengusap lengan lelaki itu yang menempel di pipi nya, dan mengangguk pelan, mengisyaratkan lelaki itu bahwa dirinya baik baik saja.

"Gue gapapa, el."

"Lo bohong, nara."

"Makasih udah jauh lebih peduli sama gue di banding keluarga gue. gue tau, tuhan kasih lo untuk gue karena Lo bisa lindungi-."

"Gue gabisa lindungi lo."

"Gue selalu ngerasa terlindungi kalau di dekat lo, el."

Nuel menggeleng tidak percaya. Merapihkan rambut gadis itu yang sedikit berantakan akibat jambakan lelaki paruh baya itu.

"Gue gabisa nahan diri buat ga benci papah lo, maaf."Ucap nya pelan sambil menunduk.

"Gue juga benci papah, dan lingkungan keluarga yang sekarang sialnya harus gue terima."Ucapnya.

Nuel menghela nafas nya."Ini pasti berakhir. lo ga akan terus ngerasa sakit kayak gini, gue yakin hal ini ga akan selamanya terjadi."

Nara memasang senyum lebar nya membuat nuel ikut tersenyum."Janji sama gue kalau lo bakal disini, ya?."

"Ga perlu Lo suruh pun, gue bakal disini sama lo."Nara mengangguk percaya.

Nuel melepaskan lengan nya yang berada di pipi Nara, lalu menaruh tas yang ia pakai, dan mengeluarkan kotak p3k, juga beberapa makanan yang ia bawa untuk Nara.

"Obatin dulu sini, baru ngobrol lagi."

"Ko niat banget?."

"Gue niat gini itu cuman sama lo. banyak banyak bersyukur deh."Ujar nya sambil terduduk di samping Nara.

"Dih, masa iya?."

"Hm."Balas nuel, lalu mulai membersihkan ujung bibir gadis itu yang sedikit merobek.

Ini posisi yang salah. seharusnya, nuel yang terluka dan Nara yang mengobati, bukan malah seperti ini."Lo tau ga nar, kadang gue suka suka mikir kalau Lo keren banget, gue ga yakin semua cewe di luaran sana sekuat lo,"Gantung nya.

"Kata siapa? Lo gatau kan gimana cewe cewe di luaran sana? siapa tau mereka juga ada yang kayak gue. cewe itu kan pinter nutupin hal yang mereka alami biar keliatan kalau mereka itu baik baik aja."

Nuel menaikkan sebelah alisnya, menatap gadis itu lekat."Dan gue gamau lo jadi bagian dari cewe itu yang nutupin apapun dari gue!."Ujar nya penuh penegasan.

Nara mengangguk pelan, dan memperhatikan wajah nuel yang begitu serius mengobati luka nya."Sekali lagi, makasih, nuel."Ucap Nara tulus.

Pandangan nuel teralih, menatap kedua mata gadis itu yang menatap nya sangat dalam."Sama sama, Nara."

"El?."

"Iya? kenapa?."

"Apa gue harus jadi kak maudy biar papah henti in ini?."Ujar Nara pelan.

Nuel menggeleng, tidak setuju dengan apa yang di ucapkan gadisnya."Jangan jadi orang lain. cukup jadi diri lo sendiri, itu aja udah cukup."

"Gue ga pernah ngerasa cukup di hidup gue. gue selalu ngerasa kurang."

"Buat apa jadi sempurna kalau lo malah ngilangin jati diri lo sendiri? gue ga mau lo ninggalin diri lo cuman karena papah lo. sempurna in yang ada, itu lebih dari cukup."

"Tapi papah selalu minta gue buat jadi kak maudy."

"Setiap orang itu beda beda. mau sekuat apapun lo berusaha keras nurutin permintaan papah lo untuk jadi maudy, itu ga akan pernah bisa. sekali pun bisa, itu ga akan sepenuhnya sama, ngerti?."Ujar nuel tegas.

Nara tersenyum tipis, mengacak pelan rambut nuel."Gue ngerti kok. kenapa ya papah gue ga kayak Lo mikir nya."

Nuel memutar bola mata nya malas, menjitak kepala Nara pelan."Baru juga gue omongin kalau orang itu beda beda. ck."Decak nya.

Nara tertawa cengengesan."Ya maap."

"Yaudah, ayo makan. laper kan?."

Nara mengangguk dan minat nuel yang mengeluarkan beberapa makanan untuk nya."Makasih lagi deh."Ucap Nara yang hanya di balas anggukan oleh lelaki itu.

"Ayo dong Lo juga makan."Ajak Nara saat lelaki itu hanya menyodorkan makanan padanya.

"Gue udah makan."

"Yah, ga asik banget makan sendiri."

"Gue juga makan sendiri tadi."

"Makan lagi aja, ayo. ga asik sen-."

"Cepetan makan!."Suruh nuel.

"Biasa aja kali. gue makan nih."Ujar nya, memakan makanan itu membuat nuel membuang nafas nya lega. ia bahkan tidak tau perkembangan Nara di rumah nya. Apa gadis itu jarang makan disini?menahan nya akibat tidak ingin nya berinteraksi dengan orang orang yang ada di rumah ini.

Pasalnya, Nara selalu bercerita bahwa ia tidak ingin keluar kamar jika tidak ada hal yang perlu. Gadis itu lebih baik mengurung diri nya di kamar dari pada melakukan hal hal di luar kamar nya yang membuat keluarga nya menjadi sangat canggung.

Jadi bagaimana nuel tidak khawatir dengan kondisi gadisnya setiap hari?

"Kenapa ngeliatin nya gitu banget?."Tanya Nara, menyadarkan nuel.

"Lo cantik."












pacar jay -
otw mup on (tapi w ga jdian) /mmpus

INJURED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang