"Sayang, papah pulang."
Maudy menghentikan makan malam nya saat mendengar papah nya yang baru saja pulang dari luar kota beberapa hari ini.
Ia berdiri ingin pergi ke kamar nya namun terhenti saat Dimas mencekal lengan nya.
"Mau kemana?. kita di ruang tamu dulu ayo, papah bawa sesuatu buat kamu."
Maudy menatap papah nya, lalu melepaskan cekalan nya."Gausa."Tolak maudy membuat Dimas menatap putrinya heran.
"Loh?. papah yakin kok kamu suka ini. Sebentar papah buka in ya."Ujar Dimas membuka koper nya dan mencari paper bag yang sudah ia siapkan untuk Maudy.
"Ini, ambil."
"Cuman ini aja?."Tanya Maudy tanpa mengambil paper bag itu.
"Maksud kamu?. Oh, kamu mau lagi?. Gimana kalau bes-."
"Buat Nara?."Tanya Maudy memotong.
"Nara?."
"Iya, Nara. papah beli in sesuatu juga buat dia?."
Dimas menelan saliva nya sulit. Ia tersenyum kaku."Nara nanti ya, ini untuk kamu dulu. dia pasti ngerti kok. lagian papah ga sempet untuk beli sesuatu banyak disana."Elaknya.
Sudah cukup. Sepertinya Maudy memang harus percaya pada Nara. Nara mengucapkan hal yang sebenarnya pada maudy.
Dan, Maudy benar benar kecewa pada papah nya.
"Jangan bedain aku sama Nara!."
"Siapa yang membedakan kamu dengan Nara?. papah memperlakukan kamu sama, sayang."
"Berhenti bohong sama aku pah!. Aku tau semua nya."Wajah Dimas seakan berubah mendengar apa yang baru saja di katakan Maudy.
Apa maksud dari tau semua nya?. Apa Nara menceritakan hal yang selama ini terjadi pada Maudy?.
Sialan.
"Apa yang kamu tau?."
"Tau kalau papah selalu bersikap keras sama Nara!."
"Itu omong kosong. Kamu ga perlu percaya itu sama Nara. Dia hanya ingin buat hubungan kamu dan papah renggang. Percaya papah, Maudy."
Maudy terkekeh pelan. Masih tidak percaya bahwa papah nya benar benar bersikeras menyembunyikan hal ini yang sudah jelas terungkap.
"Harusnya papah tau gimana rasanya jadi nara. dia ga sekuat itu pah. nara juga beda sama maudy!. papah gausa berusaha buat Nara berubah untuk jadi aku, karena Nara bukan aku!."
"Maudy, dengar kan papah-."
"Apa yang harus aku denger pah?. semua kebohongan papah?."
"Papah lakukan itu karena ingin yang terbaik untuk hidup nara. papah ingin dia pintar seperti kamu, karena selalu ada tempat untuk orang pintar dimana pun kalian berada nanti."
"Itu salah pah!. Mendidik anak dengan cara yang keras itu kesalahan besar!. gimana kalau nara sakit mental karena terus di kekang?. Mental orang itu beda beda pah."
Dimas mengacak rambut nya. Mengumpat kesal untuk Nara. Berani sekali anak itu.
"Cara satu satu nya agar Nara paham, hanya dengan seperti itu!. Dia susah di atur."
Maudy menggeleng pelan. Masih belum sadar juga rupa nya.
"Setiap orang beda beda pah. mungkin bakat Nara bukan di akademik. mungkin di bidang yang lain. atau dia bisa hal yang ga maudy bisa."
"Jika memang punya, harusnya dia udah buktikan itu!. Tapi papah rasa, dia ga punya itu semua."
"Kalau pun setiap orang bisa minta jadi apa yang dia mau saat hidup, Maudy yakin, mereka akan minta segala nya untuk jadi sempurna."
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...