Bagian (16)

31 5 0
                                    

Sudah hampir satu jam lebih, nuel terus mencatat beberapa materi penting di buku yang sudah hampir penuh dengan tulisan nya. Ia bahkan tidak merasa lengan nya pegal karena menulis sebanyak itu.

Sesekali, nuel melirik jam yang belum terlalu larut malam. Ia mempercepat gerakan menulis nya yang sudah tinggal sedikit lagi.

Hembusan nafas lega berbarengan dengan senyuman lega kini terlihat di wajah lelaki itu.

Ia menutup buku itu, bergerak cepat mengambil jaket dan turun ke bawah dengan membawa buku catatan yang ia catat.

"Kak!."

Nuel menghentikan langkah nya saat mendengar suara ayah nya yang memanggil nya.

"Apa?."

"Mau kemana? udah malem."

"Mau keluar."

"Keluar nya kemana?."

"Ke rumah Nara."

"Bisa besok. ini udah malem. lagian Nara juga udah tidur pasti."Suruh Juna melarang namun nuel masih tetap kekeuh ingin pergi.

Ia menggeleng."Kaka ga lama. sebentar juga pulang."

"Lima menit."

Nuel berdecak sebal mendengar ucapan ayah nya."Baru nyalain gas lima menit mah."

"Yaudah sepuluh menit."

"Yah. aku cowo kali. gapapa lah. lagian aku bisa jaga diri."Juna tertawa pelan saat mendengar jawaban dan wajah kesal dari anak nya yang sudah sangat tidak sabar untuk pergi.

"Ayah takut ada cewe yang perkosa kamu."

"Ga masuk akal."Decak nuel.

"Lah? bisa aja dong?. kita kan gaada yang tau."

"Ya mana mungkin, ayah."

"Pergi aja kak. ga sampe malem ya."Suara giandra benar benar membuat nuel merasa senang dan berpamitan pada wanita setengah paruh baya itu, melewati ayah nya.

"Makasih bun."Ucap nya mencium kedua pipi giandra tulus.

"Jangan ngebut ngebut. salamin juga ke Nara dari bunda."Nuel mengangguk.

"Kaka sampe in nanti."

Juna menggeleng dan melihat nuel yang ingin pergi namun kembali terhenti karenanya."Ko ke ayah ga pamit?."

Nuel menoleh."Males"

"Becanda kali."

Nuel terkekeh dan berjalan ke arah ayah nya, mencium punggung tangan nya."Kaka juga becanda."Ucap nya lalu benar benar pergi dari rumah nya.

Perjalanan dari rumah nya ke rumah Nara tidak cukup lama karena lelaki itu mengebut untuk cepat sampai ke rumah gadisnya.

Dari arah bawah, nuel melihat hanya lampu kamar gadis itu yang masih menyala. Ia yakin bahwa Nara sedang belajar saat ini.

Tanpa mengulur waktu banyak, nuel memanjat pagar rumah itu untuk menaiki balkon kekasih nya.

Tok tok tok

Di dalam kamar, Nara menyerngit heran saat pintu balkon nya di ketuk, ia berjalan ke arah sana, melihat seseorang di luar kamar nya dan ternyata itu nuel.

"Ngapain?."Tanya Nara kaget.

"Masih belajar?."Tanya nuel yang di balas anggukan oleh Nara.

"Lo ngapain disini?."Tanya Nara mengulang.

Nuel membuka jaket nya lalu mengeluarkan buku catatan tadi dan menyodorkan nya untuk Nara."Buat Lo."Ucap nya.

"Buat gue?."Tanya nya yang di balas anggukan oleh nuel.

"Ambil dong."

Nara mengambil catatan itu dan melihat lihat sekilas isi di dalam nya."Maksud nya apaan?."Tanya nya masih tidak mengerti.

"Lo ga perlu baca buku terlalu banyak. gue udah rangkum materi penting nya di buku itu. dan Lo bisa baca catatan yang gue kasih. Gue yakin, itu berguna kok."

"Lo yang catat?."

"Iya lah siapa lagi?."

"Seharusnya ga usah. gue bisa sendiri ko el."

"Gue tau kok. Tapi gue mau bantu lo."

"Tangan Lo pegel ya pasti karena catat materi sebanyak ini?."Kata Nara tidak enak.

"Gue suka nulis. jadi santai aja."

"Tapi kenapa Lo harus lakuin ini?."

Nuel menggeleng pelan, mengacak rambut gadis itu."Gue gamau lo kecapean nar, gue mau lo belajar seperlu nya. bukan nya gue ngelarang lo buat belajar keras, gue tau itu bagus banget, tapi kesehatan lo malah ga baik nanti nya."

Hati Nara menghangat mendengar setiap kata yang di ucapkan oleh lelaki di hadapan nya. Lelaki yang begitu baik dengan nya, dan Nara adalah gadis beruntung yang bisa mendapatkan lelaki sebaik nuel.

"Kenapa si Lo baik banget?."

"Lo mau gue jahat?."

"Ga gitu, gue ga enak jadinya."

"Kayak sama siapa aja. yaudah, gue pulang lagi ya? lo jangan begadang. janji?."Ucapnya, menaikkan jari kelingking nya.

Nara ikut menaikkan jari kelingking nya, mengaitkan nya dengan jari nuel."Janji, tapi ga sepenuh nya."Kekeh nya.

"Itu ga janji nama nya!."

"Yaudah janji."Lerai nya.

"Jam sebelas harus udah tidur."

"Jam dua belas gimana?."Tawar nya.

Nuel mendengus kesal saat lagi lagi nara ingin menolak dengan cara yang halus."Ini bukan pasar. lo gabisa nego."

"Oke, promise."Ucap Nara, melepaskan kaitan jari nya.

"Gue pulang."

"El."

"Ya? kenapa?."

"Makasih banyak. maaf kalau gue belum bisa ngasih apa apa selain kata makasih sama lo, gue-."

"Apaansi. gue ikhlas. gausa gitu!."

"Hati hati ya."

"Eh ada salam dari bunda, gue lupa."

"Iya. Salamin juga."

"Nanti gue bilang, jangan lupa sama janji lo. See you!."

Nara mengangguk dan memperhatikan nuel dari atas yang begitu cepat turun ke bawah. ia menggeleng, lelaki itu bahkan tidak takut naik ke balkon Nara yang cukup tinggi berkali kali.

Suara klakson terdengar sebelum akhirnya lelaki itu pergi meninggalkan nya.

Nara membuka buku itu, melihat tulisan nuel yang begitu rapih. Lelaki itu sangat niat sekali membuat ini. Nara tidak percaya.

"Gue beruntung banget ya ternyata ketemu dia di hidup gue."



















#hanya fiksi belaka :)

INJURED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang