"Kenapa nilai kamu berubah drastis sekarang?. Bahkan untuk masuk sepuluh besar saja kamu tidak."Ujar Dimas saat melihat Maudy melewati nya.
Maudy menghentikan langkah nya, melihat ke arah papah nya yang sedang memegang raport milik nya.
"Maudy lagi males belajar."
"Ini hampir semester akhir!. Seharusnya kamu lebih fokus untuk bisa masuk ke universitas unggulan!."Tegas Dimas tidak menyangka.
"Ya gimana lagi?. Papah pikir aku bakal terus jadi yang ke satu?."
"Apa kamu gaada usaha untuk mempertahankan?."
"Apasi pah, itu cuman nilai doang."
"Kenapa kamu jadi seperti ini?."
Maudy terkekeh geli."Emang menurut papah aku kayak gimana?."Tanya Maudy.
"Papah gasuka sikap kamu belakangan ini."
"Oh ya?. Bagus dong, aku juga ga suka sama sikap papah."Tajam Maudy tidak peduli dengan tanggapan Dimas kali ini tentang nya.
Dimas menutup raport milik maudy, berdiri duduk nya."Apa kamu melakukan ini hanya karena kamu tau yang sebenarnya terjadi?."
"Ga juga. Aku cuman pengen tau aja pah, sifat yang selalu papah kasih sama Nara. Jadi, kenapa papah ga pukul aku sekarang?."Tanya Maudy dengan tatapan datar nya.
Berharap bahwa kali ini Dimas terpancing oleh nya. Ayolah, Maudy hanya ingin merasakan apa yang selalu nara rasakan.
"Jangan pernah mencoba untuk menjadi seperti Nara!. Papah ga suka itu."
"Ck, aku cuman mau santai aja pah. Lagian aku juga udah cukup keras belajar kemarin kemarin."
"Tapi ga menurun terlalu bawah seperti ini!."
"Ya emang kenapa?. Lagian peringkat kelas aja ga bakal nentuin kesuksesan aku nanti nya."Sahut Maudy, masih dengan wajah tenang nya.
Dimas membuang nafas nya kasar. Tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Maudy kali ini.
"Akhir akhir ini juga kamu suka membuat ulah di sekolah. Kenapa kamu melakukan itu?."
"Aku cuman gasuka di ganggu."
"Jangan buat papah kecewa sama kamu Maudy!."
"Aku ga peduli itu pah!."
Maudy membalikkan tubuh nya untuk pergi menuju kamar nya, namun Dimas lebih dulu mencekal pergelangan tangan nya.
"Apalagi si pah?. Aku mau istirahat."
"Berhenti bersikap seperti ini!."
"Kenapa harus berhenti?."
Dimas mengetatkan rahang nya. Kenapa Maudy menjadi jauh lebih buruk di banding Nara?. Bahkan nilai gadis itu lebih kecil di banding nilai milik Nara.
"Papah mau pukul aku?."Tanya Maudy saat melihat Dimas yang begitu emosi.
"Pukul aku pah. Gausa sungkan, bia-."
Plak.
"Sialan!. Papah kecewa sama kamu!."
Maudy mencekal pipi nya yang terasa begitu panas lalu mendonggak, menatap papah nya sambil tertawa pelan.
"Makasih pah, udah buktiin sama aku kalau papah emang sekasar ini. Dan perlu papah tau, kalau aku jauh lebih kecewa sama papah!."
Setelah mengatakan itu, Maudy berjalan cepat ke arah kamar nya.
"Kenapa Lo kayak gini kak?."
Maudy menghentikan langkah nya saat mendengar suara nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...