"Nara!."
Maudy membuka pintu kamar Nara dengan begitu kencang, membuat sang pemilik kamar sedikit tersentak.
"Pelan pelan, kak."
"Lo gapapa kan?. lo baik baik aja?."Tanya Maudy, melihat tubuh Nara dari atas sampai bawah dengan begitu rinci.
"Gapapa, emang gue kenapa?."
Maudy membuang nafas nya begitu lega lalu memeluk adiknya erat."Gue takut lo kenapa napa."Ujar maudy khawatir.
Nara hanya diam, tidak mengerti dengan kakak nya saat ini.
"Gue gapapa. lo kenapa si?."
"Tadi ada yang nelpon gue, nyuruh gue pulang. dan bilang kalau bakal terjadi sesuatu sama Lo."
Seketika, pikiran nara tertuju pada nuel. apa lelaki itu yang menelpon maudy?.
Nara membalas pelukan maudy erat."Mungkin dia cuman jail. buktinya gue baik baik aja."
"Bagus kalau gitu."Kata Maudy sambil melerai pelukan nya.
"Lo ninggalin pelajaran lo, cuman buat nyamperin gue?."
"Iyalah. lo ke bayang gimana takut nya gue waktu denger itu?."
Nara tersenyum simpul."Makasih."
"Buat?."
"Ya udah khawatir sama gue."
"Lo adik gue, nar."
Nara mengangguk. Bagaimana Nara bisa membenci Maudy hanya karena papah nya?. ia tidak mungkin melakukan hal itu hanya karena perlakuan papah nya yang sama sekali tidak Maudy tau.
Karena Nara yakin, maudy akan terus melindungi nya jika maudy tau apa yang nara alami selama ini.
"Kak.."
"Kenapa?."
"Bisa buat terus sama gue?."
"Maksud lo?."
Nara terdiam sesaat, lalu tertawa renyah."Ga, gue ngarang. gausa di pikirin."
"Yakin?."
"Iya, yakin."
"Btw, kenapa Lo udah pulang? lo kan harus nya ada di sekolah sekarang."
"Gue tadi berantem."
"Sama siapa?."
"Temen kelas."
"Terus? Lo di apain aja?."
"Gue yang buat ulah."
Maudy menghela nafas nya."Skors?."
"3 hari doang."
"Papah? Gimana?."Tanya maudy. Pasalnya, Maudy hanya takut jika papah nya marah mengenai hal ini.
"Papah tadi ke sekolah."
"Dia marah sama Lo?."
"Engga. dia cuman nasihati gue aja. kan papah ga pernah marah sama gue."Ujar nya, melebarkan senyuman nya, berusaha membuat Maudy percaya.
Namun isi hati nya begitu bertolak dengan apa yang ia ucapkan. Jangan kan hal besar seperti ini, hal kecil saja, papah nya selalu menganggap Nara salah.
Maudy mengangguk percaya, lalu mengusap pundak Nara pelan."Gue percaya. lagian papah ga mungkin marah kan?. yaudah, gue ke kamar deh. lo istirahat sana."
"Sekali lagi makasi."
"Sans."Ucap maudy melenggang pergi.
Nara menghela nafas nya, lalu merebahkan tubuh nya. Terasa begitu sangat lega karena papah nya benar benar tidak marah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...