Suara motor yang terdengar dari arah bawah, langsung membuat Nara membuka pintu balkon nya dan melihat nuel yang kini berada di bawah, bersiap untuk naik ke atas balkon nya.
"El, pelan pelan."Ucap Nara pelan yang di balas anggukan oleh nuel.
Nara meringis pelan saat lelaki itu mulai naik ke atas pohon nya. Ia mengulurkan tangan untuk membantu nuel sampai ke balkon nya.
"Thanks."Ucap nuel.
Nara memeluk tubuh nuel membuat lelaki itu ingin terjatuh jika tidak menjaga keseimbangan nya dengan cepat.
"Ko peluk peluk?."
Nara mendonggak, tersenyum penuh arti."Gue seneng nuel! Makasih banyak!."Ucap Nara antusias
mengingat bagaimana papah nya menerima nilai yang tadi di berikan oleh nara, dan bersyukur sekali papah nya percaya akan hal itu.
"Seneng kenapa nih?."
"Papah percaya kalau gue yang dapetin nilai itu."
"Serius?."
Nara mengangguk lalu melepaskan pelukan nya."Itu berkat lo."
Melihat itu, nuel ikut tersenyum, lalu mengacak rambut gadis itu pelan. Sangat jarang melihat Nara yang begitu bahagia dan terlihat sangat lega seperti ini.
Nuel hanya ingin nara seperti ini, seterusnya.
"Gue ikut seneng kalau lo baik baik aja."
"Gue gatau kalau papah liat nilai asli yang gue peroleh. mungkin gue bisa luka parah."
"Karena Lo gapapa sekarang, jadi lo bisa tidur tenang, iya kan?."Nara mengangguk antusias.
"Makasih banget, gue gatau kalau gaada lo, el."
Nuel mengangguk dan mendudukkan bokong nya begitu pun dengan nara, perasaan nuel pun ikut terasa lega saat ini.
"Gue kesini cuman mau mastiin kalau lo baik baik aja, dan bersyukur banget kalau lo emang baik baik aja sekarang."
"Lucu banget si."Kekeh Nara.
Nuel ikut tertawa, sialan. Bukan kah malah gadis itu yang terlihat lucu?.
"Seneng banget, gue suka Lo kayak gini."
"Iyalah gue seneng banget."
"Gue boleh minta sesuatu ga?."
"Apa?."
Tatapan nuel tidak lepas dari wajah nara."Terus kayak gini nar, gue pengen Lo pasang wajah ini setiap hari."Ujar nuel.
"Emang biasanya?."
Nuel menggeleng pelan."Ya gapapa. Cuman gue lebih suka liat Lo seneng kayak gini."
"Mungkin bisa."
"Kenapa harus mungkin?."
"Apa lo yakin gue bakal bahagia terus?."
"Kenapa ngga?."
Nara mengedikkan bahu nya, tidak percaya bahwa hal yang menyenangkan akan datang di hidupnya. Ini saja mungkin hanya keberuntungan.
Coba jika nuel tidak melakukan ini, mungkin wajah Nara akan sama seperti biasa nya.
Nara menepuk jidat nya, melupakan untuk mengambil sesuatu pada nuel.
"Sebentar,"
"Mau kemana?."
"Mau ambil minum, gue lupa. Lo lagi mau sesuatu?."
"Air putih aja."
"Beneran itu aja?."Nuel menjawab dengan anggukan.
Setelah melihat jawaban lelaki itu, Nara berdiri ingin masuk ke dalam rumah nya, namun tubuh tegap Dimas yang berdiri di depan pintu balkon nya membuat Nara terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...