"Kenapa lo ngajak gue ketemu?."Tanya Nara saat sudah di hadapan nuel.
"Emang gabisa di telpon?."Tanya nya lagi namun tidak di sahuti apapun oleh nuel yang kali ini memilih untuk diam membuat nara menatap lelaki itu heran.
"El? apa yang mau Lo omongin?."
"Harus nya gue yang tanya, apa ada hal yang mau Lo omongin buat gue?."Tanya nuel membuka suara.
Pertanyaan itu membuat Nara sama sekali tidak mengerti, ia memilih untuk menggeleng. Bukan kah nuel yang mengajak nya kesini?. Lalu kenapa lelaki itu bertanya aneh seperti itu?.
"Bukan nya Lo yang mau ngomong?."
"Nar, lo ga cape?."
"Maksud lo?."
"Gue aja cape nar kayak gini, masa Lo ngga?."Nuel tertawa renyah namun itu malah membuat Nara semakin bingung.
"Gue ga ngerti nuel."
"Gue cape nar, terus Lo bohongi kayak gini. Lo ga cape bohongi gue terus?."Tanya nuel langsung.
"Bohong?."
"Tolong, jujur sama gue apa yang terjadi sama lo. gue gamau Lo bohong kali ini."
"Apa yang harus gue cerita in sama Lo?."
"Mungkin hal yang gue gatau?."
"Gue udah berusaha terbuka sama lo, jadi bagian mana yang pengen gue cerita in lagi sama Lo?."Ujar nara.
"Hal besar yang Lo punya dan gue gatau itu. Gue pengen tau dari Lo langsung, gue minta lo jujur sekarang."Pinta nuel tegas berusaha mengontrol emosi nya agar tidak memuncak saat ini juga.
"Lo ga percaya sama gue?."
Nuel mengepalkan tangan nya, mengalihkan pandangan nya untuk tidak menatap ke arah gadis itu."Apa gue pernah ga percaya sama Lo? Bahkan dari banyak kebohongan yang lo buat sama gue pun, gue percaya itu nar."
"Harusnya gue yang tanya, apa masih ada rasa percaya yang harus gue tanam di diri Lo?."Lanjut nuel.
Nara mencoba berfikir, mencari letak kesalahan nya kali ini. Apa yang sebenarnya lelaki itu bahas? Kenapa nara sama sekali tidak mengerti?.
"Tapi gue udah selalu coba jujur sama lo. Bahkan semua nya. Lo tau itu, kan?."
"Semua? Lo yakin?."
"Gue yakin, gue ga ngerti kenapa Lo bilang gue bohong, gue udah coba buat jujur sama Lo, tapi kenapa Lo kayak gini? Apa-."
Ucapan Nara terhenti saat nuel melempar kertas itu dengan kasar ke arah nya.
Nara menatap ke arah nuel sekilas sebelum mengambil kertas itu yang terjatuh dan melihat isi yang tertera di dalam nya.
Tubuh nara menegang, melihat isi dari kertas itu. Sialan. Bagaimana bisa ini ada di tangan nuel.
"El, in-."
"Jadi dugaan gue waktu di rumah sakit itu ga salah kan kalau gue bilang Lo sakit?."
"Gue-."
"Apa embel embel donor darah itu harus keluar dari mulut Lo?. Terus, alasan apa lagi yang mau Lo pake kalau gue liat Lo pergi ke rumah sakit lagi?."
"Ga cape nar? Terus bohong sama gue?. Ga cape nyari alasan terus menerus?. Buat apa Nara?."
Nara menggeleng begitu melihat tatapan mata kecewa dari nuel. Ia tidak bermaksud membuat nuel kecewa untuk saat ini.
"Tapi demi apapun, Lo ga seharusnya baca surat ini."
"Jadi lo masih mau terus bertahan dalam kebohongan ini?. Gue bodoh banget ya ternyata, bisa semudah itu percaya sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...