Anya mencuci tangan nya, melihat Nara dari arah kaca yang kini berada di samping nya.
Ia menutup air keran nya lalu mengelap lengan nya dengan tissue.
"Nara,"Panggil Anya.
"Kenapa?."
Anya menghela nafas nya, melihat ke arah sekitar kamar mandi yang cukup sepi, lalu bersender di dinding."Lo tau kan kalau gue udah jadi langganan olimpiade di sekolah kita?."Ujar Anya langsung yang di balas anggukan oleh Nara.
"Dan Lo juga pasti tau perjuangan gue yang selalu membawa nama baik sekolah ini?."Lanjut Anya, membuat Nara terdiam, menyimak apa yang di katakan gadis itu.
"Dunia olimpiade itu menurut gue keras, Nara."
"To the poin?."Kata Nara.
"Gue harap Lo tolak permintaan nuel untuk gantiin gue."
"Dia keras kepala. Dan Lo juga denger kan kalau pa Elga bakal tes kita?."
"Bisa buat hindari tes itu?."
"Lo kenapa?."
"Gue cuman mau ikut olimpiade itu, nar."
"Lo ga perlu takut anya. Karena gue percaya, nilai tes Lo sama gue bakal jauh beda. Gue yakin, Lo bakal tetep ikut."
Anya memejamkan kedua mata nya, menggeleng pelan. Ia tau bahwa Nara bisa menyaingi nya. Terlihat dari beberapa bulan ini. Bagaimana Anya tidak takut bahwa Nara menyaingi nya?.
"Gue ga takut. Tapi gue cuman mau Lo tolak tes itu."
"Gimana cara nya gue hindari tes itu?."
"Itu terserah lo. Tapi gue harap Lo ga akan pernah datang saat tes Lo sama gue. G-gue lakuin ini karena, gue rasa kita ga harus bersaing kan?. Kita bisa jadi temen, bukan lawan."
"Gue juga gamau ikut olimpiade itu. Karena gue ga akan yakin gue bakal bisa menang kayak Lo."
"Jadi, Lo bisa tolak?."
Nara menggigit bawah bibir nya, lalu menepuk pundak Anya."Gue bakal coba dulu. Tapi gue yakin, Lo ga akan kalah dari gue."
"Nar,"Ucap Anya sambil mencekal lengan Nara yang ingin pergi dari sini.
"Tolong gue Nara. Gue udah belajar keras selama ini buat terus menang olimpiade dan bahkan peringkat di sekolah ini. Jadi jangan bikin impian gue gagal."
"Gue juga punya impian, anya."
"Tapi usaha gue jauh lebih keras kan?. gue harap Lo ngerti apa yang gue maksud."
"Lo takut gue menang tes dari lo?."
"G-ga gitu. G-gue cuman,"Gantung Anya, tidak tau harus menjawab pertanyaan Nara seperti apa.
Nara menaikkan sebelah alisnya, melihat Anya yang berfikir untuk menjawab pertanyaan nya."Ga selama nya lo bakal terus jadi yang terbaik. Seharusnya Lo izinin orang orang buat bisa kayak Lo juga."
"Gue tau lo emang ambis. Tapi gue rasa, Lo ga boleh egois soal ini."
"Gue ga egois. Gue cuman mau pertahanin apa yang udah gue dapetin selama ini."
"Udah ya?. liat nanti aja. gue ga akan berharap lebih. Dan gue yakin gue ga akan bisa ikut olimpiade itu karena lawan Lo."Lerai Nara meninggalkan Anya yang sedikit kesal dengan nya.
Ia memukul dinding di samping nya kuat. Kenapa Nara juga keras kepala?. Ia tau perjuangan Nara selama beberapa bulan ini untuk mendapatkan nilai. Dan Anya rasa gadis itu cukup berkembang selama itu.
Jadi, apa salah nya jika Anya takut kalau Nara bisa melewati nya?.
*****
Nara tercengang tidak percaya saat skors nya lebih besar dari Anya. Lengan nya menarik kertas di tangan pa Elga lalu melihat nilai nya yang benar saja, itu jauh lebih besar dari Anya.
Nara menelan saliva nya sulit, tida percaya dengan apa yang ia dapatkan saat ini.
"Hasil tes nya membuktikan kalau Nara yang ikut olimpiade ini. Maaf Anya, saya rasa Nara bisa menggantikan kamu."
"Pa tapi saya mau ikut."
"Di lain kesempatan, kamu pasti bisa ikut. Kamu istirahat dulu saja untuk sementara ini ya?."
"Saya mohon pa."
"Maaf sekali lagi. Tapi saya tidak bisa berpihak pada siapapun, karena hasil tes itu yang membuktikan. Kalau begitu, saya akan daftar kan Nara dan nuel untuk olimpiade ini."
"Selamat, Nara."Ucap pa Elga berjabat tangan dengan Nara yang hanya diam tidak berkutik.
"Persiapkan diri kamu, kalau begitu saya permisi."Ucap pa elga.
"Makasih, pa."Balas Nara lalu memperhatikan pa Elga yang meninggalkan ruangan.
"Anya."
Anya mendonggak, menatap gadis itu lesu."Lo menang, nara."
"Gue ga maksud apapun. gue gatau kalau gue bisa. gue minta maaf."
"Harus nya Lo ga datang."
"Gue datang karena gue pikir Lo bakal menang dari gue."
"Nyatanya gue kalah! dan gue ga bisa ikut olim ini karena lo!."
Nara tersentak saat Anya membentak nya begitu saja. Anya memejamkan kedua mata nya, meredam emosi nya yang memuncak saat ini."Maaf, gue ga sengaja. selamat ya. kalau gitu gue pergi."
Nara memperhatikan gadis itu yang pergi dengan penuh kekecewaan. Apa Nara begitu menghancurkan rencana Anya saat ini?. Apa Nara salah untuk bisa seperti Anya?.
"Gue udah duga, Lo pasti bisa. Selamat ya."
"Heh ko bengong!."
Suara nuel menyadarkan nya. Ia menatap lelaki itu lalu membuang nafas nya kasar."Harus nya Lo ga ngusulin gue buat ikut."
"Loh kenapa?."
"Gue ga pantes ikut ini."
"Siapa yang bilang?."
"Nyatanya gitu. Anya yang jauh lebih lama ikut olimpiade sana sini bareng lo, dan harus nya gue ga gagalin dia untuk ikut lagi sekarang."
"Lo pikir kesempatan ini cuman buat Anya sama gue?."
"Tapi harusnya-."
"Lo juga pantes ada di posisi ini. Buktinya, Lo bisa kan kalahin Anya di tes ini?."
"Tapi Anya jauh lebih lama berjuang, nuel."
"Terus?. Lo ngerasa ga enak sama dia?. Denger gue, kesempatan ga datang dua kali. Lo bisa naikin prestasi lo sekarang, dan bisa juga buat papah Lo bangga sama Lo."
"Gausa pikirin orang lain. mereka ga pernah mikirin Lo. Lo cuman harus buktiin sama banyak orang di sekolah ini kalau Lo juga bisa kayak Anya. Itu kan yang selalu orang orang tuntut dari Lo?."
Nuel menarik nafas nya dalam lalu membuang nya pelan sebelum kembali membuka suara nya."Anya marah sama Lo?."
Nara mendonggak membalas ucapan lelaki itu dengan gelengan."Dia, ga marah sama gue."
"Yaudah. Gausa kayak gini. Lo bakal tetap ikut sama gue!."
"Tapi el,"
"Apa?. Lo masih mau nolak?. Lo tau, bisa jadi dengan ini papah lo bisa liat ke arah lo."
"Gue beneran ga salah kan?."
"Apa yang harus di salahin nar?. Lo ga salah."
Nuel melihat ke arah jam yang sudah memasuki jam kelas saat ini."Gausa banyak di pikirin. ayo ke kelas."
#ak galo
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...