Nara mengompres kepala nya dengan handuk kecil, membiarkan nya untuk terus menempel, berharap agar suhu panas nya sedikit turun.
Beberapa obat juga sudah ia minum untuk meredakan rasa pusing nya. Nara harus sembuh untuk besok, ia tidak ingin nuel tau bahwa Nara demam saat ini.
Jika tidak menembus deras nya ujan saat tadi, mungkin Nara tidak akan demam seperti ini.
Tapi karena hari sudah sangat menggelap, nuel terpaksa menerobos hujan nya dengan Nara. Bahkan hingga malam seperti ini pun, hujan nya benar benar awet.
Jadi tidak mungkin Nara menunggu hujan nya reda hingga semalam ini, kan?.
Nuel :
Lo gapapa kan?Nara :
aman. gue gapapaNuel ;
Bagus. sana istirahatNara mematikan ponsel nya, memejamkan kedua mata nya, membalikkan tubuh nya ke segala arah untuk mencari kenyamanan, namun sama sekali tidak bisa untuk tidur saat ini.
padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Mata Nara terbuka, mendengar suara yang cukup berisik dari arah kamar Maudy. Ia menyerngit heran, kenapa terdengar sangat ramai?.
"Happy birthday, sayang!."
Nara menutup mulut nya. Sial. Kenapa Nara melupakan hari ulang tahun Kaka nya?.
Ia membuka pintu kamar nya, melihat dari arah pintu, ternyata hanya ada mamah dan papah nya disana. Nara kembali berbalik, berusaha tidak melihat segala hal yang membuat nya iri saat ini.
"Gue lupa, maaf kak."Ucap nya pelan.
Tidak cukup lama, seperti nya mamah dan papah nya sudah keluar dari kamar maudy.
"Kamu lanjut tidur gih."
"Makasih mah, pah."
"Sama sama sayang."Balas Dimas.
Nara membuka pintu nya, ingin pergi ke kamar Maudy namun terhenti saat berpapasan dengan mamah dan papah nya.
"Nar? Belum tidur?."Nara menggeleng, tanpa menyahuti ucapan mamah nya.
"Mau kemana?."Tanya Dian lagi
"Pengen keluar aja."
Dimas mengusap bahu istri nya mengisyaratkan agar Dian untuk pergi duluan ke kamar."Kamu duluan aja ya?."
"Kamu mau ngapain?."
"Saya mau ngomong sebentar dengan anak ini."
"Mas?."
Dimas mengangguk."Ga akan."Dian menghela nafas nya lalu pergi melenggang begitu saja.
Nara memundurkan langkah nya, menjauh dari jarak papah nya."Papah mau ngomong apa?."
"Menurut kamu?. saya akan berbicara apa dengan kamu selain menanyakan nilai kamu, Nara."
"Aku belum bagi rapot, pah."
"Saya tau. Saya hanya mengingatkan kembali bahwa saya tidak menerima nilai mtk kamu kecil seperti semester sebelum nya."Tegas Dimas dengan sedikit berbisik.
"Dan lima hari lagi, kelas kamu akan ada ulangan kan?."
Nara mendonggak."Papah tau jadwal nara?."
"Tentu. saya selalu menanyakan kapan ulangan di laksanakan pada guru kamu. Dan saya harap, kamu tidak mengingkari janji kamu untuk berubah dan berusaha."
"Jadi, tunjukan usaha kamu, Nara."Lanjut Dimas.
"Apa papah terlalu obsesi sama nilai?."
"Kamu tidak perlu tanyakan itu, karena saya sudah jelas menomor satukan nilai."Ujar nya meninggalkan Nara begitu saja.
Nara menghela nafas nya."Bernilai tapi ga berakhlak itu percuma."Ucap nya pelan.
*****
Suasana mobil nya terasa begitu canggung, Nara tidak tau harus memulai pembicaraan apa saat ini. Ia tidak biasa berangkat ke sekolah bersama Maudy dan papah nya.
Huft, harus kah maudy terus mencoba membujuk Nara untuk selalu dekat bersama papah nya?.
Nara tidak nyaman. Mungkin papah nya juga merasakan hal yang sama jika di dekat nya.
Dimas menghentikan pergerakan mobil nya membuat Nara turun dari mobil tanpa sepatah kata pun.
"Kak, turun bentar dong."Pinta Nara pelan.
Maudy menyerngit."Mau apa?."
Nara mengigit bawah bibir nya, lalu mengisyaratkan dengan tangan nya untuk turun, membuat gadis itu mengikuti permintaan adiknya.
"Kenapa nar?."
Nara tersenyum kecil, lalu membuka tas nya dan memberikan kotak kecil pada maudy."Buat lo."
"Buat gue?."Tanya Maudy heran, mengambil kotak berwarna pink pastel yang di berikan yg di berikan untuk nya.
"Itu kado dari gue buat lo."
"Loh? Kenapa repot repot?."
"Gue pengen ngasih ke lo. Jangan liat dari harga nya ya kak, maaf banget gue gabisa kasih Lo kado yang mahal. Gue cuman bisa beli itu."
Maudy menggeleng tidak setuju dengan apa yang di katakan adik nya."Lo ga boleh ngomong gitu, apapun yang Lo ngasih, gue pasti suka."
"Bener?."
"Nar, Lo kasih gue kado gini aja, gue udah seneng banget. ini pasti butuh perjuangan Lo beli nya kan?."
"Lo baik, gue seneng kalau lo suka. dah!."Ucap Nara, mengecup sekilas pipi Maudy sebelum akhirnya berlari meninggalkan gadis itu membuat Maudy tercengang sesaat lalu menggeleng dan masuk ke dalam mobilnya.
Nara berlari pelan, masuk ke area sekolah nya dan melihat ke arah nuel yang duduk di atas motor nya, sepertinya lelaki itu menunggu kedatangan nya.
Bruk.
"Sialan."
Nara mendesis saat saka menyenggol nya membuat nya hampir terjatuh jika tidak menjaga keseimbangan tubuh nya.
"Gue ga sengaja."Ucap saka acuh.
"Ck, jalanan masih lega kali."Decak nuel menghampiri kedua nya.
"Ya ini parkiran cowo, dia yang ga bawa kendaraan ngapain disini?."Tanya saka begitu membuat nuel jengkel.
Nara menggeleng pelan ke arah nuel saat lelaki itu ingin kembali menyahuti saka."Pergi lo!."Usir nuel.
"Hubungan Lo sama saka jadi kayak gini ya?."Ucap Nara pelan.
"Gue ga perlu temen kayak dia di hidup gue."
"Ko Lo gitu si?."
"Gue lagi gamau bahas dia. oh iya, soal kemarin, Lo ga demam kan?."
"Ga kok, gue ga demam."
"Gue cuman khawatir aja lo demam."
"Gue sehat. lo liat sendiri."Ucap nara percaya diri.
Nuel mengangguk percaya lalu menggandeng Nara untuk pergi dari sana.
"Tadi itu, papah lo?."Tanya nuel saat tatapan nya tidak sengaja bertemu dengan pria paruh baya di dalam mobil itu.
Ah, pria paruh baya itu memang terlihat cukup menyeramkan dari wajah nya.
"Iya, gue bareng papah tadi. ka maudy yang ajak."
"Hubungan lo sama papah lo?."
Nara terkekeh pelan."Ga berubah."
"Bisa kok, tapi ga sekarang."Bisik nuel sedikit menunduk, lalu kembali memposisikan tubuh nya menjadi seperti biasa.
"Lo tau, Itu adalah hal yang ga akan pernah gue percaya."
"Maksud lo?."
"Ya gue ga percaya aja."
"Overthinking banget."
"Lo tau ga kenapa gue ga pernah berekspetasi tinggi sama sesuatu?."
"Kenapa?."
"Karena gue tau, gue ga akan pernah mampu untuk menggapai hal itu."
#hanya fiksi belaka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INJURED [END]
Teen Fiction[ PLEASE UNTUK TIDAK MENCURI KARYA SAYA! ] "Berhenti." "Gue bisa mati."Sahut nara cepat. "Semua orang bisa mati." "Gue mau mati di tangan tuhan, bukan papah." *** "Nuel," "Apa?." "Kita bakal terus bareng ya?." *** "Banyak kebahagian Lo di luar sana...