Kenzie melangkah memasuki rumahnya seraya menggendong Alleta Mereka masuk tanpa membuka pembicaraan sepatah kata pun. Lalu pria itu mendudukkan Alleta di sofa ruang tamu, berlalu ke dalam beberapa saat dan kembali membawa kotak P3K. Tangannya dengan telaten mengambil kapas dan mengusap pelan sudut bibir Alleta yang sedikit berdarah, kemudian memberinya sedikit obat merah
Setelah mengobati Alleta pria itu bergeming dengan tatapan terpaku pada gadis itu. Membuat Alleta sedikit kikuk dengan kepala menunduk, sungguh ini bukan dirinya tapi karena tatapan mata Elang itu yang membuatnya yang biasa cerewet menjadi malu-malu kucing. "Stop menatapku ok!" seru Alleta mulai kesal. Tapi Kenzie masih tetap diam, sampai beberapa detik tiba-tiba tangannya meraih dagu Alleta agar pandangannya bertemu. "Apa sekarang kamu salting?" celetuk pria itu seraya menaik turunkan alisnya menggoda Alleta Meruntuhkan sikap gadis itu yang malu-malu. Kini Alleta merubah raut wajahnya menjadi seserius mungkin meski kenyataannya wajah imutnya itu membuat orang yang melihatnya selalu salah mengartikan.
"Aku ingin tahu sekali lagi, apa benar kamu cinta sama aku?" tanya Alleta menatap lurus mata Kenzie.
"Aku tidak pernah main-main soal perasaan Alleta, dan aku telah memikirkannya cukup lama sampai akhirnya saat ini aku yakin kalau perasaanku padamu bukan hanya sekedar suka seperti seorang teman tapi lebih dari itu, jika kamu belum percaya kita jalani dulu okey.." Kenzie menyentuh kedua pipi Alleta dan mengusapkan ibu jarinya dengan lembut. Gadis itu terdiam memahami maksud Kenzie, lalu tidak lama kemudian tersenyum seraya mengangguk pelan.
************************************
Minggu ini Alvaro kembali ada urusan pekerjaan di cabang penjualan senjatanya. Terpaksa meninggalkan Fiona bersama Bi Nina dan beberapa body guard kepercayaanya Sebelum Alvaro pergi wanita itu telah menyampaikan jika nanti ingin berkunjung ke taman yang lumayan dekat dengan mansionnya. Awalnya Alvaro tidak mengizinkan dengan tegas, tapi Istrinya itu terus saja merayu dengan iming-iming dijaga bodyguardnya. Meluluhkannya meski masih sedikit ragu.
Sore menjelang senja ini Fiona menyusuri taman dengan 4 bodyguard Alvaro. Bi Nina tidak mengikutinya seperti biasa, karena ada pekerjaan rumah yang belum selesai. Banyak anak-anak yang asik berlarian mengelilingi air mancur di tengah taman. Di sini termasuk tempat yang bagus untuk refresing. Bahkan ada beberapa pedagang kecil yang berjualan.
Sesaat kemudian Fiona duduk di kursi panjang, sedangkan 4 bodyguardnya tetap berdiri seraya melihat ke penjuru taman. Sebab bagaimanapun, musuh Alvaro ada dimana saja. Jika tidak menjaga Istri Tuannya dengan ketat entah apa yang akan terjadi pada nasib mereka. Kenyataannya meski pria itu mulai sedikit ramah tetap saja bila ada sesuatu yang tidak mereka jalankan dengan baik pasti ada hukuman yang setimpal.
Sesaat kemudian tampak mata Fiona melihat seorang penjual bakso tidak jauh dari kursinya. "Ayo ke sana, saya ingin membeli bakso dan untuk kalian juga." ucap Fiona beranjak hendak melangkah, "Em tidak perlu Nyonya, Anda saja yang membeli," tukas salah satu dari mereka sungkan. Namun Fiona hanya menggelengkan kepala, melanjutkan langkahnya.
"Pak! saya pesan 5 porsi ya, yang 4 buat bodyguard saya ini."
Mau tidak mau terpaksa mereka mengikuti kemauan Istri Tuannya itu.
************************************
Kini mereka sibuk menikmati semangkuk bakso itu, dengan alas duduk sebuah kursi plastik. Walaupun mereka duduk berjejer, tapi tidak menghalangi jalan orang yang hendak melintas. Taman ini lumayan luas dan ada banyak tempat strategis untuk para penjual makanan keliling yang ingin mangkal sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Boss Mafia || Jirose
RandomMenceritakan kisah cinta seorang mafia dan gadis asal Australia. Fiona Elizabeth Gabriella seorang gadis pengantar Makanan yang hidup sebatang kara menjalani kehidupannya. Alvaro Febryan Farell Denandra seorang mafia yang kejam dan dingin. Membuat s...