29

354 46 1
                                    








Semakin ambisi itu menguasai diri, apapun yang ingin diraih pasti menjadi target yang wajib didapatkan. Namun tidak semua hal yang kita inginkan harus terus dikejar jika nanti hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.

Ceklek...

Sebuah pintu berwarna putih terbuka di ruangan kamar yang terbilang luas dan mewah. Seorang pria melangkah masuk ke dalam kamar itu, mendekati seorang wanita yang  tidak sadarkan diri Dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat Pria itu mendudukkan dirinya di pinggir kasur, lalu menoleh memandang wanita itu Tangannya kanannya terulur ke wajah wanita itu, mengusap lembut puncak kepalanya. Disertai senyuman tulus yang tak pernah ia tampakkan.

Tiba-tiba kedua mata wanita itu terbuka perlahan,Sampai mata itu terbuka sempurna, tidak lama wanita itu yang tak lain adalah Fiona, wanita itu langsung beranjak mendudukkan dirinya dengan susah payah Sedetik kemudian pandangannya bertemu dengan pria itu, seketika wajahnya tampak kaget melihat pria itu.

"J-James...?" tutur Fiona dengan mata melebar. Namun pria itu masih tetap bersikap biasa dengan tatapan teduhnya. Lalu tiba-tiba pandangan Fiona beralih melihat pakaian yang kini sudah berubah menjadi midi dress warna putih tulang. "Kenapa kamu melakukan ini Jemes..." ucap Fiona dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Hussh... jangan menangis, aku hanya mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi milikku... yaitu kamu," tutur James seraya mengulurkan tangannya pada Fiona hendak membelai pipinya. Tapi wanita itu menolehkan wajahnya ke samping menghindar. James menyeringai melihat tanggapan Fiona. Ia pun sadar apa yang dilakukannya tidak disukai Fiona. Tapi kini cinta benar-benar membutakannya. Awalnya memang pria itu ingin menyerah tapi semakin ia berusaha melupakan perasaannya. Keinginan untuk memiliki Fiona semakin besar di hatinya. Apa orang jatuh cinta itu salah?

"Tapi aku Istri Alvaro Jemes, dan aku hanya mencintainya," ucap Fiona lirih.

Pria itu bergeming, menghela napas kasar mengurungkan niatnya menyentuh pipi Fiona "Kamu harus tahu Fiona, jika aku tidak bisa memilikimu dengan mudah.. ya hanya dengan cara ini yang bisa kulakukan," ucal James, beralih menatap lantai.

"Tapi yang kamu lakukan itu salah James... dengar, masih ada banyak wanita yang lebih baik dari aku dan juga masih single Pastinya juga bisa menerimamu dengan tangan terbuka tanpa paksaan Jangan hanya berpacu pada satu titik saja Aku tahu kau kesepian, bisa aku lihat dari pandangan matamu itu Percuma kalaupun kau memaksakan diri merebutku dari Alvaro, hati dan pikiranku tetap hanya untuknya. Kau hanya bisa memiliki ragaku saja tanpa hatiku." jelas Fiona pelan berusaha menyadarkan pria itu.

"But. I only love you, nobody.." tukasnya,

memilih beranjak dari sana meninggalkan Fiona, dan mengunci kamar itu.

"Hanya aku yang berhak atas cintamu Fiona, walau kau telah jelas menampakkan betapa kau mencintai Mafia itu... tapi aku yakin cinta bisa tumbuh karena terbiasa," gumam James seraya bersandar di depan pintu kamar itu Pria itu terus saja meyakinkan dirinya bahwa cinta yang tumbuh di hatinya tidak akan ia sia-siakan dengan menyerah begitu saja merelakan Fiona






************************************






Jordan dan Arga telah berkumpul bersama Alvaro di Markas, dan beberapa anak buahnya. Memeriksa senjata-senjata yang akan dibawanya. "Ingat jangan sampai teledor, karena aku yakin James tidak sebodoh itu memilih tempat persembunyian yang mudah ditemukan. Pasti dia telah membuat jebakan sebelum kita sampai ke sana." ucap Alvaro tegas.

Semua beranjak berdiri berhadapan dengan Alvaro Lalu mengikuti Alvaro yang kini keluar dari gedung. Mengendarai sepeda motor sendiri-sendiri, Alvaro pun tidak membawa mobilmya Tapi sebuah motot sport hitam.

My Lovely Boss Mafia || JiroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang