Bab 27

13.3K 922 18
                                    

Happy reading

°°°

Suasana dalam mobil hening, Airin sedari tadi memikirkan ucapan Agas yang membuat hatinya tak karuan. Ingin menjawab tidak tapi dia tidak berani, didalam hatinya ada secercah ruang yang sudah dimasuki Agas tapi keraguan masih ada didalam dirinya.

Agas melirik Airin yang sedang merenung, "Sudah saya bilang, jangan jadikan pikiran."

Airin mendelik kesal, "Gimana gak mikir, orang om aja ngasih waktu sehari, bingung jadinya hati saya."

Agas tersenyum tipis saat Airin mengucapkan kata katanya dengan gamblang tanpa ada ucapan malu malu.

"Yasudah jawab saja iya, bereskan."

"Dih, itu mah maunya om!" Airin mendelik kesal.

"Ya terus, kamu akan jawab tidak?" tanya Agas sambil melirik Airin.

Airin terdiam tak menjawab, "Kenapa?" tanya Agas.

Agas tersenyum tipis, "Benar ya ucapan saya."

"Nggak! kata siapa!" ucap Airin sewot, Agas hanya tersenyum singkat.

"Sudah ayok keluar," ucap Agas setelah mereka sampai di kantor Agas.

Airin keluar dengan pelan sambil melihat sekitar yang terlihat mewah, "Kantor om gede juga."

"Kamu baru melihat luarnya saja, ayo masuk," ucap Agas sambil menarik tangan Airin. Ah bukan, lebih tepatnya menggenggam tangan Airin.

Airin melihat ke arah tangannya yang berada di genggaman Agas, tangannya terlihat sangat kecil jika dibandingkan dengan tangan Agas. Jari jari tangan Airin yang lentik dan jemari Agas yang besar terasa pas saat keduanya bergandengan tangan.

"Om ngapain gandeng gandeng? kita gak akan menyebrang juga," ucap Airin heran.

"Biarpun gak lagi nyebrang, saya akan gandeng tangan kamu," ucap Agas sambil terus berjalan.

Airin masih berjalan beriringan disamping Agas, "Kenapa?"

Ting.

Lift terbuka, Agas masuk dengan genggaman tangan mereka yang belum terlepas, lalu memencet tombol lantai paling atas.

"Saya takut kamu hilang," ucap Agas sambil menghadap Airin.

"Saya gak akan hilang om, gak ada yang mau nyulik saya yang suka makan ini," ucap Airin.

"Bukan itu."

Airin mengerutkan dahinya bingung," terus apa?"

Diam, Agas tidak menjawab pertanyaan Airin tetapi terlihat jelas di pancaran matanya bahwa ada kekhawatiran disana. Airin mundur kebelakang kala badan Agas semakin condong ke depan, wajah mereka berjarak sangat dekat sampai sampai Airin bisa mencium wangi nafas Agas.

"Kamu tau, ini pertama kalinya saya jatuh cinta. Airin, saya itu posesif, egois, saya tidak suka berbagi sesuatu yang sudah menjadi milik saya."

Airin merasa geli saat helaan nafas Agas terasa di telinganya, "Geli om."

Bukannya menjauhkan wajahnya, Agas malah menggesek gesekan hidungnya dileher Airin. Airin tertawa pelan saat rasa geli menggerayangi tubuhnya.

"Om!" pekik Airin.

Agas terkekeh pelan, dirinya gemas dengan tubuh mungil Airin. Tinggi Airin hanya sampai dadanya saja padahal tinggi Airin sudah mencapai batas ideal tinggi perempuan Indonesia.

"Saya gemas sama kamu," ucap Agas sambil mencubit kedua pipi Airin.

Airin menatap Agas dengan tatapan elangnya, pipinya terasa sakit saat dicubit kuat oleh Agas. Sedangkan Agas hanya menatapnya dengan senyum menyebalkan nya.

Young Mom (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang