Bab 44

9.1K 623 1
                                    


Hai, kawan 🐣
Happy reading..

°°°



Hari ini hari istimewa untuk siswa siswi disalah satu sekolah populer. Bagaimana tidak istimewa jika para guru serta dewan yang terlibat akan ada rapat untuk persiapan ujian kelas dua belas.

Di lapangan basket, voli maupun futsal terdengar sorak sorai penonton, di saat free class hari ini para murid lebih memilih bermain basket serta yang lainnya. Seperti Azrel dan Agion yang beradu basket saat ini.

"Gio!" teriak Giri sambil melambaikan tangannya, Agion yang sedang berlari pun langsung mengoper bola kepada Giri.

"Aish," dengus Azrel kesal saat gagal merebut bola basket yang dipegang Agion.

Giri segera berlari dengan sesekali mengecoh Mario yang mencoba merebut bolanya. Merasa tidak ada celah Giri segera melempar bolanya menuju ring dengan jarak yang lumayan jauh.

Tet.

"Wow!"

"Mantap! Bang Giri memang jago!" teriak Fiter.

"Asek menang nih kita!" pekik Agion sambil bertos ria dengan ketiga temannya.

Azrel menunduk sambil mengatur nafasnya sesekali tangan berukuran kecil itu menyeka keringat dengan punggung tangannya, "Curang!" pekiknya.

"Yaelah curang apaan sih? dari tadi kita main sportif kok," ucap Agion.

Azriel mengerang kesal, "Arrgh, pokoknya curang. Masa kita berdua lo bertiga, ya kalah dong."

"Dahlah, pusing gue. Mending ke kantin," ucap Agion sambil berbalik badan lalu berjalan meninggalkan Azrel, tetapi baru saja satu langkah suara tembakan terdengar keras.

Dor.

Dor.

Azrel dengan cepat menarik Agion lalu menunduk, Siswa siswi yang mendengar suara tembakan pun berlarian kekelas mereka. Suasana yang awalnya santai kini terlihat riuh dengan lalu lalang siswa/i yang berlarian. Untungnya ruang rapat jauh dari lapangan olahraga.

"Anjir siapa itu?" tanya Fiter dengan posisi jongkok.

Azrel menatap sekitar dengan perasaan was was. Seketika matanya menajam saat melihat seseorang yang berada di gedung olahraga sedang mengarahkan pistol ke arah mereka.

"Lari woy, berlindung di belakang tembok itu buruan!" pekik Azrel lalu berlari secepat mungkin dengan tangan yang masih menyeret Agion.

Dor.

"Hah!" ucap Azrel lega, telat satu detik saja makan peluru itu akan tertancap disalah satu tubuh mereka.

"Anjir hah, siapa itu?" tanya Giri sambil ngos-ngosan.

"G-gue gak tau. Agion, lo bisa ke kelas kakak lo?" tanya Azrel, Agion mengangguk dengan tatapan yang masih bingung.

"Terus lo mau kemana? Apa hubungannya dengan kak Airin?" tanya Mario heran, Giri serta Fiter pun menatap Azrel dengan tatapan bertanya. Sedangkan Agion sudah lebih dulu berlari menuju kelas kakaknya.

"Udah gak usah banyak tanya, sana lo pada jagain bidadari gue."

Mario menahan tangan Azrel saat Azrel akan berjalan menuju gedung olahraga, "Lo mau kemana?"

"Gue harus cari orang itu, lo disini aja," ucap Azrel lalu berlari sambil sesekali mengendap endap agar tidak terlihat.

"Tapi Zrel, Azrel!" pekik Mario tanpa dihiraukan Azrel, Mario menghela nafas kasar melihat tingkah sahabatnya yang keras kepala.

Azrel mengendap endap memasuki gedung olahraga, langkah kakinya berjalan dengan pelan dengan sesekali tatapan matanya mengedar kesegala tempat.

Azrel merogoh sesuatu di dalam celana sekolah, terlihat pistol kecil dan ramping yang memiliki desain khusus serta ukiran cantik di body pistolnya. Azrel menoleh kearah tangga, suara seseorang berjalan membuat Azrel segera bersembunyi dibawah tangga.

Young Mom (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang