→TIGA←

3.2K 339 25
                                    

Jeno memberikan pakaian pada Jaemin. "Pakai itu. Nanti akan ada maid yang membantumu bersiap." Ucapnya. Jaemin pun menerima pakaian itu lalu pergi ke kamarnnya.

Malam ini seperti apa yang dikatakan Mark, Jeno harus mendatangi rumah orang tuanya untuk makan malam. Jeno sengaja membelikan baju baru karena dia ingin meyakinkan Taeyong bahwa Jaemin cocok untuknya.

Sebenarnya meskipun Jeno tidak membelikan pakaian baru, Jaemin akan tetap cocok dengannya. Gaya berpakaian Jaemin juga tidak terlalu buruk. Akan sangat imbang jika Jaemin dijajarkan dengan Jeno.

Jeno memilih menunggu di ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Dia masih harus megecek laporan perusahaan, kegiatan karyawan, dan lain sebagainya.

Sebenarnya Jeno harus lembur hari ini. Namun karena Jeno sudah berjanji untuk datang ke rumah orang tuanya, Jeno akhirnya tidak jadi lembur. Dia memilih untuk meninggalkan pekerjaannya demi menepati janji dengan orang tuanya.

"Aku sudah siap."

Jeno mengangkat kepalanya setelah mendengar suara Jaemin. Kini dia melihat Jaemin berdiri di depannya dengan kaos kaos putih, cardigan coklat, dan celana selutut. Namun ada yang menarik perhatian Jeno.

Jeno berdiri dan berhadapan dengan Jaemin. Pandangannya tertuju pada bibir Jaemin dan Jaemin tau arah pandang Jeno. Karena tatapan itu Jaemin jadi merasa agak tidak nyaman.

"Kenapa?" Tanya Jaemin.

"Jangan menggunakan lipstik."

"Ini lipstik? Tapi kata maid mu tadi ini hanya lipbam. Rasa melon, kan?" Tanya Jaemin dengan polosnya.

"Sepertinya bukan melon." Ucap Jeno lalu tiba-tiba dia melumat pelan bibir Jaemin.

Jeno tersenyum samar setelah merasakan betapa lembut dan manis bibir itu. Sementara Jaemin hanya diam dan dia justru sedikit kebingungan karena Jeno mengatakan rasa lipbamnya bukan melon.

"Benarkah?" Tanya Jaemin lalu menjilat bibir atasnya sendiri. Dia terdiam sejenak sebelum menatap Jeno. "Ini melon. Baunya pun tadi bau melon." Ucap Jaemin.

"Kalau begitu, biar aku pastikan lagi." Jeno mendekatkan wajahnya ke arah Jaemin. Setelah itu dia melumat bibir Jaemin dengan lembut. Dia terdiam beberapa detik sebelum menarik pinggang Jaemin mendekat ke arahnya dan melanjutkan ciumannya.

Ciuman Jeno semakin lama semakin menuntut setelah Jaemin menggigit bibir atasnya. Jaemin pun memiringkan kepalanya agar ciuman mereka semakin dalam.

Jeno sudah candu dengan bibir Jaemin. Dia benar-benar merasa ingin terus merasakannya. Bahkan selama beberapa hari ini, Jeno lebih sering melakukan ciuman dengan Jaemin. Mereka bahkan belum melakukan seks sama sekali hingga saat ini.

Jaemin menjauhkan wajahnya dengan napas yang sedikit tidak teratur. Dia lalu meremat kemeja Jeno di bagian bahu karena ciuman Jeno tadi sangat terburu-buru. Melihat respon Jaemin, Jeno pun mengelus belakang kepala Jaemin dengan lembut.

Setelah beberapa saat, Jaemin melapas gengamannya pada kemeja Jeno lalu dia berganti memukul pelan bahu Jeno. "Kau menipuku, kan? Kau pasti sudah tau rasanya melon. Tapi kau sengaja berbohong." Ucapnya.

"Tidak. Aku sama sekali tidak merasakan rasa melon sama sekali. Kemari, biar aku cek ulang."

Jeno mencoba mendekatkan wajahnya pada Jaemin. Namun Jaemin langsung menutup mulutnya. Dia tidak mau tertipu lagi.

"Kenapa ditutup? Aku hanya ingin memastikan rasanya."

Jaemin menggelengkan kepala sambil tetap menutup mulutnya. Senyum tipis Jeno muncul karena melihat Jaemin mengerutkan alis dan menatapnya seolah ingin memarahinya.

Puntuale ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang