→EMPAT PULUH ENAM←

1.9K 121 7
                                    

Udara di Spanyol saat ini masih bisa ditoleransi oleh tubuh Jeno dan Jaemin. Mereka yang baru saja sampai di tempat ini merasa hawa di sini tidak terlalu dingin dan juga tidak terlalu panas. Karena mereka baru sampai kemarin malam, pagi ini mereka memutuskan untuk istirahat di hotel dan akan jalan-jalan nanti pada saat malam hari.

Jaemin terbangun setelah mendengar suara-suara dari lemari yang berkali-kali terbuka dan tertutup. Saat baru membuka mata, dia melihat Jeno sedang membuka koper dan merapikan beberapa barang ke dalam lemari.

Menyadari Jaemin yang terbangun, Jeno beralih menatap Jaemin. "Maaf. Seharusnya aku mengemas barang dengan pelan agar tidak mengganggu tidurmu." Ucapnya.

Jaemin mengusap dua matanya dengan punggung tangan. Setelah itu dia turun dari kasur dan menghampiri Jeno.

"Kenapa tidak membangunkan ku?" Tanya Jaemin dengan suara seraknya.

Jeno lebih dulu berdiri di depan Jaemin. Setelah itu dia merangkul pinggang Jaemin dan mengecup dahi Jaemin.

"Aku tidak ingin membangunkanmu karena kau terlihat lelah setelah penerbangan panjang kita kemarin." Ucap Jeno sambil membenarkan rambut Jaemin yang berantakan.

"Kalau begitu, kau seharusnya menungguku bangun dulu. Jika aku lelah, kau juga pasti lelah. Kita bisa mengemasi barang-barang ini bersama."

Jeno menyudahi gerakannya di kepala Jaemin. Dia beralih mengelus pipi Jaemin dengan lembut.

"Tidak apa-apa. Aku tidak lelah dan aku juga tidak keberatan jika harus mengemasi barang-barang ini. Lebih baik sekarang kau mandi. Setelah mandi nanti kita bisa sarapan." Ucap Jeno.

Bukannya pergi untuk mandi, Jaemin malah memeluk Jeno. Jeno yang dipeluk seperti itu tentu membalasnya. Jeno juga mengelus punggung dan belakang kepala Jaemin.

"Aku tidak salah memilih suami." Puji Jaemin dan Jeno hanya bisa tersenyum. "Kau baik sekali. Aku beruntung memilikimu" Lanjutnya.

"Aku lebih beruntung memilikimu, Jaemin."

Jaemin melepas pelukannya lalu mengecup bibir Jeno. "Morning kiss." Ucapnya.

Jeno tersenyum lalu menarik pinggang Jaemin ke dalam rangkulannya. "Morning kiss tapi tidak terasa sama sekali."

Setelah mengatakan itu, Jeno melumat bibir Jaemin dengan lembut. Jaemin juga membalas ciuman Jeno. Tangannya mulai mengalung di leher Jeno untuk memperdalam ciumannya.

Setelah beberapa saat, Jaemin lebih dulu memutus ciuman mereka. Bukannya berhenti, Jeno malah terus mengecupi pipi Jaemin dan berjalan terus hingga ke leher Jaemin.

"Kau tadi menyuruhku mandi, Jeno." Ucap Jaemin sambil mencoba mendorong tubuh Jeno agar berhenti mengecupi tubuhnya.

Jeno berhenti mengecupi tubuh Jaemin. "Mandi bersama?"

Jaemin langsung mencubit perut Jeno hingga rangkulan Jeno terlepas dan Jeno juga merintih kesakitan.

"Tidak ada mandi bersama. Mandilah sendiri." Ucap Jaemin.

"Tapi aku malas mandi sendiri. Kita mandi bersama saja supaya aku tidak malas. Mandi berdua juga bisa menghemat air, kan?"

"Mana bisa seperti itu? Mandi berdua juga bisa membutuhkan banyak air."

"Tapi jika mandi bersama bisa menghemat waktu." Jawab Jeno lalu tersenyum lebar setelahnya.

Jaemin menghela napas. "Tetap tidak mau."

Jeno mengerutkan bibirnya dan menatap memelas ke arah Jaemin. "Hanya satu kali, sayang. Aku merindukanmu." Ucapnya dengan setengah merengek.

"Kau hanya mengajakku mandi bersama. Bukan melakukan seks. Jadi jangan harap aku menurutimu."

Puntuale ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang