Kini Jeno sedang berada di dapur karena dia baru saja selesai sarapan. Hari ini dia memutuskan untuk tidak bekerja. Meskipun urusannya dengan Bangchan telah selesai, dia tetap harus memastikan banyak hal. Termasuk memastikan Jaemin tetap aman.
Jeno berdiri dari duduknya dan berniat menghubungi Hendery. Baru saja melangkah, dia bertemu Jaemin yang baru saja datang ke dapur.
Awalnya Jaemin menatap Jeno. Namun setelah itu, Jaemin mengabaikan Jeno lalu duduk di kursi. Dia mulai mengambil makanan dan terus mengabaikan Jeno yang masih berdiri di tempatnya.
Jaemin hanya mengambil sedikit nasi dan daging ayam filed. Setelah itu, dia mulai makan dengan tenang. Tanpa menoleh ke arah Jeno dan tanpa peduli dengan keberadaan Jeno.
Setelah selesai dengan sarapannya, Jaemin beralih mencuci piring. Namun saat ingin menghidupkan kran, piring di tangan kirinya terjatuh ke wastafel hingga pecah. Kesialan Jaemin bertambah saat tangannya malah tergores pecahan piring saat dia ingin membersihkan pecahan piring itu.
Jaemin merintih pelan sambil memegangi jarinya yang terluka. Setelah itu dia menarik tisu dan menutup lukanya.
Jeno melihat semua itu tapi dia memilih diam. Jaemin juga langsung pergi ke kamarnya tanpa melihat Jeno sedikit pun. Jeno lalu mengikuti Jaemin berjalan.
Saat Jaemin ingin menutup pintu kamarnya, Jeno menahan pintu itu.
"Ayo bicarakan semuanya." Ajak Jeno.
Jaemin tidak menjawab. Dia berjalan masuk dan mengabaikan Jeno yang berdiri di depan pintunya.
Jaemin lalu menarik koper besar miliknya yang ada di dalam kamar. Jeno yang mengetahui itu pun langsung menahan koper Jaemin.
"Jika kau berani keluar dari rumah ini, aku akan sangat membencimu." Tegas Jeno.
"Lalu kenapa jika kau membenciku?"
"Na Jaemin. Jangan membantah."
"Aku sudah tidak peduli. Aku ingin mengakhiri semua."
"Kau tidak akan bisa."
"Hanya karena kau sudah membeli hidupku, bukan berarti aku tidak bisa pergi darimu."
"Kau tidak akan bisa."
"Aku bisa. Aku masih punya hak membantah meskipun nantinya kau pasti menghukumku."
"Kau tidak akan bisa."
"Cepat atau lambat, sekuat apa pun kau menahanku di sini, kepergianku adalah pasti. Jika pada akhirnya aku akan pergi darimu, kenapa kau menahanku sekuat ini?"
"Diam."
"Dan jika menang ada sesuatu antara keluarga Na dan Lee, aku yakin itu juga jadi alasanmu membeliku di stodittana. Kau brengsek."
Plak!
Jeno menampar Jaemin dengan kuat hingga Jaemin hampir terjatuh. Namun beberapa saat kemudian, Jeno mengalihkan pandangannya. Dia selalu tidak bisa mengontrol dirinya sendiri saat marah.
"Kenapa hanya menampar? Tidak sekalian bunuh aku di sini saja?" Tanya Jaemin.
"Diam!" Bentak Jeno. Dia meremat tangannya sendiri dengan kuat. Dia berusaha mengatur semua emosinya agar tidak melakukan tindakan bodoh hingga melukai Jaemin lagi.
"Kau tau, aku sudah sangat percaya padamu. Aku juga sudah sangat menyangi orang tuamu. Tapi kenapa kau dan orang tuamu tidak mengatakan apapun jika kalian mengenal Siwon? Rencana apa lagi yang kau sembunyikan dariku?"
"Bagaimana bisa aku mengatakan semuanya jika kau sudah menyimpulkan semua sendiri? Kau terlalu sibuk dengan pikiranmu tanpa mau mendengar penjelasanku lebih dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Puntuale ✓
Fanfic«Dari cerita ini, kalian mungkin akan paham kenapa tuhan menempatkan kita di masa lalu tergelap. Jeno dan Jaemin juga memiliki masa lalu gelap itu. Hanya saja akhirnya mereka menyadari bahwa masa lalu itu yang membuat kisah baru untuk mereka. Bukan...