→TIGA PULUH LIMA←

2.5K 220 18
                                    

Jeno mengerutkan dahi setelah merasa cahaya pagi ini menusuk penglihatannya. Dia mulai membuka mata perlahan dan mengusap mata itu dengan pelan. Dia pun bangun dari tidurnya lalu terduduk di atas ranjang.

Jeno terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menyadari bahwa Jaemin tidak ada di kamarnya. Jeno menyibak selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Setelah itu dia turun dari kasur dan berjalan keluar dari kamarnya.

"Jaemin!" Panggil Jeno. Dia menunggu beberapa saat tapi sama sekali tidak ada yang menjawab panggilannya.

Jeno mulai berjalan ke kamar Jaemin yang terletak di samping kamarnya.

"Jaemin!" Panggil Jeno setelah membuka pintu kamar itu. "Na Jaemin!" Panggil Jeno sekali lagi karena dia sama sekali tidak mendengar sahutan dari Jaemin.

Karena merasa Jaemin tidak ada di kamar itu, Jeno berjalan ke arah dapur. Namun lagi-lagi dia tidak menemukan Jaemin.

Jeno beralih berjalan ke halaman belakang rumah dan lagi-lagi dia tidak menemukan Jaemin. Maid yang biasanya berkeliaran di rumah ini pun, Jeno tidak menemukannya.

"Jaemin!" Panggil Jeno lalu naik ke lantai dua. "Na Jaemin!" Jeno terus memanggil Jaemin sambil berjalan.

"Jaemin keluar, tuan."

Jeno membalik badannya setelah mendengar suara itu. Kini seseorang maid berdiri di depannya.

"Kemana dia?" Tanya Jeno.

"Jaemin pergi sejak pagi sekitar jam enam. Saya tidak tau dia pergi kemana karena saat itu saya melihatnya dari rooftop."

"Maid yang lain kemana? Kenapa hanya kau di sini?"

"Mereka ada di halaman belakang, rooftop, garasi, dan gudang. Kami sedang membersihkan semua ruangan itu sejak pagi."

"Jadi kalian tidak ada yang tau kemana Jaemin pergi?"

"Tidak, tuan. Beberapa dari kami hanya melihatnya pergi saat kami berada di lantai atas."

Jeno tidak mengatakan apapun lagi. Dia kembali ke lantai bawah untuk pergi ke kamarnya. Setelah sampai di kamar, Jeno mengambil ponselnya dan mulai menelpon Jaemin.

Jeno mulai sedikit panik saat Jaemin tidak mengangkat teleponnya. Jeno terus mencoba namun Jaemin tetap tidak mengangkatnya. Dengan penampilan yang masih acak-acakan, Jeno berjalan keluar rumah.

Baru saja sampai di dekat pintu, Jeno terdiam di tempat setelah melihat Jaemin membuka pintu dan masuk sambil membawa satu kantong plastik berisi kotak makanan.

"Kau mau kemana?" Tanya Jaemin.

"Seharusnya aku yang bertanya. Kau darimana?"

"Aku dari lari pagi lalu pergi membeli sarapan. Kenapa memangnya?" Tanya Jaemin karena dia melihat Jeno seperti sedang marah.

"Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?"

"Ponselku ada di kamarku karena tadi aku mengisi dayanya. Jadi aku tidak membawanya."

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku jika kau pergi sepagi ini?"

"Tadi kau tidur. Jadi aku—"

"Apa kau tidak berpikir aku akan mencarimu jika kau pergi tiba-tiba?! Aku bahkan menghakhawatirkamu!"

Jaemin terdiam setelah Jeno tiba-tiba membentakknya. Padahal Jaemin merasa dia hanya pergi sebentar dan itu pun hanya di sekitar rumah Jeno. Namun Jaemin merasa Jeno mengkhawatirkannya sekarang. Jeno memang marah tapi Jaemin bisa melihat mata Jeno berkaca-kaca seolah akan menangis.

Puntuale ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang