→TIGA PULUH DELAPAN←

2.4K 208 7
                                    

Jeno berjalan masuk ke dalam rumah bersamaan dengan Mark. Makanan mereka sudah siap. Semua api juga sudah dipadamkan termasuk api unggun yang sempat mereka buat.

Jeno membuka pintu kamarnya dan langsung melihat Jaemin sedang mengobrol dengan Haechan. Mereka berdua terlalu asik berbincang hingga tidak merasakan ada Jeno dan Mark masuk ke dalam kamar.

"Makanannya sudah siap. Ayo kita ke belakang." Ucap Jeno.

Mendengar suara Jeno, Jaemin pun berjalan mendekat dan berdiri di depan Jeno. Sementara itu Mark menghampiri Haechan untuk membantu turun dari kasur.

"Tadi aku mengelus perut Haechan lalu bayinya menendang. Bukan hanya sekali, aku merasakannya sampai empat kali tendangan." Cerita Jaemin pada Jeno dengan antusiasnya.

Jeno tidak menjawab apapun. Meskipun kejadiaannya sudah lumayan lama, Jeno masih selalu kahwatir jika sudah membahas tentang bayi atau kehamilan di depan Jaemin.

"Kau tidak mau mengelus perut Haechan juga? Siapa tau nanti bayinya juga menendang." Tanya Jaemin.

"Tidak usah. Lebih baik sekarang kita makan. Yang lain sudah menunggu di halaman belakang." Ucap Jeno lalu menarik Jaemin pergi dari kamarnya.

Mark dan Haechan pun ikut keluar dari kamar Jeno. Mark tidak mengatakan apapun karena memang dia tau anaknya sudah aktif sejak beberapa minggu ini.

"Dimana Kun? Katanya dia juga akan datang." Tanya Jaemin pada Jeno karena dia tidak melihat keberadaan Kun di sini.

"Masih di jalan." Jeno manarik Jaemin mendekat ke arahnya. "Duduklah."

Jaemin baru saja akan duduk di atas tikar, namun Jeno mencegah Jaemin dan memberi gestur pada Jaemin untuk menoleh ke belakang.

Jaemin pun menurut dan dia pun menoleh ke belakang. "Yangyang!" Pekiknya setelah tau yang dia lihat adalah Yangyang. Dia lalu berlari dan berakhir memeluk Yangyang.

Jaemin merasa sangat bahagia setelah tau Yangyang kekasih Kun adalah Yangyang yang dia kenal.

Sementara itu Yangyang juga terkejut karena bertemu Jaemin di tempat ini setelah sekian lama. Yangyang baru berkencan dengan Kun beberapa bulan yang lalu. Karena itu hari ini kali pertama Yangyang bertemu dengan teman-teman Kun.

Jaemin melepas pelukannya setelah Yangyang tidak membalas pelukan itu.

"Kenapa kau diam saja? Tidak suka bertemu denganku di sini?" Tanya Jaemin.

"Bukan. Tapi," Yangyang menangkup kepala Jaemin, mencubit pipi Jaemin, sampai mencubit hidung Jaemin. "Kau masih hidup?" Tanya Yangyang.

"Tentu saja. Kau pikir selama ini aku sudah mati?"

Yangyang memukul bahu Jaemin. "Kau kira aku tidak akan berpikir seperti itu setelah kau hilang tanpa kabar? Aku menangisi mu berhari-hari karena kau pergi begitu saja. Bahkan aku tidak bisa mendapat kabarmu sama sekali." Kesal Yangyang meskipun dia merasa lega sekarang. Kekhawatirannya terhadap Jaemin selama ini ternyata tidak benar.

"Maaf. Aku terpaksa melakukannya."

"Kalian saling kenal sejak kapan?" Tanya Kun setelah dia hanya diam mengamati interaksi antara Jaemin dan Yangyang.

"Sejak sekolah menengah pertama." Yangyang menjawab.

"Jadi temanmu yang hilang itu, Na Jaemin?" Tanya Kun dan Yangyang menjawab dengan anggukan kepala.

"Lebih baik kita bergabung dengan teman-temanmu saja. Nanti aku akan jelaskan semuanya padamu." Ucap Yangyang dan Kun hanya bisa mengiyakan.

Jaemin, Kun, dan Yangyang pun bergabung dengan yang lainnya untuk duduk di atas tikar yang sudah disiapkan. Khusus untuk Haechan, Mark menyediakan tempat duduk untuk Haechan agar Haechan tetap nyaman duduk di bawah.

Puntuale ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang