"Jeno Jeno Jeno." Panggil Jaemin dengan hebohnya sambil berjalan menuju meja kerja Jeno.
"Lihatlah ini. Lucu, kan?" Tanya Jaemin lalu menunjukkan sebuah foto di ponselnya.
Jeno mengerutkan dahi setelah melihat foto sebuah boneka. "Kenapa dengan boneka itu?" Tanya Jeno.
"Aku ingin membelinya. Ini sangat lucu dan juga boneka ini sedang trend di kalangan anak muda."
"Tapi kau sudah tidak muda."
Jaemin mengerutkan bibirnya. "Aku masih muda. Kau yang sudah tua."
Jeno menghela napas. "Baiklah, terserah."
"Ayo temani aku membeli boneka ini, Jeno." Ajak Jaemin.
"Aku belum selesai bekerja."
"Sepuluh menit lagi sudah jam pulang."
"Tapi aku—"
"Ayo, Jeno. Tempatnya searah dengan jalan pulang kita."
"Baiklah, tunggu sebentar."
"Yes!" Sorak Jaemin dengan riangnya. Dia lalu kembali ke meja kerjanya dan mulai membereskan semua barang-barangnya agar cepat pulang.
Sementara itu Jeno tersenyum tipis melihat Jaemin yang sangat bahagia hari ini. Tiga minggu berlalu sejak Jaemin pulang dari rumah sakit. Untungnya kondisi fisik Jaemin tidak mengalami gangguan serius. Meskipun begitu, kondisi psikis Jaemin masih perlu mendapat beberapa terapi.
Jeno meneruskan sedikit pekerjaannya sebelum akhirnya mengemasi barang-barang di meja kerjanya. Setelah itu dia melihat Jaemin berdiri di dekatnya dengan senyum lebarnya.
"Sebegitu inginnya kau dengan boneka itu hingga terus tersenyum seperti itu?" Tanya Jeno.
Jaemin menganggukkan kepala. "Dulu saat di Jeju aku pernah mengoleksi beberapa boneka. Tapi setelah pindah ke Seoul, aku sudah tidak memikirkan boneka lagi."
"Aku kira kau tidak suka dengan hal-hal seperti itu."
"Tentu saja suka. Boneka itu tidak hanya untuk wanita saja. Pria juga boleh memilikinya."
"Baiklah. Ayo kita pergi."
Jeno berjalan lebih dulu lalu diikuti dengan Jaemin di belakangnya. Sejak tadi, Jaemin terus tersenyum dan Jeno bisa merasakan kebahagiaan itu.
Setelah sampai di basement, Jeno dan Jaemin menaiki mobil. Mobil pun berjalan keluar meninggalkan kantor Jeno. Selama perjalanan, Jaemin hanya diam dan sesekali tersenyum senang.
"Jeno, tempatnya ada di samping mall besar yang ada dekat persimpangan jalan sana." Ucap Jaemin.
Jeno tidak menjawab apa-apa. Dia hanya diam dan meneruskan menyetir.
Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai ke toko yang dimaksud Jaemin. Jeno bisa melihat beberapa orang juga datang untuk membeli boneka yang tadi Jaemin tunjukkan padanya.
Jeno turun lebih dulu dari mobil kemudian disusul dengan Jaemin yang keluar tanpa menggunakan jasnya. Tanpa mengatakan apapun lagi, Jaemin masuk ke dalam toko itu. Dia juga sama sekali tidak mengajak Jeno untuk masuk bersamanya. Jeno pun akhirnya mengikuti Jaemin dari belakang.
Jaemin langsung mengambil boneka yang sudah menjadi incarannya. Dia pun berbalik badan dan menunjukkan pada Jeno.
"Lucu, kan?" Tanya Jaemin.
"Tidak juga. Sama seperti boneka biasanya."
"Itu karena kau tidak pernah bermain boneka."
"Untuk apa juga aku bermain boneka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Puntuale ✓
Fanfiction«Dari cerita ini, kalian mungkin akan paham kenapa tuhan menempatkan kita di masa lalu tergelap. Jeno dan Jaemin juga memiliki masa lalu gelap itu. Hanya saja akhirnya mereka menyadari bahwa masa lalu itu yang membuat kisah baru untuk mereka. Bukan...