→TIGA PULUH SEMBILAN←

2.7K 216 7
                                    

Pagi ini Jeno bangun lebih awal dari Jaemin. Jeno sudah membuka mata sejak setengah jam yang lalu namun dia masih tetap pada posisinya; memeluk Jaemin yang masih tertidur. Jeno sengaja tidak membangunkan Jaemin karena Jaemin terlihat nyenyak dalam tidurnya.

Jeno mengelus rambut Jaemin dengan lembut dan juga mengecup dahi Jaemin. Semalam sebenarnya dia ingin melakukan seks dengan Jaemin. Tapi sepertinya Jaemin tidak menginginkannya. Karena itu Jeno tidak jadi melakukannya.

Setelah Jaemin tertidur, Jeno mendapat telepon dari Mark bahwa teman-temannya malakukan pesta seks di rooftop dan kolam renang. Mereka pindah tempat karena keinginan Haechan. Jeno sebagai tuan rumah hanya mengizinkan saja.

Biasanya setelah melakukan pesta itu, teman-temannya akan pulang sendiri pada pagi harinya. Sekarang sudah jam sembilan pagi. Mungkin semua sudah pulang sekarang.

Jeno mengerutkan dahi setelah mendengar Jaemin bergumam tidak jelas dengan posisi masih tertidur. Tubuhnya juga bergerak tidak nyaman, dan kepalanya mulai menggeleng pelan.

"Jaemin." Panggil Jeno sambil mengelus pelan pipi Jaemin.

Beberapa saat kemudian, Jeno terkejut karena Jaemin tiba-tiba membuka mata lebar dan langsung terduduk. Napasnya juga tersenggal seolah dia baru saja selesai berlari.

Jeno ikut duduk untuk memastikan keadaan Jaemin. Tangan kirinya merangkul pinggang Jaemin dan tangan kanannya memegang tangan Jaemin.

"Tenanglah." Ucap Jeno. Dia yakin Jaemin tadi memimpikan sesuatu yang buruk.

Jaemin dengan susah payah menenangkan dirinya. Dia mencoba menyadarkan dirinya bahwa semua ini hanya mimpi.

Mata Jaemin terpejam dan kepalanya menunduk. Dia melepas tangannya dari genggaman Jeno. Setelah itu dia mengusap wajahnya dengan dua telapak tangannya.

"Sial. Bahkan dalam mimpiku pun, dia tetap menyiksaku." Guman Jaemin namun Jeno bisa mendengarnya.

"Siapa yang datang ke mimpimu?" Tanya Jeno.

"Siwon." Jaemin mengakat kepalanya. "Dia menyiksaku dalam mimpi. Semua terasa nyata dan sialnya, aku juga merasa mual karena mimpi itu."

"Apa kau juga merasa pusing?"

Bukannya menjawab, Jaemin dengan buru-buru turun dari kasur dan berlari menuju kamar mandi. Jaemin langsung memuntahkan makanan yang kemarin dia makan. Tangannya juga berpegangan dengan erat ke wastafel karena kepalanya juga sakit.

Jeno yang sudah ada di samping Jaemin hanya bisa memegangi tubuh Jaemin. Jeno menyalakan kran air setelah Jaemin selesai. Setelah mengisi gelas kumur dengan air, Jeno memberikan gelas itu pada Jaemin.

Jaemin menerima gelas itu. Setelahnya dia berkumur dan membersihkan mulutnya. Dia sudah tidak mual tapi kini dia mulai pusing.

"Bisakah kau menggendongku ke kasur? Aku tidak kuat berjalan. Pusing."

Mendengar itu, Jeno langsung menggendong Jaemin. Jaemin memejamkan mata dalam gendongan Jeno. Sungguh dia merasa sakit di kepalanya sekarang.

Jeno menidurkan Jaemin di atas kasur. Setelah itu dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Jaemin lalu duduk di samping Jaemin.

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jeno.

Jaemin membuka matanya lalu menganggukkan kepala.

"Nanti tolong belikan tespack." Ucap Jaemin.

"Kenapa?"

"Hanya khawatir saja jika ternyata aku positif."

"Aku rasa tidak mungkin. Tapi jika kau ingin aku membelinya, aku akan lakukan."

Puntuale ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang