Jeno mendengus sebal. Dia tidak suka melihat Haechan yang terus bermanja-manja dengan Jaemin. Tadi tiba-tiba saja Haechan datang bersama Mark dan Haechan mengatakan bahwa dia merindukan Jaemin.
Jeno kira Haechan hanya akan mengobrol dengan Jaemin. Namun ternyata Haechan malah memeluk Jaemin dari depan dan duduk di pangkuan Jaemin, sedangkan Jaemin bersandar di sofa besar yang ada di dalam ruangan Jeno dan Jaemin membalas pelukan Haechan. Jaemin terus mengelus rambut dan punggug Haechan dengan lembut. Tadi juga Haechan berkali-kali mencium pipi Jaemin.
Awalnya Jeno memang kesal dan melarang Haechan mencium Jaemin. Tapi Jaemin mengatakan bahwa Haechan sedang mengidam. Jaemin juga mengatakan bahwa dia nyaman-nyaman saja jika Haechan ingin mencium atau memeluknya seperti ini. Toh juga mereka sama-sama sub.
Pada akhirnya Jeno memilih mengalah. Jika saja bukan karena mengidam, Jeno pasti sudah menarik Jaemin menjauh dari Haechan. Haechan juga terlihat binal sekali sedangkan Jaemin mau saja diperlakukan seperti itu.
Jeno justru semakin tidak suka jika Jaemin dan Haechan seperti itu. Jeno saja sangat jarang bermanja-manja dengan Jaemin. Rasanya kesal sekali melihat Haechan dengan kemanjaannya pada Jaemin saat ini.
Berbeda dengan Jeno, Mark justru merasa senang jika Haechan bermanja-manja dengan Jaemin. Mark tau betul jika Haechan tinggal di panti asuhan sejak dia masih kecil. Haechan tidak mempunya siapa-siapa selama ini.
Sejak Haechan mengenal Jaemin, sifat Haechan yang manja lebih sering muncul. Haechan menganggap Jaemin seperti saudaranya sendiri. Mark juga mengerti dulu Haechan sangat kesepian. Karena itu Haechan sangat senang setelah akhirnya dia mengenal Jaemin.
Jaemin juga sangat baik. Dia selalu tidak keberatan dengan semua perlakukan Haechan padanya. Mark bersyukur karena saat ini Haechan lebih bahagia dari sebelum bertemu dengannya.
"Kau kurang memberinya kasih sayang atau bagaimana? Kenapa mengidamnya harus seperti itu?" Kesal Jeno pada Mark.
"Kau cemburu?"
"Tidak."
Mark berdecih. "Mereka sama-sama sub. Jaemin tidak akan lari darimu hanya karena Haechan."
"Bukan seperti itu, Mark."
"Lalu apa?"
"Justru karena mereka sama-sama sub mereka bisa saja berselingkuh."
Mark tertawa pelan. "Kau jika cemburu, gunakan otakmu dengan benar. Kau pikir mereka akan menyukai satu sama lain meskipun mereka sama-sama sub?"
"Itu bisa saja terjadi, Mark. Kau lihat itu. Haechan sangat manja dan berkali-kali mencium Jaemin. Bagaimana jika nanti Jaemin malah menjadi dominan?"
"Kau berpikir terlalu jauh. Itu tidak akan terjadi. Saat ini kau hanya cemburu saja. Jadi pikiran negatif lebih banyak menyerangmu."
Jeno tidak menjawab apapun lagi. Dia terus mengawasi Haechan yang masih berpelukan dengan Jaemin. Saat ini dia dan Mark berdiri di depan meja Jeno sambil memegang cup kopi.
Setelah beberapa saat, Jaemin sedikit melambaikan tangan ke arah Mark dan juga memberi gesture seolah menyuruh Mark dan Jeno untuk tidak bersuara.
Mark lebih dulu berjalan menghampiri Haechan dan Jaemin sedangkan Jeno berjalan di belakang Mark.
Jaemin lalu mengatakan dengan gerakan bibir tanpa suara bahwa Haechan sudah tidur sejak tadi. Mark lalu sedikit membungkuk untuk melihat keadaan Haechan.
Ternyata benar bahwa Haechan sudah tidur. Mark dengan hati-hati melepas pelukan Haechan dari Jaemin. Setelah itu dia menggendong Haechan ala bridal.
"Terima kasih, Jaemin. Aku pulang dulu." Ucap Mark dengan gerakan bibirnya tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puntuale ✓
Fanfiction«Dari cerita ini, kalian mungkin akan paham kenapa tuhan menempatkan kita di masa lalu tergelap. Jeno dan Jaemin juga memiliki masa lalu gelap itu. Hanya saja akhirnya mereka menyadari bahwa masa lalu itu yang membuat kisah baru untuk mereka. Bukan...