→TUJUH←

2.7K 311 13
                                    

Jeno mengerjakan beberapa file di depannya dengan sangat serius. Dari pagi hingga malam ini banyak sekali meeting yang dia hadiri. Seperti biasa, banyak juga berkas yang harus dia cek satu persatu.

Jeno menoleh ke arah Jaemin yang saat ini duduk tidak jauh dari mejanya. Seperti apa yang saat itu dikatakan Jeno, dia memberikan Jaemin kursi dan juga meja. Saat ini, Jaemin terlihat sibuk dengan berkas-berkas di depannya.

Jeno melihat jam tangannya dan ternyata saat ini sudah jam pulang. Jeno mematikan leptop dan juga membereskan berkas-berkasnya. Setelah itu dia berjalan menghampiri Jaemin.

"Belum selesai?" Tanya Jeno setelah dia berdiri di samping Jaemin.

Jaemin menolehkan kepalanya menghadap Jeno. "Sedikit lagi. Ada apa?"

"Segera selesaikan. Aku tunggu di lobby." Ucap Jeno lalu berbalik badan untuk pergi. Belum melangkah sedikit pun, Jaemin menarik pelan tangan Jeno hingga Jeno kembali menghadap Jaemin.

"Ada apa?" Tanya Jeno.

"Tunggu di sini sebentar. Kita pergi bersama. Boleh?"

"Boleh. Ayo segera selesaikan. Aku tunggu di sini."

Jaemin menganggukkan kepala. Dia melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu Jeno tetap berdiri di samping Jaemin. Jeno terus memperhatikan Jaemin yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Jika melihat Jaemin seperti ini, ternyata Jaemin manis juga. Kenapa Jeno baru menyadarinya sekarang?

Setelah beberapa menit, Jaemin menyelesaikan semuanya. Dia juga membereskan semua file yang ada di depannya. Setelah itu, dia berdiri dan menghadap ke arah Jeno.

"Ayo. Aku sudah se-"

Ucapan Jaemin terpotong karena Jeno tiba-tiba menarik tengkuk Jaemin lalu melumat bibir Jaemin. Awalnya Jaemin terkerjut. Namun setelahnya dia bisa mengimbangi ciuman Jeno.

Setelah beberapa saat, Jeno memutus ciuman itu. Namun kepalanya malah mendusal di leher Jaemin. Jaemin sampai memiringkan kepalanya dan memegang bahu Jeno agar dia tidak jatuh.

"Ahh"

Jaemin spontan mendesah saat tangan Jeno meremas penisnya. Jeno pun menegakkan tubuhnya dan melihat ke arah Jaemin. Setelah sekian lama, akhirnya Jeno mendengar suara desahan dari Jaemin.

"Kenapa kau baru mengeluarkan desahanmu sekarang, hm?"

"Aku hanya..."

"Apa?"

Jaemin menundukkan kepala. "Aku hanya tidak ingin menunjukkannya padamu di awal. Aku...malu."

"Kenapa malu?"

"Aku sama sekali tidak pernah melakukan seks sebelumnya. Bahkan kau jadi orang pertama yang menciumku dan melakukan semuanya padaku."

"Bohong. Mana mungkin kau tidak pernah berciuman."

"Aku berkata jujur."

"Jadi, kau juga tidak pernah berkencan?"

Jaemin menganggukkan kepala. "Tidak ada yang suka denganku. Aku jelek."

Jeno berdecih. "Jelek? Kau mencoba merendahkan dirimu untuk terlihat tinggi?"

"Tidak. Aku memang jelek. Karena itu tidak ada yang mau dengan orang jelek sepertiku."

"Sampai sekarang pun kau menganggap dirimu sendiri jelek?"

"Iya. Kau pasti juga berpikir seperti itu."

"Tidak."

"Maksudmu?"

"Sudahlah, ayo kita pulang." Jeno lalu menarik tangan Jaemin untuk pergi dari ruangan Jeno.

Puntuale ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang