WARNING!
~Area 18+ = start~Sudah satu minggu sejak kejadian Jeno hampir bertengkar dengan Jisung tapi Jeno masih marah pada Jaemin. Jeno sama sekali tidak menyentuh Jaemin selama satu minggu ini. Untuk mencium Jaemin pun, Jeno tidak melakukan itu.
Jeno bahkan sama sekali tidak merespon apa yang Jaemin katakan. Awalnya memang Jaemin membiarkan Jeno melakukan itu. Namun pada akhirnya Jaemin merasa tidak bisa membiarkan Jeno terus marah seperti ini.
Apalagi Jaemin merasa marahnya Jeno sangat menakutkan. Silent treatment yang Jeno lakukan justru membuat Jaemin merasa takut. Lebih baik Jeno menghukumnya atau membentaknya daripada mendiamkannya seperti ini.
"Jeno, ayo makan siang." Ajak Jaemin sambil menarik pelan lengan Jeno.
Jaemin melakukan itu setelah melihat Jeno menutup leptopnya dan membereskan berkas-berkas di depannya.
"Jangan mediamkanku terus seperti ini, Jeno. Aku takut." Lanjut Jaemin karena Jeno tidak merespon apapun.
Jeno menghela napas. Setelah itu dia berdiri dari duduknya dan melangkah pergi. Namun baru beberapa kali melangkah, Jaemin langsung memeluk Jeno dari belakang dan akhirnya Jeno berhenti melangkah.
"Maaf." Lirih Jaemin sambil tetap memeluk Jeno.
Jeno mengusap wajah dengan tangannya. Dia memang masih marah karena kajadian saat itu dengan Jisung. Hanya saja satu minggu ini Jeno berusaha tidak peduli dengan Jaemin. Dia juga berusaha menghentikan perasaannya untuk tidak mencintai Jaemin.
Namun selama satu minggu itu, Jeno juga merasa berat jika harus mendiamkan Jaemin. Apalagi hari ini Jaemin terus mendekatinya dan meminta maaf. Ekspresi Jaemin terlihat sangat sedih dan merasa bersalah. Ada sedikit ketakutan juga yang bisa Jeno tangkap dari ekspresi dan nada bicara Jaemin.
Jeno menolehkan kepalanya setelah mendengar Jaemin terisak. Dia sedikit terkejut setelah melihat Jaemin menangis. Dia lalu melepas pelukan Jaemin dan berdiri menghadap ke arah Jaemin.
Jeno bisa melihat Jaemin meneteskan air matanya sambil menunduk. Jeno malah merasa bersalah jika Jaemin menangis seperti ini karena dirinya.
"Maaf, Jeno. Jika kau sudah tidak membutuhkanku lagi, lebih baik aku pergi. Dengan kau yang mendiamkanku seperti ini, aku malah jadi takut." Ucap Jaemin dengan tetap menunduk.
Jeno tidak mengatakan apapun. Dia hanya diam melihat Jaemin menangis. Selalu saja ada rasa tidak suka saat melihat Jaemin menangis seperti ini.
"Maaf. Aku akui aku salah. Karena kau sudah tidak membutuhkan ku lagi, sebaiknya aku pergi. Terima kasih untuk semuanya, Jeno." Ucap Jaemin. Dia berbalik badan dan melangkah pergi.
"Jika kau terus melangkan pergi, aku tidak akan pernah memaafkanmu." Ucap Jeno dan karena itu, Jaemin berhenti dan berbalik badan menghadap Jeno.
"Lalu aku harus apa?" Lirih Jaemin dengan tetap menunduk.
Jeno menghampiri Jaemin. Setelah berdiri di depan Jaemin, dia memegang dagu Jaemin dan menaikkan kepala Jaemin. Setelah itu, dia menghapus air mata Jaemin dengan jarinya.
"Aku tidak suka melihat kau menangis." Ucap Jeno. Setelah itu dia menangkup wajah Jaemin. "Peluk aku jika kau ingin aku memaafkanmu."
Tanpa banyak kata lagi, Jaemin memeluk Jeno. Dia juga masih menangis sekarang. Sementara itu Jeno membalas pelukan Jaemin dan mengelus punggung Jaemin dengan lembut.
Jeno pada akhirnya menyerah. Dia tidak bisa mendiamkan Jaemin lebih lama lagi dan untuk perasaannya, dia masih tetap mencoba mencegahnya. Dia masih takut jatuh cinta karena dia takut Jaemin juga akan mengecewakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puntuale ✓
Fanfic«Dari cerita ini, kalian mungkin akan paham kenapa tuhan menempatkan kita di masa lalu tergelap. Jeno dan Jaemin juga memiliki masa lalu gelap itu. Hanya saja akhirnya mereka menyadari bahwa masa lalu itu yang membuat kisah baru untuk mereka. Bukan...